5

1K 77 19
                                    

Beby terbangun dari tidur nyenyaknya dan duduk bersandar pada kepala ranjang saat merasakan nyeri di bagian kepalanya, Beby sempat mengerjapkan matanya beberapa kali. Beby terkejut bukan main ketika melihat darah kering tercecer di sprei ranjang yang ia tempati. Saat ingin mengambil handphone nya, tak sengaja Beby menemukan selembar kertas yang tergeletak diatas nakas, tepat dibawah handphone nya berada.

Flashback on

Pagi-pagi sekali terlihat Shania yang sudah terbangun dari tidurnya. Ia sudah dalam kondisi rapi. Shania menuliskan sesuatu pada sebuah kertas kosong.

'Makasih untuk yang semalam. Lain waktu kalo kamu butuh, kontak aku aja. Aku udah save kontak aku di handphone kamu :* '

Seperti itulah yang shania tulis di kertas.

"Dibilang murahan murahan deh. Lagipula sentuhan dia semalem ok juga. Ga kasar meskipun dia udah kelabakan sendiri. Gue ga yakin kalo dia amatiran." gumam Shania menaruh kertas itu tepat dibawah handphone Beby lalu pergi meninggalkan club itu.

Flashback off

Beby yang sudah mengingat kejadian semalam pun hanya bisa menangis merutuki kebodohannya. Kebodohan yang tak seharusnya ia lakukan. Mengambil sesuatu yang sangat berharga dari seorang gadis yang baru dikenalnya dalam waktu kurang dari 24 jam.

Beby memutuskan untuk kembali ke rumahnya dan bersiap-siap karena hari ini ia ada kelas.

Rumahnya terlihat sepi,mungkin ayahnya sudah berangkat kerja, mengingat hari pun sudah menjelang siang. Sebelum berangkat menuju kampus, Beby sempat mencari makanan diatas meja makan, namun sayangnya tak ada yang ia temukan barang sebutir nasi pun. Tak ada yang membuat sarapan sama sekali. Pembantu yang bekerja dirumah Beby izin pulang kampung, dan ini sudah satu minggu. Dengan terpaksa Beby berangkat ke kampus dengan keadaan perut lapar.

Tanpa berlama-lama lagi, sesampainya di kampus Beby langsung mengarahkan kakinya menuju kantin. Mumpung jeda waktu kelasnya masih sekitar 30 menit lagi, Beby menyempatkan untuk mengisi perutnya terlebih dahulu.

"Huaah, kenyaang. Akhirnya keisi juga nih perut. Dah ah, langsung ke kelas aja."

Selesai kelas, Beby berniat untuk pergi ke toko buku. Namun saat sedang berjalan menuju tempat dimana mobilnya diparkirkan, sebuah suara yang memanggil namanya membuat dirinya menoleh. Matanya membulat melihat gadis jangkung yang berlari kearahnya.

"Hai." sapa gadis itu saat sudah dihadapan Beby.

"Ka-kamu."

"Iya ini aku."

"Ka-kamu kenapa bisa di-disini ?"

"Oh, lagi nunggu Kinal, eh ga sengaja tadi aku ngeliat kamu."

Beby terdiam tak tau harus mengucapkan ataupun melakukan sesuatu.

"Kenapa sih ? Canggung banget. Santai aja kali. Eh iya, kamu mau kemana ?"

"Mau ke toko buku."

"Wah, ikut dong, aku sekalian mau cari novel."

"Terus Kinal ?"

"Gampang itu mah. Dia biar bawa mobil aku aja. Gimana ? Aku boleh ikut kamu kan ?"

"Bo-boleh."

"Yeay, yaudah bentar ya, aku kasih kunci mobil aku ke Kinal dulu."

"Astaga, kenapa gue ngebiarin dia ikut coba ? Ya ampun Beb, bodoh banget sih lo." ucap Beby memaki dirinya sendiri.







Setelah dari toko buku, mereka menyempatkan mampir ke sebuah restoran karena perut mereka sudah meronta agar diisi makanan.

Keduanya begitu menikmati makanan yang mereka pesan. Sebetulnya Beby memang agak canggung, tetapi ia mencoba untuk bersikap santai.

Selesai makan, mereka memutuskan untuk kembali ke tempat tinggal mereka.

"Pulang bareng aku aja."

"Eh ? Ga usah, Beb. Aku naik taksi online aja."

"Apaan deh ? Kamu kan tadi pergi sama aku, ya pulangnya harus sama aku."

"Ga usah Beb, apartemen aku jauh lho."

"Ya gapapa. Kamu ikut aku dalam keadaan baik-baik, ya berarti pulangnya harus aku pastiin dalam keadaan baik-baik juga. Gimana ?"

"Tapi ga ngerepotin kan ?"

"Ga kok."

"Yaudah deh kalo kamu maksa."

Tanpa disadari waktu sudah berganti menjadi malam. Ya, gadis yang sejak siang bersama Beby ialah Shania, orang yang.... ya kalian pasti tau lah apa yang kumaksud tanpa kujelaskan lagi.

Keadaan didalam mobil sangatlah hening. Tak ada sebuah musik yang mengalun indah, tak ada sebuah pembicaraan diantara keduanya. Hanya suara kebisingan kendaraan dari arah luar yang masih tertangkap oleh indra pendengaran mereka.

"Emm, Shan."

"Ya ?" Shania menoleh kearah Beby yang berada di bangku kemudi.

"Maaf." ucap Beby dengan pelan dan sedikit ada nada penyesalan disana.

"Untuk ?"

"Maaf semalem aku kebablasan."

"Beb, berentiin mobilnya di pinggir jalan."

"Ngapain ?"

"Berenti sekarang."

Beby pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Now, look at me."

Beby tak ingin menoleh. Karena jika Beby menoleh, itu membuat Beby semakin merasa bersalah.

"Beb." panggil Shania menggenggam tangan kiri Beby yang masih berada di kemudi.

Dengan terpaksa Beby menoleh.

"Dengerin aku. Aku ga peduli kamu udah ngambil sesuatu yang sangat berharga dari aku. Sejak awal ketemu kamu, aku mau kita temenan. Teman dekat layaknya aku sama Kinal. Please, jangan hanya karena masalah semalem malah buat kita ga bisa temenan. Aku siap jadi tempat keluh kesah kamu. Kalau kamu lelah dengan semuanya, ada bahu aku yang selalu bisa jadi sandaran kamu. Jangan merasa bersalah. Aku bahkan udah ngelupain kejadian semalem. Anggep aja semalem hanya sebuah kenakalan sedikit."

"Tapi, kamu ga benci kan sama aku ?"

"Kalo aku benci sama kamu, kenapa juga tadi siang aku panggil kamu terus ikut kamu ke toko buku ?"

"Ya siapa tau kamu benci sama aku."

"Ga akan, Beb."









TBC

Bbnj gaes~
Kabur ah~ 🏃🏃🏃🏃🏃

13 September 2017

ANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang