The Game

756 33 0
                                    

Diandra POV
Ketukan pintu membangunkanku. Uh. Siapa mahluk sialan yang berani membangunkanku. Aku melihat kearah jendela. Matahari saja belum muncul.
Aku berjalan gontai ke arah pintu, dan David ada dibalik pintu, matanya hitam pekat, dan kulitnya menjadi pucat. Maksudku semakin pucat. Lingkaran hitam menghiasi matanya, dengan garis kebiruan yang euh.. menjijikkan.
Tubuh David limbung kearahku, reflek aku menangkapnya. Wrong strategy. Akupun ikut limbung, beruntung semenjak Lucy ada, aku merasa kekuatanku bertambah. Dan aku berhasil menahan tubuh kami agar tidak jatuh.
Aku menyeretnya ke ranjangku.
"Apa yang terjadi denganmu? Kau terlihat sangat kacau." Ucapku terus terang.
"I haven't got a blood for 3 weeks. What do you expected?" Dengusnya kesal.
"Jadi kau sekarat?" Kataku menggodanya.
"I already dead miss." Suaranya semakin terdengar kesal.
"Come here." Ucapku seraya menuntun tubuhnya yang astaga beratnya, kedalam dekapanku. Aku menyibakkan rambutku dan meletakkan kepalanya tepat dileherku.
"Are you sure?" Bisiknya lemah. Tentu saja aku yakin, well sedikit ragu. Tapi aku tidak mau mateku mati untuk kedua kalinya. Walaupun dia belum tahu jika dia adalah mateku.
Aku merasakan hembusan nafasnya dileherku, membuat tubuhku bergetar.
Lalu kurasakan sesuatu menembus kulit leherku, tubuhku menegang seketika dan mempererat pelukanku padanya. Namun sesaat kemudian aku merasakan kenikmatan luar biasa, seperti candu. Aku mempererat pelukan dan menekan perlahan kepalanya agar memperdalam hisapannya. Aku pasti sudah gila.
Sementara David. Dengan lahap menghisap darahku. Sampai akhirnya Ia menarik keluar taringnya dan menjilat sisa darah yang ada dileherku. Rasanya sedikit kecewa, mengingat itu pengalaman yang menyenangkan.
"Aku tidak mengira aku membutuhkan darah sebanyak itu." Ucapnya sambil mengusap bibirnya.

Sial aku ingin mencium bibir seksinya itu.
"Harusnya kau melakukannya lebih lama." Bisikku sambil menghela nafas.

"Apa katamu?" Tanyanya menoleh padaku.

"No, I didn't say anything." Ucapku, jelas berbohong.

"Ada apa denganmu? Kau menatapku seolah akulah mangsa sebenarnya disini." Ucapnya sambil terkekeh.

Aku hanya memalingkan wajahku ke arah jendela.
"Kau menikmatinya kan? Akuilah Diandra." Suara Lucy si menyebalkan menggema di kepalaku.

"Aku memang menikmatinya, puas kau?" Jawabku.
Langsung memutus mindlink dengannya.

Author POV
Seorang pria dengan setelan hitam-hitam duduk santai diatas singgasananya yang sepi. Hanya ada satu wanita yang menemaninya, dari raut wajah sang wanita, Ia terlihat gusar.
"Kau tahu mereka sudah benar-benar kacau. Kau membiarkan kejadian ini hampir seratus tahun. Apa kau mau perkerjaan ini sia-sia?" Ucap wanita itu sebal kehadapan sang pria.

"Tenanglah Lilith. Aku hanya bosan, aku menginginkan sedikit hiburan. Aku penasaran dengan manusia itu." Ucap sang pria tersenyum santai.
"Dengar, Beaufort adalah keluarga yang berharga. Tigerclaw menghabiskan banyak tenagaku untuk menciptakan werewolf dan vampire. Dan kau membiarkan mereka menghancurkan satu sama lain. Kau juga membiarkan kepala keluarga Beaufort kehilangan kehormatannya?" Wanita yang bernama Lilith itu menyerang sang pria dengan ketidaksetujuannya.
"Lilith sayang. Kau tidak tahu caranya bersenang-senang. Lagipula manusia itu adalah kunci hiburanku. My Link" ucap si pria sambil tersenyum manis.
"Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan Lucifer. Tapi aku tidak mau kerja keras kita sia-sia." Kata Lilith menyerah.
"No. My dear Lilith. Nothing is worthless." Lucifer tersenyum lalu berjalan keluar kastilnya.

Moonlight and DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang