Lemonade

2.4K 81 1
                                    

Staring :
Nina Dobrev as Diandra Carter
Paul Rudd as Sam Mathewson
Dua Lipa as Lindsay Moore
Jake Gyllenhaal as Jonathan
Jude Law as Marcus
Elizabeth Olsen as Louise
Cara Delevingne as Julia
Emily Vancamp as Martha
———————————————————————————
Udara dingin musim gugur berhembus lembut di sebuah kompleks apartment di Portland

"Kau yakin akan pergi kesana hari ini?"
Untuk kesekian kalinya Lindsay bertanya padaku. Tepatnya bertanya apa aku akan pergi ke penampungan hewan dari pada harus pergi menonton bioskop plus menemaninya kencan buta dengan penghuni apartment disebelah.

"Sudah ku katakan, aku akan pergi. Lagi pula aku tidak ada uang untuk menemanimu menonton, apalagi kencan buta" jawabku dengan malas.

Aku memang sudah setahun ini menjadi sukarelawan di sebuah shelter. Alasannya? Karena aku menyukai hewan, terutama anjing dan kucing. Tetapi aku tidak diizinkan memelihara hewan oleh orangtuaku karena ibuku, well mendiang ibuku alergi terhadap bulunya.

Aku sedang bersiap-siap berangkat, ketika Lindsay mulai memandangku dengan tatapan memelas.

"Come on honey, my love. Ayo ikutlah denganku. Aku akan mentraktirmu sepuasnya." Katanya sembari menggodaku dengan tatapannya yang memelas. Aku memutar bola mataku dengan malas.

"Hentikan itu, wajahmu lebih terlihat seperti menahan mulas daripada menggoda. Wajahmu terlihat masam seperti es lemonade. Minggirlah" kataku malas.
Dengan kecewa Lindsay menyingkir dari jalanku. Jarak apartemenku dari shelter tempatku menjadi relawan adalah 30 menit menggunakan bus. Angin dingin berhembus menembus jaketku, aku mengeratkan jaketku seraya memeluk diriku sendiri.

20 menit kemudian bus berhenti di halte tujuanku. Aku turun dari bus dan mulai berjalan. Setelah berjalan sekitar 10 menit, aku sampai di depan bangunan shelter dengan tulisan "I woof you" terpampang dengan jelas. Aku langsung masuk dan menerima sambutan suara khas anjing dan hewan lain.
"Selamat datang Diandra, aku mengira kau tak akan datang hari ini." Sebuah suara serak khas wanita tua menyapaku.
"Hey Grace.. hehe aku pasti datang jika tidak ada halangan. Tadi memang ada sedikit halangan, tapi sudah dapat teratasi." Aku menjawaba sapaan Grace, pengurus sekaligus pendiri shelter ini.

"Halangan apa itu?" Grace mengerutkan dahinya,bingung. "Lindsay memaksaku untuk menemaninya ke bioskop dan kencan buta." Jawabku.
"Hmm.. kau harusnya menerima ajakan itu, apalagi kau sendiri belum memiliki pacar. Jika kau terus kesini, kapan kau memiliki pacar?" Sahut Grace panjang lebar. Ia memang sudah seperti ibuku sendiri, dia sangat memperhatikanku sampai detail. Dia mengisi figur seorang ibu, setelah 14 tahun hidupku tanpa seorang ibu, Ibuku meninggal akibat kecelakaan saat umurku 8 tahun. Ayahku meninggal 4 tahun kemudian.
"Grace, kau tahu aku tidak tertarik dengan hal seperti itu, aku ingin fokus bekerja. Lagi pula aku menikmati kegiatanku disini." Jawabku santai.

"Terserah kau sajalah." Jawab Grace menyerah. Grace selalu menyerah jika aku sudah menjawab pertanyaannya dengan rentetan jawaban dan bahkan jawaban itu akan menjawab pertanyaan yang akan dia lontarkan berikutnya.

Author POV
Diandra sedang membersihkan kandang-kandang anjing, ketika Grace memanggilnya.

"Diandra, tadi pagi aku menemukan seekor anjing di pinggir sungai, tapi aku tidak yakin itu anjing jenis apa. Bisa kau periksa? Ia ada di ruang karantina"

"Baiklah, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dulu, aku akan memeriksanya nanti." Jawab Diandra.

Diandra melangkah ke ruang karantina, dan melihat seekor anjing sedang meringkuk kedinginan diatas matras berbentuk tulang. Diandra menatap anjing itu dengan tatapan aneh, pasalnya anjing itu berukuran 2 kali lebih besar dari anjing pada umumnya dengan bulu berwarna abu-abu, dan menyerupai serigala.

"Aku tidak yakin kalau yang dibawa oleh Grace ini adalah seekor anjing. Apakah ini alaskan malamute?husky? Atau hybride"kata Diandra kepada dirinya sendiri.
Ketika Diandra menyentuh kepala anjing itu, ia menggeliat dan menoleh ke arah Diandra. Matanya menatap lekat mengunci pandangannya kearah mata Diandra dan berkilat.
"Aku bersumpah matamu bekilat tadi."
kata Diandra lebih kepada dirinya sendiri. Namun detik berikutnya, anjing itu memperlihatkan gerak-gerik ramah dan bahkan menjilat tangan Diandra. Diandra menyukainya, sebuah ide gila muncul dipikirannya dan mungkin cukup untuk membuat Lindsay histeris. Bibirnya tertarik keatas membentuk seburat senyuman.
"Wow, kau memang pandai menaklukan hewan Diandra, sejak dia datang pagi ini, dia tidak ramah pada siapapun, bahkan hampir menggigit Rolland."
Ucap Grace seraya masuk ke ruang karantina.

Diandra terkekeh dan berkata, "Mungkin sudah keahlianku, atau aku memang berjodoh dengan anjing ini, bolehkah aku membawanya pulang Grace?"Diandra mengutarakan idenya ini tanpa bisa menahan rasa semangat yang hampir meledak.

"Kau menginginkan anjing itu? Benarkah? Well dia hanya menurut kepadamu. Kau boleh membawanya." Jawab Grace.

"Benarkah? Thank you so much. Kau yang terbaik." Kebahagian Diandra meledak, ia berjingkrak-jingkrak dan memeluk Grace.

Namun mereka berdua tidak tau bahwa ada jiwa lain yang sedang berdebat, antara keraguan dan kebahagian, bahkan Diandra pun tidak tau, setelah ini hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Moonlight and DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang