7. Already Begin

99 11 0
                                    

Ini adalah hari baru. Ya hari dimana gue memulai semuanya kembali dari 0. Mencoba melupakan hal-hal yang membuat gue ataupun orang sakit hati. Gue lakuin ini semua demi orang yang gue sayang. Ya demi Erza. Erza adalah orang yang paling gue sayang selain kedua orang tua gue dan adik gue. Gue gak mau Erza kenapa-napa. Gue gak mau Erza difitnah lagi. Gue gak mau Erza berantem lagi. Gue gak mau Erza kehilangan cintanya. Ya balik-baliknya sih ini demi hubungan Erza dan Maudy.

Gue mulai masuk ke sekolah. Suasananya tenang banget yah kalo pagi-pagi gini. Tiba-tiba gue ngeliat Erza di depan kelasnya. Ya mau gak mau harus lewat situ. Kan kelas gue sama Erza cuma beda dua kelas doang. Gue melangkah dengan harap-harap cemas. Gue takut gak bisa ngontrol diri gue. Gue takut acting gue pura-pura acuh sama Erza tergoyahkan.

Dan.. satu, dua, tiga.

Well Erza narik tangan gue kan... Huhu. Gagal move on kaya gini maaah..

"Van.."

"Apa?", balasku sok ketus.

"Kita bisa gausah kaya gini kan?"

"Apaan sih? Udah ah lepasin tangan gue. Gue mau ke kelas."

"Okey kalo memang ini mau lo. Gue bakal jauhin lo. Tapi jelasin ke gue alasan lu pengen jauh dari gue apa."

Romansa menarik nafasnya dalam kemudian mulai mengeluarkan segala uneg-uneg dalam hatinya, "kamu punya pacar yang sayang banget sama kamu. Tapi kamu ngecewain dia za. Dan itu karena aku. Dia temen aku za. Kamu jangan gituin dia. Kamu gak boleh jahat ke dia. Aku gak mau jadi perusak hubungan orang. Aku gak mau orang ngerasain sakit hati kaya aku dulu. Ditinggal saat lagi sayang-sayangnya. Kamu terlalu mikirin perasaan aku tapi kamu gak mikirin perasaan orang yang sayang sama kamu."

Ya paling enggak sekarang itu salah satu alasan Romansa ngejauhin Erza. Karena Maudy. Gak peduli seberapa parah Maudy udah ngatain Romansa. Menurut Romansa Maudy tetep temen baiknya yang harus dia jaga perasaannya.

Maudy baru saja menginjakkan kaki di lantai 2. Lalu dia dikejutkan dengan pemandangan bertengkarnya dua sejoli yang selama ini kemesraannya terlihat oleh seantero sekolah.

"Mereka ngapain? Marahan? Hh", decih Maudy.

Maudy melangkahkan kakinya ke kelasnya. Semakin lama dia semakin mendengar percakapan diantara Erza dan Romansa. Dia tercekat mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut Romansa.

"Aku gak mau orang ngerasain sakit hati kaya aku dulu. Ditinggal saat lagi sayang-sayangnya. Kamu terlalu mikirin perasaan aku tapi kamu gak mikirin perasaan orang yang sayang sama kamu."

Erza mendengus kasar, " Asal kamu tau Vanesha Romansa Ture, aku memang gak peduli sama perasaan orang yang sayang sama aku. Karena aku cuma sayang sama kamu. Tapi kamu yang gak pernah peduli sama perasaan aku"

Deg

Maudy cuma bisa menelan ludahnya mendengar percakapan itu. Matanya panas. Hatinya mendidih. Dia langsung masuk ke kelasnya dengan api di ubun-ubun.

"Kamu beneran cewe picik Romansa. Aku benci sama kamu. Ahhhh....", ucap Maudy dengan amarahnya.

Dia tidak mendengar percakapan selanjutnya dari mereka.

"Sudah aku bilang kan za, kita cuma temen. Aku cuma nganggep kamu sahabat aku. Sahabat terbaik aku. Jangan rusak persahabatan kita dengan rasa yang gak pantes ada. Kamu jangan membuat ini menjadi sulit. Menjauhlah. Dengan begitu perasaanmu kepadaku akan menghilang dengan sendirinya dan kita bisa menjalani kehidupan baru kita disini."

Erza melanjutkan perkataannya,"kalau itu mau kamu ya sudah. Aku juga sudah cukup lelah. Kita jalani saja hidup kita masing-masing. Bahkan kalau perlu anggap saja kita tak saling kenal."

Romansa di SMA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang