15

803 60 12
                                    

Beby terbangun karena merasa kerongkongannya kering. Beby sempat melihat jam yang tergantung di dinding yang sudah menunjukkan pukul 6.

"Engh...." rintih Beby saat menggerakkan tangan kanannya.

Beby terheran melihat pergelangan tangannya dilapisi kain kasa. Pandangannya pun teralihkan untuk melihat sekitar. Anin tertidur di meja belajarnya, Gaby tertidur di sofa yang berada di sebelah kanan ranjangnya, dan Nabilah yang tertidur di lantai dengan beralaskan karpet. Itu yang Beby dapatkan di kamarnya saat ini.

"Shit, lagi-lagi gue bertingkah seperti orang gila." gumamnya bersandar pada kepala ranjang.

Dengan perlahan Beby beranjak dari ranjangnya berusaha agar tidak menimbulkan suara sedikitpun lalu keluar kamar untuk mengambil minum.

Sekembalinya mengambil minum, Beby langsung membuka gorden kamarnya yang masih tertutup membuat tiga orang yang masih terlelap terganggu karena cahaya matahari yang masuk ke kamarnya.

"Bangun kali, udah pagi!"

Nabilah mengucek matanya untuk memperjelas pandangannya. "Kampret lo! Gue masih ngantuk, Beb. Izinin gue untuk lanjutin tidur 1 jam lagi ya."

"Dasar kebo!" Beby melempar bantal ke wajah Nabilah.

"Bil, bangun ih." Gaby mencoba membangunkan Nabilah. Bukannya bangun, Nabilah malah memaju-majukan bibirnya.

Dengan cepat Beby menutup mata Anin kemudian mendorong Anin untuk keluar dari kamarnya sebelum Anin melihat sesuatu yang tak senonoh.

"Mata kamu bengkak! Kenapa?"

"Ga kenapa-napa Ka."

"Bohong! Habis nangis ya?"

Anin menggeleng dan tersenyum. Saat ingin pergi, Beby menahan lengan Anin yang tak sengaja mengenai luka lebam di siku Anin membuat Anin meringis.

"Siku kamu..." Beby mencoba mengingat-ingat kejadian yang terjadi semalam.

Beby menghembuskan nafasnya. "Maaf ya. Gara-gara Ka Beby, kamu jadi begini."

"Ka Beby ga salah."

"Ka Beby salah, Nin."

"Ka Beby ga salah. Aku ngerti keadaan Ka Beby."

"Maaf ya. Terserah kamu mau bilang aku ga salah, tapi intinya siku kamu jadi kayak gitu karena aku." ucap Beby merasa bersalah.

"Ka, ga usah merasa bersalah gitu. Lagipula luka nya ga terlalu parah. Kompres sedikit juga langsung hilang kok."

"Biar Ka Beby obatin."

"Ga usah, Ka. Anin bisa obatin sendiri. Sekarang Ka Beby mandi, Anin mau siapin sarapan dulu."

Beby mengangguk patuh membuat senyum Anin mengembang. Anin berjalan menuruni tangga, sedangkan Beby kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Heh, lu nyulik anak orang seharian. Bawa pulang sana!" Beby lagi-lagi melemparkan bantal ke wajah Nabilah yang sedang manja manja pada Gaby.

"Ngusir Beb?"

"Iya. Kenapa emang?" sinis Beby.

"Oh gitu? Butuh kalo lagi susah doang ya? Sial emang lu."

ANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang