"Silahkan diminum," Anin meletakkan secangkir teh yang ia bawa di meja.
"Non Beby udah pulang ? Eh iya, ini tadi ada yang nyariin non Beby. Kalau begitu saya permisi dulu," Anin kembali berjalan menuju dapur.
Ya, orang yang baru saja masuk itu ialah Beby. Gadis yang mana tamu itu berdiri, sedangkan Beby masih berdiam ditempat.
"Lo ga kangen sama gue ?" ucap sang gadis sambil merentangkan kedua tangannya.
Tak lama senyum Beby mengembang dan langsung berhambur memeluk gadis itu. "Gue kangen. Kangen banget sama lo."
Untuk sesaat mereka menikmati pelukan kerinduan mereka berdua. Tak lama bahu sebelah kiri sang gadis terasa basah.
"Yah dia nangis," ucapnya melepas pelukan Beby.
"Gue kangen ama lu, gila,"
"Hahah, cengeng banget sih lo. Gue ga suka dah kalo udah mellow-mellow gini. Udahlah ga usah nangis,"
Beby menghapus air matanya.
"Lu kapan balik ? Kok ga ngabarin gue dulu sih," ucap Beby.
"Hahah, gue balik kemarin. Sengaja, biar surprise. Btw, Lu makin cungkring aja sih. Kagak makan-makan lu ye."
"Hahah, ga lah."
"Ya terus kenapa jadi begini ?"
"Gapapa kok. Ke kamar gue aja yuk."
"Jangan bang, dedek masih polos. Dedek ga tau apa-apa,"
"Njir, geli gue. Udah ah ayo," ucap Beby merangkul gadis itu dan berjalan bersama ke kamarnya.
"Beb, cewek tadi siapa ?" tanya gadis itu sambil memakan cemilan yang ada dikamar Beby.
"Dia Anin, anaknya mbok Ijah,"
"Serius lo ? Cakep amat dah,"
"Lu jelalatan amat dah. Ga bisa liat yang cakep dikit,"
"Elah canda kali. Lagi juga gue mah udah punya. Bahkan lebih bening dari si Anin-anin itu."
"Eh serius ? Ciee temen gue gak jones lagi,"
"Jonesnya bisa diapus ga bang ? Ngena loh itu,"
"Hehe, jadi siapa nih yang udah memenangkan hati seorang Nabilah ? Kenalin kali,"
Ya, gadis itu adalah Nabilah. Sahabat Beby yang beberapa tahun lalu pergi ke Amerika untuk pertukaran pelajar.
"Jangan ah, ntar dia naksir ama lu,"
"Jiaah, kagak lah. Gue mah makannya nasi, bukan temen,"
"Iya lu ga makan temen, cuma nikung,"
"Lisannya minta dinafkahi ya,"
"Hehe, canda. Nanti juga lo tau kok. Lagipula besok dia balik ke Indonesia."
"Dia orang Indonesia ?"
"Yo'i. Manado."
"Keren," Beby berdecak kagum pada sahabatnya ini.
"Lo sendiri gimana ?"
"Gimana apanya ?"
"Udah ada yang mencairkan hati lo yang beku kayak es itu ?"
"Lo balik-balik kok makin nyebelin ya,"
"Makasih. Gue emang udah lucu dari lahir,"
"Terserah, Bil. Terserah,"
"Eh gue pinjem toilet ya. Kebelet pipis ih," ucap Nabilah langsung ngacir kedalam toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIN
FanfictionDia. Hanya dia alasan yang kupunya untuk tetap bertahan hidup di dunia yang menurutku sangat kejam ini. Dan dia lah yang membantuku keluar dari masa-masa kelamku. Aku, Beby Chaesara, dan inilah cerita hidupku.