Diandra POV
15 hari berlalu setelah David menolongku. Tapi dia tidak pernah meminta darahku seperti perjanjian. Maksudku, aku senang sih. Tidak terbayang olehku jika digigit oleh sesosok mahluk sebesar dirimu, digigit nyamuk saja sakit.
Aku mulai memahami alur aktivitasnya. Subuh sampai petang Ia akan di ruang bawah tanah, sudah pasti. Malamnya Ia akan berkeliaran di dalam kastil, tapi Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di sebuah ruangan mirip ruang kerja, namun yang Ia lakukan disana hanya membaca buku tua dengan ukiran rumit pada sampulnya. Sesekali mengobrol denganku, membuatkanku makanan. Begitu seterusnya."David?" Tanyaku. Ia mendongak dan melihatku sambil menutup buku yang Ia baca.
"Kau tidak lapar?" Lanjutku cepat. Ia menaikkan alisnya bingung.
"Maksudku, aku senang kau tidak memakanku selama ini, hanya saja aku penasaran, apa kau tidak lapar?" Ucapkku menjelaskan maksud pertanyaanku.
Ia hanya terkekeh dan menggeleng.
"Aku kan sudah bilang aku tipe yang sensitif, aku tidak suka minum darah mangsaku jika dia dalam kondisi yang buruk, entah mental atau fisik. Dan kau jelas dalam kondisi mental yang buruk. Benar?" Jelasnya.
"Hmm.. begitu ya. Apa hubungannya dengan kondisi mental?" Tanyaku lagi.
"Entahlah, ada hubungannya dengan pemompaan aliran darah mungkin. Tekanan darah yang buruk menyebabkan rasa yang buruk juga." Jawabnya mengakhiri penjelasan rumitnya.
Ia bangkit kearahku dan mendekatkan wajahnya kearah leherku, lalu menghirupnya kuat-kuat."Namun saat ini pikiranmu sudah sedikit tenang. Bagus, aku juga sudah mulai lapar. Terimakasih sudah mengingatkanku." Ucapnya sambil menyeringai.
Terkutuklah aku dengan rasa penasaranku yang besar ini. David pergi dari ruangan ini, dan meninggalkanku sendirian. Karena suntuk, aku mencoba melihat-lihat tak bukunya. Kebanyakan buku yang kubuka berbahasa yang tidak kumengerti. Kecuali satu, buku yang dibaca oleh David tadi.
Aku membuka halaman awal, dan mulai membacanya. Kutebak buku ini sangat tua, lebih tua dari buku yang perna kubaca di kabin Sam. Uh.. mengingatnya membuat hatiku kembali serasa ditusuk ribuan jarum.Aku membaca buku itu lebih dari sejam. Buku itu berisi sejarah tentang dunia mereka, mahluk supranatural. Hampir mirip seperti milik Sam. Namun buku ini menitik beratkan pada kelahiran ke tujuh mahluk supranatural dan vampire.
Terdapat 5 keluarga vampire, yang namanya sangat rumit, dan Beaufort salah satunya, dari urutannya Beaufort adalah keluarga ke 4 yang di ciptakan Lucifer.
Lalu aku juga membaca sejarah keluarga Beaufort. Ada pohon keluarga juga. Aku melihat gambar-gambar wajah mereka. Namun wajah familiar itu muncul, wajah manajerku dan pasangannya. Mempunyai dua keturunan, David dan saudarinya Rebecca.
Aku melihat kearah jendela, matahari sudah sepenuhnya menghilang. Aku pun kelabakan mencari lilin diruangan ini, jelas. Karena kastil ini tidak memiliki aliran listrik, great.
Aku memegang lentera ditanganku, berjalan keluar dari ruangan itu dan mencari David.
Aku melihatnya sedang berdiri menghadap ke arah jendela besar dengan pemandangan lembah dibawahnya. Ia menoleh saat menyadari kehadiranku.
"Kau lapar?" Tanyanya sambil tersenyum. Aku hanya menggeleng.
"Jam berapa sekarang?" Tanyaku padanya.
"Hampir jam 8 malam." Jawabnya mengalihkan pandangan kembali keluar.
"Kalau begitu aku istirahat dulu. Good night David." Ucapku.
"Good night, miss Carter." Jawabnya. Aku tertegun. Dari mana Ia tahu nama belakangku.Aku memilih tidak menghiraukannya dan pergi kekamarku. Sesampainya di kamar, aku menyadari tirai kuno dijendelaku belum tertutup dan menampakkan pemandangan bulan purnama yang bulat sempurna. Aku mendekati jendela dan menikmati pemandangan itu.
Aku merasakan hal aneh terjadi pada diriku. Aku mulai mendengar samar-samar suara lolongan serigala menggema dimana-mana. Tetesan air jatuh entah dimana. Suara angin yang menggerakkan pepohonan. Dan aku mendengar langkah kaki David di lantai bawah."Hey Diandra." Sebuah suara membuatku terlonjak kaget, saking kaget dengan bodohnya aku menjatuhkan lentera lilin yang kubawa, great. Dengan hanya cahaya bulan samar yang menerangi, aku berusaha tetap tenang.
"Siapa itu? Keluarlah dan bicara baik-baik." Ucapku, namun akupun dapat mendengar suaraku bergetar. Memalukan.
"Aku Lucy, wolfmu. Senang akhirnya bisa berbicara secara langsung denganmu." Ucapnya lagi.
Wolfku? Bagaimana bisa."Bagaimana aku bisa memiliki wolf, aku manusia." Sahutku bingung.
"Kau sudah ditandai oleh mate kita kan? Mana dia. Aku ingin bertemu." Jawabnya girang.
"Tak perlu repot-repot mencarinya. Ia sudah me reject kita. Jadi sekarang kita adalah rogue." Ucapku sambil menghela napas.
Ku rasakan Lucy mendesah kecewa.
"Well, kita harus menyelesaikan penyatuan kan?" Tanyanya, namun lebih seperti pernyataan.Belum sempat aku bertanya maksudnya.
Tubuhku rasanya kaku, lalu aku limbung. Dapat kudengar suara patahan, kurasa dari tulangku. Dan sekarang tubuhku diambil alih.
"Da- Dav..." kataku terputus. Sebelum akhirnya aku berada di dalam ruangan gelap.
"Diandra, apa yang..." kudengar David membuka pintu kamarku.
Kurasakan Lucy menggeram.
Sekaranglah akhirnya musuh bertemu dan bertarung, Desahku putus asa. Aku tidak mau mendengar lagi apa yang akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight and Darkness
FantasyWerewolf? Vampire? Kedua mahluk itu asing di kamus Diandra. Tidak pernah percaya mereka ada. Karena mereka hanya ada di televisi. Namun bagaimana jadinya saat Diandra berhasil menghapus kutukan sang Alpha? Dan menolong sang vampire. Hidup Diandra b...