“ … Tetapi hal itu masih saja membuat mereka tidak puas. Mereka tak hanya ingin kaya abadi tetapi mereka juga menginginkan kemudaan mereka abadi, mereka ingin terlihat jauh lebih menawan dari yang lain sehingga suatu malam, ketika aku pulang menuju rumah nenek dari mengaji di sebuah surau, mereka berdua menculikku, mereka membawaku ke sebuah tempat semacam gudang yang lusuh. Mereka berdua mengikat tubuhku di dinding dan menutupi mulutku dengan kain berwarna putih. Aku terus meronta tetapi sebagai balasannya mereka menyiksaku dengan begitu kejamnya, mereka mencoba membunuhku secara perlahan-lahan. Ibu sahabatku itu dengan tega menyayat-nyayat tubuhku dengan serpihan kaca yang ia banting ke lantai, sedangkan suaminya kulihat sedang mengasah dan membersihkan celurit miliknya. Setelah puas menyiksaku, kini giliran sang suami menyiksaku, kali ini lebih parah. Ia menyayatku dengan menggunakan celurit hingga dagingku banyak yang terkoyak-koyak. Karena tak tahan aku pun mati di tangan mereka. Dan mereka gunakan tubuhku ini sebagai tumbal mereka untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tetapi, itu semua tak bertahan lama. Mereka telah masuk ke dalam buaian kenikmatan semata dan melupakan kewajiban mereka untuk memberikan tumbal pada pesugihan itu, sehingga aku dan nenek tua itu bekerjasama untuk menyakiti dan membunuh kalian juga keturunan kalian sebagai tumbal dan pelampiasan rasa dendam.”
Semua orang terdiam, mereka membuang pandangan mereka ke bawah, berfikir.
Anak bernama Dini itu menangis dan mengeluarkan air mata darah.
“Aku hanya ingin keadilan. Mereka yang telah membunuh ayahku dan juga diriku pantas untuk mendapatkan hal yang sama. Karena ketamakan mereka akan harta dan kerupawanan diri membuat mereka menjadi buta dan merubah diri mereka menjadi monster yang jahat. Sekali lagi, aku hanya ingin keadilan.” Ucapnya dengan suara lirih seraya merubah dirinya menjadi sesosok yang menakutkan. Dengan rambut panjang yang beruraian tak teratur juga pakaian yang penuh dengan darah lengkap dengan luka koyakkan yang sangat menyayat hati.
*
Nisa terkejut bukan kepalang, ia menggeser tubuhnya di dinding ke samping, berusaha untuk menjauh. Namun tanpa ia sadar ada sesosok mengerikan lainnya yang merayap di atas dinding, menghampiri Nisa dengan perlahan. Dengan kuku tangan yang besar dan tajam juga darah hitam yang menetes dari mulutnya berada tepat di samping Nisa, menyeringai.
Nisa meneguk air ludahnya, karena makhluk semacam zombie itu bergumam di telinganya menandakan bahwa ia sedang bersamanya. Perlahan Nisa melirik ke samping dan …
BA!
Wajah makhluk itu sepenuhnya dekat dengan wajah Nisa, hanya berjarak 1 jari tangan.
“AKKKHHH!”
Seketika semua orang yang berada di ruang tamu terloncat kaget tak terkecuali Lisa dan Isya’.
*
Anak itu memberikan sebuah 3 pisau besar berwana silver pada Neon, Kris, dan Rian.“Gunakan pisau itu membunuh mereka, sekarang mereka sedang mencoba membunuh keluarga kalian dan…”
Neon, Rian, dan Kris mendongakkan wajah mereka menatap Dini.
“Terima kasih.” Ucap Dini dengan senyuman manisnya lalu menghilang.
“Tu-tu-tunggu!” Ucap Neon.
“Siapa gerangan kedua orang tua itu?” Tanya Kris.
“Itu urusan nanti, sekarang kita harus cepat menuju rumah Lisa!”
*
Nisa berlari tergopoh-gopoh menuju keluar,2 makhluk itu juga ikut mengejar Nisa. Semua orang terkejut dan berlarian menuju depan pintu.
BRAK!
Tepat waktu! Rian, Neon, dan Kris berhasil datang tepat pada waktunya. Mereka bertiga mencoba membunuh 2 makhluk itu namun sesosok nenek tua itu datang dan ia juga merubah dirinya menjadi begitu besar memenuhi ruangan dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Maut
Horror-Season 1 [END] 33 BAB- Bayangan hitam yang selalu menghantui kehidupanmu. Perjalanan 3 Serangkai mengungkap sebuah rahasia, sebuah misteri yang tersembunyi berpuluh-puluh tahun lamanya. Berhasilkah mereka? Note : Beberapa gambar di dalam cerita ini...