"Kak Beby ga siap-siap?"
"Siap-siap kemana?"
"Biasanya kan Kak Beby udah siap-siap berangkat ngampus."
"Hari ini ga ada kelas, jadinya Kakak mau di rumah aja. Berduaan sama kamu."
"Apa sih? Anin sibuk. Masih banyak kerjaan."
"Ck, sibuk mulu. Kapan ada waktunya buat Kak Beby?"
"Males ah, Kak Beby mah manja." Ucap Anin kembali ke dapur. Beby hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tok! Tok! Tok!
Beby berdiri bersamaan dengan Anin yang muncul dari dapur. "Biar Kakak aja yang buka." Anin mengangguk dan kembali ke dapur melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Cklek!
"Kinal?"
"Pagi, Beb."
"Ada angin apa lo dateng kesini?"
"Ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo."
"Apa?"
"Apa ga sebaiknya kita ngobrol di dalam Beb? Biar lebih enak ngobrolnya."
Beby terdiam. Benar memang kata Kinal, tidak sopan mengobrol di depan rumah, menghalangi jalan untuk masuk juga, tapi apa reaksi Anin nantinya? Bisa-bisa Anin mengira bahwa Beby masih berteman dengan Kinal.
"Di sini aja Nal, sebentar lagi juga gue mau pergi."
"Oh ok. Sorry gue baru balik lagi setelah ngilang gitu aja."
"Dan sukses menghancurkan masa depan gue." sambung Beby datar.
"Ya, dan maaf untuk yang itu juga. Gue udah ga tau harus kemana lagi, gue bener-bener butuh bantuan lo."
"Kenapa? To the point aja deh. Gue males sama orang yang kebanyakan basa-basi."
"Gue mau minjem uang sama lo."
"Berapa?"
"Seratus lima puluh juta."
"Gila ya lo! Udah buat kesalahan sama gue sampe buat gue tersiksa sendirian, sekarang dateng-dateng minjem duit banyak. Kayaknya lu emang ga punya malu deh Nal. Sorry gue ga bisa."
"Beb, terserah lu mau bilang gue apa, tapi gue bener-bener ga tau harus kemana lagi. Cuma lo doang yang bisa bantu gue Beb. Gue mohon Beb, bantu gue, kita temen kan?"
Beby tersenyum sinis. "Iya kita temen, tapi itu dulu. Dan gue menyesal pernah menganggap lo sebagai teman. Seorang teman ga akan mungkin menjerumuskan temannya sendiri ke sesuatu yang ga baik." Akhir Beby menutup pintu rumahnya.
"Siapa Kak?" tanya Anin saat Beby sudah kembali ke ruang tv.
Beby tak menjawab pertanyaan Anin. Ia duduk di sofa dengan wajah kesal. Anin yang tau keadaan Beby sedang tidak baik untuk saat ini pun duduk di sebelahnya.
"Kenapa, hm?" Anin menarik dagu Beby hingga mereka kini saling bertatapan. Anin menatap Beby dengan lembut.
Beby tersenyum dan menggeleng. "Kak, kalo emang ada sesuatu, Kakak bisa cerita ke aku."
"Kakak ceritain, tapi kamu janji jangan nyelak omongan Kakak apalagi ngambil kesimpulan yang enggak-enggak."
"Iya Anin janji."
"Yang tadi datang itu Kinal."
Beby yang sadar dengan perubahan di wajah Anin kembali melanjutkan ucapannya. "Jangan nyelak dan ngambil keputusan yang enggak-enggak. Aku udah bener-bener ga main lagi sama dia. Aku sendiri juga bingung kenapa dia tiba-tiba dateng kesini."
"Dia kesini ngapain?"
"Dia mau pinjam uang seratus lima puluh juta sama aku."
"Hah? Kamu serius Kak?"
"Iya."
"Terus kamu kasih?"
"Enggak lah. Enak aja. Seratus lima puluh juta itu uang yang besar Nin. Mending aku pake uang itu untuk nikahin kamu dibanding ngasih pinjem ke dia."
"Apa sih Kak Beby ih? Lagi serius nih."
"Ciee.... Pipinya merah."
"Kak Beby back to topic!"
"Ok ok. Aku juga ga ngerti sebenernya tujuan dia mau apa, orang tiba-tiba dia bilang mau pinjam uang segitu, ya ga aku kasih lah."
"Kamu tau kenapa dia mau pinjam uang segitu banyak sama kamu?"
"Enggak."
"Dia pasti punya banyak hutang karena sering mengonsumsi narkoba."
Beby mencubit pipi Anin dengan gemas saat gadis itu mulai mengucapkan kesimpulannya yang belum tentu benar. Wajahnya begitu menggemaskan ketika dia sedang membayangkan apa yang tidak ia suka.
"Sakit Kak Beby!"
"Abisnya kamu lucu, bikin Kak Beby gemes!"
"Eh inget loh, hari ini Kak Beby ada jadwal terapi."
"Iya sayangnya Kak Beby. Kamu ikut, 'kan?"
"Iya. Udah ah, Anin mau lanjut."
***
Setelah pulang dari rumah sakit, Beby dan Anin hanya bersantai-santai di rumah. Seperti sekarang, Beby sedang menonton tv tiduran dengan bantal yang beralaskan paha Anin. Meski terkadang mereka lebih banyak mengobrol dibanding menonton film yang sedang tayang di tv. Ah iya, kalian belum diberitahu kabar bahagia dari mereka berdua ya? Mereka berdua sudah resmi menjadi sepasang kekasih sejak lima hari setelah Beby mengungkapkan perasaannya.
"Serius ya Nin, kalo kamu liat pasti ketawa deh. Sekarang kamu bayangin aja gimana ekspresi Nabilah kalo shock gitu, lucu Nin, parah sih emang, hahaha...."
"Emang kenapa sih Kak kok Kak Nabilah bisa begitu?"
"Jadi ceritanya Nabilah sama Gaby abis makan siang yang mana sampe nguras isi dompet Nabilah. Nah mereka jalan-jalan ke mall, sialnya Gaby ngeliat tas diskonan. Gaby yang ga bawa dompet otomatis mau minjem dulu kan ke Nabilah. Ya Nabilah sih ok ok aja, eh ujung-ujungnya dia kaget ngeliat harganya, mana duit bulanan dia katanya lagi di stop sama ortu nya, hahaha... Kasian banget itu anak."
"Ya ampun, terus Kak Nabilah gimana tuh Kak?"
"Kemaren dia curhat ke Kak Beby sambil nangis-nangis, hahahah...."
"Kak Beby ga bantuin gitu? Jahat banget!"
"Dia mah emang gitu Nin. Biarin aja, namanya juga bucin. Bucin mah bebas."
"Kak Beby bucin ga?"
"Enggak lah. Lagipula kamu kan ga pernah nuntut ini-itu sama aku."
"Kalo Anin minta sesuatu sama Kakak, Kakak kasih ga?"
"Tergantung, kamu minta apa dulu. Kalo kamu minta seluruh hati Kakak, itu sih pasti Kakak kasih."
"Kalo aku minta Kakak untuk setia gimana?"
"Ya ampun, kurang setia apalagi sih Kak Beby sama kamu sayang, hm?"
"Tuh bucin tuh, hahaha Kak Beby bucin."
"Gapapa, bucinnya kan cuma sama kamu."
"Woo, bucin."
Ting nong!
"Biar Kak Beby aja yang buka ok?" Beby bangkit dan berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang bertamu malam-malam gini.
Ckklek!
Hari ini adalah hari yang memberikan kejutan cukup banyak untuk Beby.
"Malam Beb." sapanya.
TBC
Ciee sapa tuh sapa? Kalian pasti tau jawabannya, wkwkwk
23 Januari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
ANIN
FanfictionDia. Hanya dia alasan yang kupunya untuk tetap bertahan hidup di dunia yang menurutku sangat kejam ini. Dan dia lah yang membantuku keluar dari masa-masa kelamku. Aku, Beby Chaesara, dan inilah cerita hidupku.