"Kalo konsep acaranya kaya gini, gue yakin bakalan banyak yang ikutan",ucap seorang anak dengan optimisnya.
"Tapi apa itu gak berlebihan yah?", tanya sasa pelan.
"Gimana sih lo sa? Konsep kaya gini gak mau, yang kaya gitu berlebihan. Mau lo apa sih?" , ucap orang tersebut sedikit membentak.
"Ma..maksud gue bukan kaya gitu. Uang yang kita punya buat acara ini baru terkumpul 5 Juta. Sedangkan buat usulan acara yang kalian tawarkan itu bisa ngehabisin anggaran sekitar 15 Juta".
"Halah alasan lo selangit. Bilang aja emang lo gak capable buat ngurusin keuangan"
"Yah kalian kalo mau buat acara yah sesuain budget aja. Kalian kira gampang nyari sponsor buat acara seperti ini? Ini bukan pensi yang bisa promosiin produk sponsor sama khalayak ramai. Ini tuh study tour. Yang ngerasain manfaatnya kita bukan pihak sponsor".
"Yah terus maksud lo gimana? Dibatalin nih acara? Lo gatau tuh guru guru udah semangat banget buat ke Sabang?",bentak anak tersebut.
"Gue gak ngerti kenapa study tour ujungnya kenapa jadi ajang jalan jalannya guru gini sih", dumel sasa.
"Yaudah yaudah. Kita rembukin bareng-bareng gimana baiknya yah. Jangan malah ribut gini", bela sang ketua acara menengahi rapat yang mulai panas.
"Bukan gue yang ngajak ribut. Tuh divisi sponsorship yang gak becus"
"Heh curut! Udah gue bilang kan tadi, nyari sponsor buat acara ini tuh gak semudah itu. Lo aja yang cari duitnya kalo gitu", bentak Sasa yang emosinya Sudan di ubun-ubun.
"Dih malah ngalihin tanggung jawab. Susah emang kalo orang gak berpengalaman megang divisi ini."
"Mau lo apasih? Gausah bawa-bawa pengalaman. Gue rasa kita semua newbie disini".
"Okey gak usah bawa-bawa pengalaman lo bilang tadi kan. Well, gue mau tanya dong udah ngapain aja sih sejauh ini? divisi yang lo pegang ini udah ngasih apa? emang gak ada ngasih effort apa-apa kan? Duit yang ada sekarang cuma dari iuran peserta. Bukan kerja keras lu buat nyari sponsor kan?"
Aaaa kesseeeeeeelll.. Aku meneteskan air mataku. Kata kata Rudi tadi beneran menusuk jantungku. Dia emang selalu sensi sama aku. Gak tau kenapa. Dia emang hobby banget buat aku kesel sampe nangis kejer.
Saat mataku hampir sama meneteskan air mata, tiba-tiba ada seseorang membuka suaranya.
"Ehem.. Maaf ya gue bukan mau memihak siapapun, tapi menurut gue cara lu sebagai teman gak bener banget rud. Kita ini satu Tim. Harusnya sailing kerja sama bukan saling memojokkan dan menilai buruk pekerjaan temen kita. Kalau lo ngerasa kerjaan Tim lo udah beres, yah Bantu Tim yang lain yang sekiranya membutuhkan bantuan lo. Bukan dengan ngejelek-jelekkin satu divisi gini. Bukan dengan buat cewe itu sesek nahan nangis gara-gara lo. Bisa gak sih bijak dikit kalo ngomong dan satu lagi gak usah pake urat kalo ngomong sama cewe. Gak gentle banget cara lo."
Si Rudi pun terdiam.
Semua yang mengikuti rapat itu juga terdiam.
"Mungkin temen-temen disini ada yang punya kenalan perusahaan apa atau pihak tertentu yang loyal buat ngasih sponsorship. Langsung hubungi sasa ya".
Romansa hanya bisa meneguk salivanya. Dia tidak mengenal betul cowok yang membelanya barusan. Yang dia tau, cowok itu anak olimpiade matematika dan bisa dibilang orang paling pintar di sekolah itu. Ya hanya itu.
Lalu pertanyaan muncul di benak sasa. Mengapa orang ini getol banget membelanya? Hmm mungkin cuma gara-gara sikap Rudi.
Sasa yang sedari tadi diam dan menundukkan kepalanya karena begitu pusing dengan rapat panitia kali ini tidak menyadari ada sosok di seberang sana yang memperhatikannya. Seperti memastikan sasa baik-baik saja. Ya siapa lagi? Orang itu si "hero".
***
Romansa berjalan menuju gerbang sekolahnya. Hari ini bundanya akan menjemputnya. Syukurlah, karena dia yakin jika disuruh naik angkot bisa jadi dia menjadi korban hipnotis karena fikirannya yang tidak fokus.
Ya, seminggu ini Sasa benar-benar disibukkan dengan urusan sponsorship acara study tour ke Sabang itu. Dia mondar mandir kesana kesini untuk mendapatkan sokongan dana. Semenjak rapat itu, teman-teman Sasa memberikan kontak keluarga atau kerabat mereka yang punya peran penting di berbagai perusahaan. Sasa pun mulai menghubungi dan menyambangi orang-orang yang di rekomendasikan itu. Minimal dapat sponsor air mineral buat perjalanan lah, fikirnya. Itu juga sangat menekan budget konsumsi.
Dia sangat berterimakasih kepada si "hero". Berkatnya, orang-orang paham akan posisi Sasa dan berhenti menyalahkannya. Mereka bahkan berbondong-bondong membantu Sasa. Sungguh si hero itu amat sangat pantas disebut hero karena dia sudah menghilangkan beban dari kepala sasa paling tidak sepertiganya.
Sasa berjalan santai menuju gerbang. Dari arah yang sama ada motor yang tiba-tiba menghampirinya sambil menyodorkan kartu nama.
"Nih, kalo lo butuh bisa hubungi orang yang ada di kartu nama itu. Bilang aja kenal dari Irvan"
Jantung Sasa serasa mencelos. Baru saja dia memikirkannya, orang tersebut tiba-tiba malah menghampirinya. Dan senyuman yang dingin itu. Yah Sasa melihat senyuman tulus meskipun tertutup helm.
Dia menatap kartu nama yang di berikan cowok tadi. Hmm Pramoedya Ananta. Owner Ananta Tour
"Eh kok namanya kaya pernah denger sih?", batin Sasa.
Dia memutar otaknya. Mirip perusahaan travel yang lagi hits itu gak sih. Ananta tour. Jangan-jangan...
"OMG, si hero memberikan kontak sponsor Bis Pariwisata", jerit Sasa.
Sasa melompat kesenangan. Orang yang tadi memberikan kartu nama itu hanya menyunggingkan senyuman melihat tingkah Sasa dari balik spionnya.
🍁🍁🍁
Sorry yah hiatus sebulan dan bakal bolong-bolong update ceritanya. Author lagi prepare something. Doain yah semoga lancar. Dan bisa terus update cerita ini dan cerita lain secepatnya.
Thank you udah mau baca cerita aku.
Please vomment nya yaa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa di SMA (On Going)
Teen FictionKau tau apa perbedaan orang yang terlalu menghayal dengan orang yang terlalu berharap? Atau apa perbedaan baper dan geer? Banyak yang datang memberi harapan tapi kau sebut itu khayalan atau cuma terbawa perasaan. Hingga kau harus lari dari kenyataa...