16

665 53 8
                                    

Setelah selesai berkutat dengan pekerjaan rumah, Anin langsung bersiap-siap karena Beby mengajaknya untuk makan malam di luar. Tadi pagi ketika Anin sedang menyiram tanaman, Beby menelponnya dan mengatakan bahwa kemungkinan besar ia akan pulang sore menjelang malam. Dan beberapa jam yang lalu Beby kembali menelpon  Anin dan mengajaknya untuk makan malam di luar. Katanya sengaja, agar Anin tidak terlalu capek.

Anin memesan ojek online untuk menuju ke tempat dimana ia dan Beby akan bertemu. Setelah ojek online pesanannya datang, Anin pun berangkat. Sesampainya di restoran, Anin mencari-cari keberadaan Beby. Tak butuh waktu lama, matanya menangkap sosok Beby yang sedang serius membaca menu. Tiba-tiba ide jahil terlintas di kepalanya.

Anin melangkah dengan pelan berusaha tidak menimbulkan bunyi apapun saat jaraknya dengan Beby sudah cukup dekat.

"Kalo aku jantungan, kamu tanggung jawab ya?"

Anin yang semula sudah berancang-ancang untuk mengejutkan Beby harus berakhir dengan duduk di hadapan Beby dengan lemas. Wajahnya ditekuk, bibirnya mengerucut.

"Kok Ka Beby tau sih? Sebel ah."

Beby menutup daftar menu dan menatap Anin. "Kapan kamu masuk ke restoran ini aja Ka Beby tau!" Beby memang mengetahui kehadiran Anin sejak gadis itu masuk ke restoran. Bahkan style dan make up tipis yang Anin gunakan saat ini mampu mengalihkan dunianya.

"Ah ga seru."

"Ga usah cemberut gitu. Ka Beby terlanjur gemes, nanti Ka Beby acak-acak nih rambut kamu," ancam Beby yang bisa saja benar-benar dilakukan.

Anin yang tidak ingin rambutnya berantakan pun langsung menggeleng.

"Senyum," Beby menarik kedua sudut bibir Anin ke arah yang berlawanan.

"Nah gitu kan cantik. Ka Beby jadi suka."

Seketika wajah Anin memerah bak buah tomat. Brengsek memang, setelah dengan mudahnya kata-kata itu keluar dari mulut Beby dan mengakibatkan kebaperan mendadak yang dirasakan Anin, Beby malah kembali sibuk dengan daftar menu di tangannya.

"Anin!"

"Kamu Anin 'kan?" tanya seorang gadis menghampiri Anin.

Anin hanya mengangguk memperhatikan gadis itu.

"Aku Erika. Kamu lupa?"

Anin masih diam. Kali ini ia bukan diam karena bingung, melainkan sedang berpikir. Mengingat-ingat siapa itu Erika.

"Temen TK kamu Nin!"

"Oh.... Ya ampun Erika. Apa kabar?" Anin berdiri memeluk Erika.

Beby sempat melirik Erika dengan tatapan tidak suka. Beby risih melihat cara Erika menatap Anin.

"Aku baik Nin. Kamu sendiri gimana? Kayaknya udah jadi anak metropolitan nih sekarang." Erika melepaskan pelukan mereka.

"Aku juga baik kok. Hahaha... enggak kok. Eh iya kenalin ini Ka Beby."

Beby bangkit dari duduknya kemudian mengulurkan tangannya. "Beby."

Erika membalas uluran tangan Beby. "Erika, Ka."

Beby melepaskannya lebih dulu.

"Pacar?" Erika menatap Beby dan Anin secara bergantian.

"Hah? Kita?" tanya Anin.

"Oh iya lah, kita pacar. Iya 'kan?" Beby merangkul Anin kemudian menaik-turunkan kedua alisnya menoleh ke arah Anin.

"Hah? Haha... iya."

"Syukur deh. Tadinya kalo kamu masih sendiri, aku mau ajak kamu pacaran."

Dengan kompak Anin dan Beby membulatkan kedua mata mereka. "Hahahaha... enggak kok, aku bercanda." lanjut Erika.

ANINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang