Diandra POV
Malam sudah turun, ketika aku teringat kalau aku tak mengabari Lindsay saat aku pergi tadi, ia pasti khawatir, well histeris mungkin. Aku mengambil tas kecilku dan mengambil handphone ku mulai mengetik, setelah selesai, aku menekan tombol send. Namun tak sampai 2 menut sebuah nama familiar muncul di layar handphone ku."Halo..." kataku setelah menekan tombol answer.
"Diandra! Kau meninggalkanku menginap di apartment temanmu, sedangkan kau tahu sahabatmu ini takut sendirian!" Teriak Lindsay dari seberang sana.
Reaksi khasnya jika aku memberitahunya kalau aku akan menginap, berlibur, camping, dan berbagai kegiatan yang tidak akan membuatku pulang dalam beberapa hari.
"Tenanglah Lindsay. Aku sudah bilang aku menginap karena ia sedang berkabung, sekarang temanku ini yatim piatu, bahkan tidak memiliki saudara, akulah satu-satunya teman yang sudah lama dikenalnya, semenjak ia pindah ke Oregon. Lagipula aku hanya menemaninya sebulan." Jawabku, namun aku tahu reaksinya akan bertambah parah, seperti menaburkan garam keatas belut yang sedang sesak nafas.
"Hanya sebulan katamu! Itu lama sekali, bagaimana dengan perkerjaanmu, bagaimana sheltermu? Bagaimana denganku?" Teriak Lindsay semakin mejadi-jadi.
"Tenanglah, aku akan pulang sesekali. Sejak kapan kau peduli dengan agendaku di shelter?. Well kau bisa mengajak si Tampan Patrick untuk menginap kan? Sekedar basa-basi untuk pendekatan." Ucapku asal.
"Yeah, you're right. Hmm.. apa boleh buat. Jika ini memang harus. Well, idemu untuk mengundang Patrick bagus juga."akhirnya suara Lindsay melunak.
"Okay, tapi jangan biarkan siapapun menyentuh kamarku, apalagi jika sampai si Patrick itu yang tiduran disana, aku akan membuang kasurku." Ancamku pada Lindsay.
"Tenang saja, aku akan mengatakan pada siapapun yang bertamu ke apartment kita, bahwa kamarmu adalah area terlarang seperti kamar Anabelle. Haha.. bye." Ejek Lindsay seraya menutup telepon.
"Siapa Patrick? Pacarmu?"
Demi babi terbang, jantungku hampir saja melompat keluar dari tempatnya. Sebuah suara berat mengagetkanku dari belakang."Lama-lama aku berpikir kau mengajakku kemari hanya ingin membuatku terkena serangan jantung." Ucapku sambil mengelus-elus dadaku.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa Patrick?." Ucap Sam sambil menatapku lekat.
"Patrick adalah pria yang tinggal di sebelah apartment kami, Lindsay sudah lama mengincarnya." Jawabku santai.
Lagipula aku tidak pernah tertarik pada pria manapun, kecuali dirimu. Ah kacau otakku! Tatapan Sam terlihat melunak, Ia melangkah kearah tempat tidur dan menarikku ikut bersamanya. Uh.. Sam selalu membuat seluruh anggota tubuhku berhianat.
"Sam, let me go." Ujarku seraya menggeliat melepaskan diri darinya.
"Aku ingin bersamamu Dy, tolonglah." Pinta Sam dengan suara rendah, masih memegang tanganku. Aku menyerah.
PLagipula aku tidak akan melawan instingku lagi. Mungkin aku mulai nyaman dengannya. Mulai menyukainya.
Aku merebahkan diriku disampingnya saat dia mulai memelukku erat. Tangannya mengelus lembut rambutku dan tangannya yang bebas memelukku sembari memainkan jari tanganku. Mataku semakin berat dan akupun jatuh tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight and Darkness
FantasyWerewolf? Vampire? Kedua mahluk itu asing di kamus Diandra. Tidak pernah percaya mereka ada. Karena mereka hanya ada di televisi. Namun bagaimana jadinya saat Diandra berhasil menghapus kutukan sang Alpha? Dan menolong sang vampire. Hidup Diandra b...