For A [3]

220 14 17
                                    

Tutup mata dan telingamu ketika seseorang menghinamu, ingat perkataan orang-orang yang menyayangimu. Gumamkan kata, aku berharga bagi mereka.

***

Afrida melambaikan tangannya pada Alvin yang telah melaju pergi dari hadapannya, kemudian ia mencium tangan kakak dan juga pakdenya.

"Siapa tuh tadi? Pacar lo ya? Wah asik tuh nanti gue aduin ke ayah lo," ujar kakaknya sambil menunjuk-nunjuk Afrida dengan senyum mengejek.

"Apa sih, Kak? Temen gue itu tuh." Afrida menangkis tangan kakaknya.

"Halah, ngelak mulu." Afrida berdecak karena pernyataannya tidak dipercaya. "Udah sana, masuk dulu. Gue mau ke rumah tetangga bentar."

Afrida mengangguk, lantas masuk ke dalam rumah kakaknya.

"Assalamualaikum."

Terdengar sahutan dari dalam rumah. Lumayan ramai. Afrida langsung saja menuju ke bagian belakang, tepat di mana dapur berada. Ia mencium tangan budenya saat menemui wanita itu tengah mengiris sayuran.

"Tasnya taruh di kamar kakak aja." Afrida mengangguk dan berjalan menuju kamar kakaknya.

Afrida melemparkan tasnya ke kasur kakaknya begitu saja. Ia sempat mengecek ponselnya, dan berdecak sebal ketika melihat sinyalnya yang meredup.

Afrida sempat mengatakan terimakasih pada Alvin melalui salah satu aplikasi chatting di ponselnya, sebelum akhirnya bangkit untuk membantu budhe dan kakaknya.

***

"Tugas lo udah selese, Af?"

Afrida meletakkan tasnya di kursi. Ia melirik Dina dengan tatapan bosan. "Please deh, Din. Gue baru aja sampe. Kenapa lo udah tanyain tugas?" ucap Afrida dengan suara yang dibuat memelas pada akhir kalimatnya.

Dina hanya meringis sambil tersenyum. "Hehehe, siapa tau lo udah selesai gitu. Kan gue bisa nyontek."

Afrida memutar bola matanya. "Nyontek mulu sukanya," cibirnya. "Lo kayak nggak tahu gue aja. Tugas apaan? Baru tau gue kalo ada tugas."

"Ya kan lo biasanya udah ngerjain tugas. Nggak bilang-bilang gue pula." Dina membuka buku tulisnya. "Nih, tugas fisika."

Afrida duduk di tempatnya. Ia melirik buku tulis Dina. "Oh, yang soal di buku cetak itu?"

Dina mengangguk. "Cuma lima kan?" tanya Afrida yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Dina.

"Bentar." Afrida membuka tasnya, kemudian mengeluarkan buku tulis dan cetak Fisika miliknya. Ia menaruh buku itu di atas meja. "Ayo kerjain," ajaknya yang disambut cengiran oleh Dina.

Perlu diketahui, jika Dina dan Afrida juga dekat baru-baru ini. Entahlah, Afrida juga tidak tahu kenapa ia bisa sedekat ini dengan Dina.

Soal Dina, sebenarnya gadis itu juga tidak gemuk. Hanya sedikit berisi, yang semakin kontras jika didekatkan dengan Afrida yang lumayan kurus. Yang membuat Afrida bisa dekat dengan Dina adalah beberapa kesamaan mereka. Mereka lahir di tanggal yang sama dan hanya terpaut satu hari. Afrida dan Dina juga sering membaca Wattpad bersama, yang tentu saja diawali oleh Afrida karena gadis itu lebih sering bermain ponsel. Keduanya juga menyukai pelajaran yang sama, dan kemungkinan besar pelajaran tersebut dibenci oleh para murid, Matematika.

For ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang