For A [12]

51 7 17
                                    

Kalau kamu memang lebih suka untuk melihat ke depan dan mengejar, lakukanlah. Namun bila suatu saat nanti kamu lelah, jangan berhenti dan menoleh ke belakang ya. Bisa saja aku sudah berbelok dan bahagia bersama yang lain.
- anonym

***

Alvin menghela napas. Ia lalu meraih ponselnya yang ada di kasur, kemudian membuka aplikasi perpesanannya untuk berkirim pesan.

Cowok itu memencet daftar kedua yang ada di deretan chat nya.

Bawel🐷

Af, gue minta maaf.
Makasih ya.

Tahu bahwa chat-nya tidak akan dibalas Afrida dalam waktu singkat, Alvin menjatuhkan dirinya di atas kasur berwarna biru itu.

Ia berbaring sambil menutup matanya dengan lengan, kemudian menghirup napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan melalui mulut.

Alvin meraih ponselnya lagi ketika layar ponsel itu menyala.

Bawel🐷

Hah? Maaf kenapa?
Harusnya gue yang minta maaf.
Maaf soalnya gue banyak nuntut sama lo.
Maaf.
Maafin gue.

Gue yang salah.
Maaf.
Sekarang gue jarang pegang hp.

Gue yang salah.
Gue yang egois.
Bukan salah lo.
Maafin gue.
Bagus kan sekarang lo udah jarang pegang hp?
Jadinya nggak banyak kena radiasi.

Alvin menghela napas. Afrida itu aneh. Iya aneh. Entahlah, Alvin juga tidak tahu. Kadang Afrida yang ngambek dan marah pada Alvin, tetapi saat Alvin meminta maaf, cewek itu malah ikut-ikutan meminta maaf juga. Jarang sekali ditemukan cewek yang mau mengakui kalau dirinya salah. Iya, jarang.

Menggeleng-gelengkan kepalanya, Alvin lalu kembali mengetikkan balasan untuk Afrida.

Egois apanya?
Enggak.
Gue yang sekarang jadi jarang chat lo.
Lo juga kadang-kadang marah sih.
Waktu gue lewat, wajah lo judes banget.

Alvin tidak bohong soal betapa judesnya wajah Afrida saat Alvin lewat di depannya tadi. Afrida bahkan meliriknya dengan tajam, membuat jantung Alvin seketika berhenti berdetak saat Afrida seperti itu.

Tak lama kemudian, ponsel Alvin kembali bergetar. Balasan dari Afrida masuk dan Alvin segera membacanya.

Ya egois.
Gue ngambek cuma gara-gara lo laterespon.
Tapi pas itu gue lagi sensi sih, makanya kayak gitu.
Enggak, muka gue emang judes kali ah.

Iya-iya.
Makanya dijadwal, lo bisa on kapan?
Biar nanti gue juga tau kapan harus pegang hp.
Enggak, gue nggak suka.
Muka lo tuh, senyum napa sih?
Gue nggak suka.
Ya nggak tau sih.
Gue tau lo senyum, tapi keliatan kepaksa, buat aoa?
*apa?

Nggak tau juga sih bisa on kapan.
Gue on juga nggak nentu sih.
Paling jam 7 gue juga pegang hp.
Tau darimana kalau kepaksa senyum?
Padahal gue kalo di sekolah ketawa terus tuh?

***

Afrida kira, Alvin tak pernah memperhatikannya. Kenyataannya, Alvin tahu saat dimana Afrida menatapnya tajam tadi siang. Sebenarnya itu bukan suatu kesengajaan sih, mengingat Afrida melakukannya karena kaget dan ingin mengalihkan tatapannya ke arah lain ketika pandangannya bertabrakan dengan Alvin. Jadilah Alvin menganggap Afrida judes padanya.

For ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang