Tanpa Beby dan Anin sadari, sejak mereka keluar dari salon ada yang terus mengikuti mereka dari belakang.
***
Setelah puas berkeliling, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat ingin masuk ke dalam mobil, tak sengaja Beby melihat seseorang yang ia kenal.
"Elaine." panggil Beby.
Orang itu pun menoleh dan tersenyum kepada Beby.
"Bentar ya, Nin. Kamu tunggu di dalam mobil aja!" ucap Beby lalu menghampiri seseorang bernama Elaine itu.
Dengan patuh Anin mengangguk dan melaksanakan perintah Beby.
Di dalam mobil Anin menatap kesal keduanya yang terlihat begitu akrab. Bahkan sebelum mengobrol, mereka sempat berpelukan membuat Anin berfikiran yang aneh-aneh akan keduanya.
Tak lama Beby masuk ke dalam mobil, tetapi seseorang bernama Elaine itu juga ikut masuk ke dalam mobil Beby.
"Anin, ini Elaine temen SMA aku. Elaine, ini Anin." Beby memperkenalkan keduanya sambil melajukan mobilnya keluar basement mall tersebut.
"Anin, Ka."
"Elaine. Anin pacarnya Beby?"
"Eh?" kaget Beby dan Anin bersamaan.
"Hahahaha, kalian kompak banget. Aneh aja ngeliat Beby deket banget sama orang lain selain Nabilah. Baru kali ini ngeliat Beby lagi, udah gitu ga sendiri. Soalnya dari dulu dia cuma deket sama Nabilah."
"Hmm, bu-"
"Do'a-in aja." selak Beby membuat Anin menatap Beby heran.
Sesampainya di rumah Beby, ketiganya turun dari mobil dan Anin langsung masuk duluan ke rumah membawa belanjaan yang mereka beli tadi.
Beby dan Elaine berpapasan dengan Farish yang sudah berpakaian rapi.
Dengan sopan Elaine menyalami punggung tangan Farish. "Elaine Om, temen Beby waktu SMA." Elaine memperkenalkan diri pada Farish.
"Ah teman lama Beby rupanya. Kok Om ga pernah melihat kamu ya?"
"Iya Om, Elaine cuma teman sekelas Beby. Ini juga pertama kalinya Elaine diajak ke rumah Beby."
"Pantas saja. Ya sudah Om pamit dulu. Beby, Papa berangkat ya." pamit Farish yang tak dihiraukan oleh Beby.
Hubungan ayah dan anak yang sedang renggang itu membuat Elaine bingung dan berfikir apa Beby bersikap dingin pada semua orang termasuk orang tuanya sendiri?
"Elaine, duduk! Aku ambil minum dulu buat kamu." Beby mempersilahkan Elaine untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu rumahnya.
Sepeninggal Beby ke dapur, mata Elaine terus memperhatikan isi rumah Beby. Elaine tertarik untuk mendekati foto keluarga Beby yang terpajang di dinding serta beberapa bingkai berisikan foto-foto masa kecil Beby yang terletak di atas meja.
Ada dua bingkai foto keluarga Beby yang terletak di atas meja. Pada foto pertama, keluarga Beby kompak mengenakan pakaian hitam. Meski Elaine belum pernah bertemu Ibu Beby, tapi Elaine dapat menebak bahwa wanita yang duduk di sebelah Beby itu ialah Ibu Beby. Beby yang mengenakan dress hitam selutut terlihat begitu manis dengan senyum yang mengembang.
Lain hal dengan bingkai foto yang satu lagi. Di foto itu hanya ada Beby dan ayahnya yang sama-sama mengenakan pakaian berwarna putih. Ekspresi wajah yang Beby tunjukkan pun berbeda dari bingkai foto yang tadi. Meskipun warna putih sering dilambangkan sebagai bentuk kebahagiaan, tapi sepertinya itu tidak berlaku pada Beby di foto tersebut yang memaksakan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIN
FanfictionDia. Hanya dia alasan yang kupunya untuk tetap bertahan hidup di dunia yang menurutku sangat kejam ini. Dan dia lah yang membantuku keluar dari masa-masa kelamku. Aku, Beby Chaesara, dan inilah cerita hidupku.