Diandra POV
Semakin hari, pack Sam semakin bertambah banyak. Itu pertanda baik. Tapi, Aku tidak dapat mengingat nama mereka satu persatu. Sungguh memalukan.
Namun ada yang aneh dengan hari ini. Aku merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi, sejak kemarin malam, banyak hewan-hewan aneh berbunyi di belakang kabin kami. Dan itu membuatku takut.
"Sam. Boleh aku mengatakan sesuatu?" Saking takutnya, aku tidak bisa lagi memendamnya sendiri."Tentu saja sayang. Apa yang ingin kau katakan?" Sam tersenyum lembut dan menutup map yang dia baca sejak tadi.
"Sejak kemarin malam, aku diliputi perasaan takut. Entah kenapa aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi." Ucapku sambil meringis.
"Jadi kau bisa merasakannya juga? That's good." Jawabnya. Itu adalah jawaban teraneh yang kudapat.
"Aku sedang khawatir setengah mati Sam. Kau malah mengatakan itu bagus?" Ucapku seraya menempelkan tanganku di dahinya.
"Sebaiknya kau beristirahat, karena sebentar lagi kau akan gila." Lanjutku sambil cemberut.
"No, I mean. Jika kau merasakannya, berarti jiwa serigalamu sudah mulai bangkit, sebentar lagi bulan mati. Wajar jika merasa gelisah, karena bulan mati adalah saat terlemah kaum kami." Jelasnya dengan nada berusaha menenangkan.
Aku hanya mengangguk. Namun perasaan gelisahku tak mau hilang sedikitpun.
Aku memutuskan untuk keluar kabin dan menemui Martha. Namun Ia sedang bersama Marcus, aku tidak mau mengganggu kebersamaan mereka. Jadi aku memutuskan untuk ke arena latihan. Aku melihat beberapa anggota pack muda sedang berlatih. Ada yang berlatih bela diri, berlatih pedang, panah dan martial art. Kutebak umur mereka lebih muda dariku, karena terlihat sangat-sangat muda, namun kemampuan mereka diatas rata-rata. Aku memilih untuk mendekati tempat memanah, karena hanya itu keahlianku, well tidak bisa dibilang keahlian juga, karena aku sempat mengambil ekstrakulikuler memanah.
Aku mengambil posisi, lau membidik sasaran didepanku dan...
"Ah meleset." Desahku kecewa, saat anak panah mengenai bagian biru dari lingkaran sasaran.
Aku membidik lagi dan lagi hingga tak kurasakan waktu berjalan begitu cepat dan hari sudah sore.Aku membereskan arena latihan memanah dan beranjak pergi, namun begitu aku berbalik, aku melihat Julia sedang bersandar di pintu keluar. Ia lalu bangkit dan berjalan kearahku.
"Hai jalang." Ucapnya sengit.
"Excuse me?" Kataku agak tersinggung dengan ucapannya tadi.
"Manusia rendahan, bertingkah seenaknya mendekati Alpha kami. Sam ku." Cibirnya, kentara sekali raut benci itu meletup-letup dimatanya.
"Maaf ya, aku tidak mendekatinya. Tapi kami mate. Kami ditakdirkan untuk bersama." Kataku, namun keraguan terbersit di hatiku.
"Tahu apa kau soal mate, jalang. Seorang Alpha tidak mungkin memiliki mate seorang manusia rendahan sepertimu." Ucapnya lagi meremehkan ku.
Okay sekarang aku benar-benar naik darah. Tapi aku masih bisa menahan diriku.
"Aku tidak ada waktu untuk percakapan ini." Kataku lalu melangkah pergi.
Namun tanpa disangka Ia menyibak rambut yang menutupi mark'ku dan menggoresnya dengan kuku panjangnya. Matanya berubah menjadi kuning, dan itu menyeramkan. Aku meringis kesakitan, tapi aku memilih pergi secepatnya dari tempat itu dan segera menuju ke kabin.
Aku masuk ke kabin dan langsung menutup pintu. Namun ketika aku berbalik, aku sudah melihat Sam dan Julia sedang bercumbu panas. Ya. Sam, mateku. Buku mengatakan mate tidak akan berpaling dari pasangannya, dan sekarang kuanggap semua yang di buku itu bohong. Tapi aku berusaha berpikir positif."Sam? Apa yang kau lakukan?." Tanyaku dengan suara tenang, namun pikiranku sudah meronta ingin menangis.
"Oh, manusia yang malang. Aku sudah bilang. Manusia tidak akan bisa menjadi mate seorang Alpha." Ucap Julia mencemooh.
"Sam, apa maksudnya ini? Aku mate mu. Ingatlah." Bisikku, kini air mata tak dapat ku tahan lagi. Aku meringis dan memegang pundakku yang terluka dan ditambah rasa panas dan perih membuatku lemas.
"Aku bodoh memilih manusia rendahan menjadi mateku. Aku salah. Mulai saat ini, Aku Samuel Anthony Mathewson me-rejectmu Diandra Emily Carter sebagai mate. Pergilah dari sini, aku muak melihatmu." Ucap Sam dingin.
Kata-katanya sungguh menyakitkan, namun sorot matanya sayu dan kosong. Otakku menolak untuk menahan semua ini dan memilih menjauh darinya. Aku berlari keluar, mengabaikan tatapan heran dari anggota pack, terlebih Martha dan Marcus.
Mereka mencoba mencegahku, namun aku dengan sigap mengelak dan berlari ke tengah hutan. Aku berlari tak tentu arah, seakan kakiku punya pikirannya sendiri mengarahkanku menjauh darinya.
Gelap semakin kelam dan mencekam, tidak ada cahaya lagi yang dapat menembus gelapnya hutan. Aku tersandung sesuatu yang membuatku terperosok ke jurang.
Aku mencoba mengedarkan pandanganku yang kabur dan menyadari kakiku berdarah, entah karena apa.
Aku berusaha bangkit, walaupun harus menahan rasa sakit di sekujur tubuhku, dan terutama hatiku."Aku tidak boleh menyerah." Ucapku pada diriku sendiri sebelum kegelapan menyambutku. Namun sesaat sebelumnya, aku merasa seseorang dengan jubah hitam mengangkatku dan membawaku melayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight and Darkness
FantasyWerewolf? Vampire? Kedua mahluk itu asing di kamus Diandra. Tidak pernah percaya mereka ada. Karena mereka hanya ada di televisi. Namun bagaimana jadinya saat Diandra berhasil menghapus kutukan sang Alpha? Dan menolong sang vampire. Hidup Diandra b...