Mereka bertiga bersamaan menapaki jalan yang berkelok-kelok itu, ruangan tak terpakai ini sangat luas, bahkan memiliki tingkat dua. Bukan main!
Neon yang berada di paling depan memandu istri juga adiknya itu.
"Gimana keadaan bayi kalian?" Tanya Neon.
"Alhamdulillah." Ucap Lisa sambil memelus perutnya.
"Kalau kamu, dek?" Tanya Neon pada Nisa.
"Alhamdulillah juga." Ucap Nisa.
"Alhamdulillah! Jangan berhenti baca shalawat nabi ya!" Tegas Neon.
Tiba-tiba . . .
"Stop kak! Stop!" Ucap Nisa yang menyuruh Neon berhenti.
"Kenapa?" Tanya Neon.
"Perasaan kita bertiga dari tadi cuma mutar-mutar di sini." Ucap Nisa, sambil melihat ke arah sekitarnya.
"Kamu yakin?" Tanya Neon, Lisa hanya menyimak.
"Iya yakin! Seharusnya kita sudah berdiri di tempat celurit itu berada." Ucap Nisa sambil melihat-lihat ke arah sekitarnya.
"Celurit?" Tanya Neon.
"Iya, di sini celurit itu jatuh." Ucap Nisa sambil menunjuk di salah satu sudut dinding.
"Ya sudah, lupakan aja. Mungkin kita sudah kelewatan atau belum nyampai di sana. Lagian tempat ini tuh luas banget, jalannya juga berkelok-kelok. Terus banyak tumpukkan kotak sama kardus, jadinya kita gak tau berada di mana." Ucap Neon, Lisa, dan Nisa hanya mengangguk mengerti.
Mereka pun terus melanjutkan perjalanan mereka, hingga akhirnya Lisa berteriak.
"Liat! Itu ada celurit!"
Neon dan Nisa melihat ke arah yang ditunjuk oleh Lisa. Dan benar di sana memang ada celurit namun aneh, celurit itu tergantung rapi di atas paku pengait.
"Huh?! Kok celuritnya tergantung lagi? Bukannya tadi jatuh?!" Ucap Nisa sedikit panik, sambil memegang paku pengait itu.
"Mungkin sudah kamu gantung lagi!" Ucap Neon.
"Ihh enggak kak! Nisa gak ada gantung lagi. Karena waktu Nisa mau gantung lagi, bang Rian datang. Jadi, Nisa langsung pergi keluar." Ucap Nisa.
Neon terdiam, ia tidak berani menyanggah. Ia sangat percaya pada adiknya, karena memang Nisa adalah tipe orang yang tidak pernah berkata dusta.
"AKHH!"
Terdengar teriakan seorang wanita di lantai atas.
Neon langsung berlari naik ke atas meninggalkan Nisa dan Lisa yang terdiam. Ketika Nisa ingin menyusul, Neon melarangnya.
"Jangan! Kalian berdua tunggu di bawa aja! Di sini berbahaya! Biar aku yang ke sana, menyelamatkan wanita itu!" Ucap Neon.
Nisa hanya terdiam dengan satu kakinya yang menginjak anak tangga.
"Ukkh!" Lisa terbungkuk kesakitan.
"Perutku!" Ucap Lisa dengan lirih sambil memegang perutnya.
"Kamu kenapa?! Lisa! Lisa!" Teriak Nisa.
Lisa mulai lemas, ia menyenderkan badannya ke dinding dengan peluh yang terus mengalir membasahi wajahnya.
Sementara Neon terus melanjutkan perjalanannya. Ia memegang sebuah tongkat besi yang panjang, untuk berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu.
Di lantai atas ini terdapat banyak sekali pintu namun pintu-pintu itu semuanya terkunci dengan gembok dan ada beberapa yang terkunci dengan menggunakan kunci pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Maut
Terror-Season 1 [END] 33 BAB- Bayangan hitam yang selalu menghantui kehidupanmu. Perjalanan 3 Serangkai mengungkap sebuah rahasia, sebuah misteri yang tersembunyi berpuluh-puluh tahun lamanya. Berhasilkah mereka? Note : Beberapa gambar di dalam cerita ini...