2. Penentuan Kelas

281 28 2
                                    

Aku menyapa orang yang sedari hari pertama menginjakkan kaki di sekolah ini ingin kusapa.

"Clara, kau Clara kan? Apakah kau masih ingat dengan ku?", Tanya ku bertubi-tubi.

Dia mengernyitkan dahi. Mungkin sambil berkata, siapa cewe di hadapannya ini sksd amat.

"Jangan bilang kau lupa, aku Vanes teman ngaji mu dulu. "

Flashback On

"Woy, tangkep nih kerudungnya."

Suara anak anak riuh di dalam kelas itu. Karena tak ada guru yang mengajar sore itu. Seorang anak terlihat mengejar-ngejar kemana arah kerudungnya di campakkan. Sedangkan temannya malah menertawainya. Dia kesal tapi tak menangis.

Seorang anak kecil lainnya, mencoba membantunya menangkap kerudung tersebut. Dan tepat, akhirnya kerudung itu kembali ke pemiliknya.

Dia memarahi teman-temannya. "Kalian gak boleh kaya gitu dong ke Clara, kalian gatau dia anak yatim. Rasulullah sangat membenci orang yang menghardik anak yatim. "

Teman-temannya terdiam dan meminta maaf pada Clara.

Yah bocah pemberani itu adalah Vanesha.

Flashback off

"What? Aku gak salah kan? Kamu sangat berubah. Aku tak mengenalimu lagi, kamu semakin cantik Van", ucap Clara sambil memeluk teman masa kecilnya ini.

"Ah kamu ini bisa saja, aku masih sama dengan Vanesha yang dulu. Masih samasama kecil".

Keduanya langsung tertawa terbahakbahak.

"Kamu semakin cantik Clara, aku tak menyangka setelah 5 tahun kamu begitu banyak berubah".

"Kamu tau waktu kamu pergi tibatiba waktu itu, kami di kelas sangat kehilanganmu. Mereka semua merasa bersalah. Kami kira kamu pergi karena kami sering mem... "

Ucapan Sasa terputus, karena jari telunjuk Clara menyentuh bibirnya.

"Ssst, sudahlah. Itu semua masa lalu. Jangan membahasnya lagi".

"Tapi bolehkah aku tau apa alasanmu pergi waktu itu?"

Clara pun menceritakan semuanya kepada Sasa. Dia mengatakan kalau waktu itu penyakit kanker ibunya semakin parah. Maka dari itu neneknya membawa ibunya berobat ke Jerman. Karena Clara dan adik-adiknya masih kecil mereka dititipkan ke rumah saudara mereka di luar kota. Namun malang, saat tiba di German, Ibu Clara meninggal dunia. Saat itu Clara sangat sedih. Kenapa semua keluarganya meninggalkan dia. Kenapa semuanya pergi tanpa ada kata perpisahan dulu. Sebelum ibunya, ayahnya lebih dahulu dipanggil yang Maha Kuasa. Ayahnya kecelakaan di toll. Tertabrak truck yang kehilangan keseimbangan karena remnya blong.

Aku yang mendengar penuturan Clara sangat sedih. Aku memeluknya erat. Dan mengatakan, " kamu masih punya saudara Clar, kalau ada apa-apa ceritalah, jangan merasa sendiri. Aku akan selalu setia mendengar ceritamu."

Kami pun berpelukan.

***

"Woy nama-namanya sudah di tempel". Teriak seorang anak laki-laki yang berada di depan mading.

Aku dan Clara beranjak menuju sumber suara.

Yah, ternyata penentuan kelas telah ditempel di mading itu. Semua anak menuju kesana. Melihat nama mereka ditulis di kelas mana. Aku mencari namaku melewati beberapa kertas. Itu artinya aku tidak masuk kelas unggulan. Huft sedih rasanya. Dan di kertas ke 6. Nah dapet. Clara juga menemukan namanya di kertas ke 6. Wah kita sekelas. Lalu kami lihat ada seorang anak perempuan juga masuk ke kelas yang sama. Dia Fara.
Dia menyapaku dan Clara. "Hai kalian masuk X-6 juga kan? "

Romansa di SMA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang