Beby berjalan menuruni tangga sambil memutar-mutarkan kunci mobil di jarinya. Meskipun masih begitu pagi menurut Beby, tetapi dirinya tampak sudah sangat rapi. Entah ia ingin pergi kemana pagi ini hingga sudah bersiap-siap seperti itu.
"Anin." panggil Beby sedikit berteriak agar Anin mendengar suaranya.
"Ya Kak ?" Anin menghampiri Beby dari arah dapur. Ya seperti biasa, pekerjaannya memang lebih sering di dapur. Dengan rambut yang di kuncir satu agak meninggi, membuat leher putihnya terpampang begitu jelas. *eykokjadikeleher 😂😂😂
"Anterin Kak Beby yuk."
"Mau kemana Kak ?"
"Ke toko kue. Mau cari kue buat Nabilah."
"Ini masih pagi Kak, toko kue belum ada yang buka. Agak siangan aja gimana ? Atau ga nanti sore ?"
"Siang panas, Nin. Sore takut hujan."
"Perasaan naek mobil deh, mau panas atau hujan tetep aja ga terasa." batin Anin.
"Bukannya naik mobil ya Kak ?"
"Iya sih, tapi males ah. Kalo panas nanti silau, terus kalo hujan yang ada jalanan ga keliatan gara-gara hujan lebat."
Anin nampak sedikit berfikir untuk mencari jalan keluar dari masalah ini. Anin menjentikkan tangannya dan tersenyum lebar saat menemukan jalan keluar.
"Kamu kenapa ?"
"Gimana kalo kue nya kita buat sendiri aja Kak ?"
"Emang kamu bisa ?" tanya Beby sedikit tidak yakin pada Anin.
"Ngeremehin banget sih, aku bisa tau." jawab Anin cemberut dan wajah yang sok di sedih-sedihin.
"Hahaha, iya iya. Yaudah ayo, biar aku bantuin." Beby merangkul Anin menuju dapur. Dan jantung Anin selalu berulah jika Beby menyentuhnya. Jangankan menyentuh, berdekatan saja detak jantung Anin sudah tak karuan.
Untuk "Kakak" itu sendiri Beby yang meminta Anin untuk memanggilnya seperti itu. Kemungkinan dua hari yang lalu Anin resmi memanggil Beby dengan sebutan "Kakak". Sebab Beby bilang agar mereka lebih akrab dan tidak ada lagi yang namanya bawahan ataupun atasan.
Kini dihadapan mereka sudah ada bahan-bahan yang akan mereka pakai untuk membuat kue. Mulai dari tepung terigu, telur, margarin, coklat bubuk, coklat batangan, dan lain-lain.
"Jadi gimana mulainya ?" tanya Beby melipat lengan flanel yang ia pakai hingga siku.
"Kita masukin ini dulu Kak." Anin mulai memasukkan beberapa bahan ke sebuah wadah.
"Terus diapain lagi ?"
"Sekarang kita kocok pake mixer."
Anin begitu serius me-mixer beberapa bahan kue yang telah di campurkan itu. Sedangkan Beby malah melakukan hobi barunya beberapa hari ini, yaitu memandangi wajah serius Anin.
Bukan Beby namanya kalau tidak jahil. Entah mengapa ide jahil selalu ada saja yang lewat di kepalanya. Saat Anin masih serius-seriusnya menunggu agar adonan yang ia mixer sedikit mengembang, tiba-tiba saja Beby mencolek pipinya dari samping hingga terlihat putih karena Beby menyoleknya dengan terigu.
"Kak Beby..." rengek Anin.
"Hehehe, peace." Beby mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
Anin mematikan mixer lalu membalas perlakuan Beby.
"Hahahaha, hidung Kak Beby." Anin tertawa geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIN
FanfictionDia. Hanya dia alasan yang kupunya untuk tetap bertahan hidup di dunia yang menurutku sangat kejam ini. Dan dia lah yang membantuku keluar dari masa-masa kelamku. Aku, Beby Chaesara, dan inilah cerita hidupku.