Aku tak tau mulai kapan. Semuanya mengalir begitu saja. Intensitas latihan olimp yang begitu sering mendekati OSK, belum lagi jadwal belajar bareng diluar pelatihan. Dan seringnya terjadi komunikasi baik langsung maupun chat yang awalnya nanyain soal yang susah sampai ngucapin have a nice dream. Yah semua mengalir begitu saja beberapa bulan ini.
Kak Radit hadir begitu saja, tanpa ada yang tau ternyata keberadaannya selama ini membuat relung hatiku merasa terisi lagi. Sesuatu yang membuat tawa dan senyumanku keluar begitu ikhlasnya.
"Kak ini gimana caranya? Aku udah ngerjain ini dari tadi gak bisa terus."
"Yang mana sa?", tanya Radit lembut.
Ya Allah suaranya kenapa harus gitu sih. Gue jadi makin gak fokus nih. Sasa berusaha mengembalikan konsentrasinya pada soal fisika yang luar biasa susah ini.
"Ini loh kak, aku udah nurunin rumusnya tapi malah stuck disini", ucap Romansa sambil menunjukkan kertas oratoretnya kepada Radit.
"Oh ini kamu kelewatan yang disini. Seharusnya kamu masukin dulu persamaan 1 ke persamaan 2. Nah dari situ kamu dapat v0 nya berapa. Terus jangan sampe lupa, di titik tertinggi v itu sama dengan 0. Terus masukin deh rumus gravitasi dari persamaan yang udah kebentuk tadi".
Romansa cuma ngangguk-ngangguk, padahal dari tadi yang diperhatikannya bukan soal yang di jelaskan oleh Radit, tapi malah wajah Radit yang begitu perfectnya ketika menjelaskan.
"Nah dalam kasus ini ketika peluru ditolak dibutuhkan gaya yang besar sehingga kecepatannya maksimum lalu di titik paling atas kecepatannya akan sama dengan 0 dan akan semakin berkurang sampai pelurunya jatoh".
"Itu bisa dimisalin dalam satu hubungan awalnya bakal menggebu-gebu terlalu mengejar seseorang yang ia harapkan, sampai ada satu masa klimaksnya dimana orang tersebut tersebut lelah dan perlahan rasa itu berkurang dan hilang begitu saja" lanjut kak Radit.
"Eh .. Kak? Barusan kakak ngomong apaan sih? ", tanya Romansa yang tak menyadari apa yang dikatakan Radit barusan.
"Hmm gapapa kok. Lupain aja."
***
Itu Mayasha. Biasanya dipanggil Aya. Dia murid baru di kelas Erza. Aku juga baru melihatnya pertama kali. Dia berjalan bersama seorang cowo menuju kantin.
"Wait wait wait..
Itu bukannya Erza?
Kok deket banget yah kayanya.
Hmmh bodo ah"
Awalnya aku tak mau ambil pusing dengan pemandangan yang baru saja aku lihat. Tapi mata ini usil sekali. Dia terlalu gatel untuk melihat 2 orang yang ada di meja pojok kantin bang aam.
Hmm sebelumnya aku ingin menceritakan kehidupanku setelah memutuskan menjauh dari Erza.
Flashback On
Semenjak hari itu, aku dan Erza cuma sebatas orang yang hanya kenal saja. Oh iya ada yang perlu kuberi tahu. Erza juga masuk Tim Olimpiade Sekolah. Dia masuk ke Biologi. Aku melihat namanya di papan pengumuman yang sama dimana aku melihat ada namaku lolos saat itu.
Saat rapat Akbar, aku pernah berusaha untuk duduk di dekatnya. Tapi dia malah sibuk dengan teman se- olimpnya. Siapalah itu namanya. Aku lupa.
Saat promosi olimp ke kelas-kelas, aku juga pernah bareng dia. Tapi yah begitu saja. Tak ada interaksi yang hangat diantara kami. Waktu itu aku haus, dan dia membawa air minum. Ntah karena apa, aku reflek untuk meminta minum kepadanya. Padahal ada kakak kelas ku yang perempuan disana, yang dalam keadaan normal dan seharusnya jika aku memang ingin minum aku bisa minta ke kakak itu. Tapi ya gimana lagi. Aku langsung manggil Erza, "za mau minum". Dia sama sekali tak melirikku. Oh Tuhan nyesek yah dikacangin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa di SMA (On Going)
Teen FictionKau tau apa perbedaan orang yang terlalu menghayal dengan orang yang terlalu berharap? Atau apa perbedaan baper dan geer? Banyak yang datang memberi harapan tapi kau sebut itu khayalan atau cuma terbawa perasaan. Hingga kau harus lari dari kenyataa...