-BUDAYAKAN VOTE SEBELUM BACA GUYS!-
"Maaf Nona anda tidak boleh masuk!"
Raga yang baru saja selesai mengecek beberapa file dari komputernya mengangkat pandangan, dan mendapati pintu ruang kerjanya yang sudah terbuka lebar sehingga menampakkan sosok Karlin yang berdiri bersidekap di ambang pintu sambil menyentak genggaman Renna yang tadi sempat menahannya.
Renna baru saja hendak memprotes dengan menarik lengan Karlin agar mengikutinya keluar, namun dengan sigap Raga bangkit dari posisi duduknya sambil menghembuskan napas berat dan dengan isyarat menyuruh agar Renna meninggalkan ruangannya.
Melirik sosok Karlin dengan tajam, sebelum melangkah keluar dari ruangan kebesaran Raga, sang sekretarispun menghembuskan napas keras yang setelahnya melenggang dengan langkah berderab, meninggalkan Karlin yang tampak memasang wajah cerah penuh kemenangan.
Begitu Renna keluar dari ruangan itu, dengan langkah penuh percaya diri Karlinpun menghampiri Raga dan langsung mendekap lelaki itu begitu erat. Raga terlonjak kaget dengan kedua mata mengerjab pelan.
"Karlin!" Seru Raga menyentakkan pelukkan Karlin dan menatap perempuan itu dengn sorot mata tajam yang sangat Karlin benci, namun sebisa mungkin Karlin berusaha bersikap santai dan tersenyum manis.
"Ga, aku perlu ngomong sama kamu! Aku gak bisa kayak gini terus!" Seru Karlin kemudian membuat Raga menatap lekat wajah cantik di hadapannya itu.
"Apa lagi? Bukannya semua udah jelas? Kita udah gak bisa kayak dulu lagi, Lin?"
Ucapan Raga barusan seketika membuat tawa rintih Karlin meledak. Perempuan itu menggeleng pelan, menatap semakin lekat wajah tampan Raga yang sampai kapanpun akan selalu terekam sangat jelas di dalam ingatannya.
Karlin menggeleng kuat menepis segala keraguan yang ada di hati Raga. Mempertahankan senyuman manis di wajahnya, Karlinpun melangkah mendekati Raga dan dengan perlahan meraih wajah lelaki itu dengan kedua telapak tangan yang sempat membuat Raga terkesiap untuk kesekian kalinya.
"Aku gak mau kita kayak gini, Ga. Aku gak bisa ngelihat kamu lebih perhatian sama perempuan lain. Aku gak bisa kamu cuekin kayak gini terus," cengkraman Karlin di wajah Raga perlahan menurun dan di genggamnya kedua tangan Raga yang kini diam membisu begitu erat.
"Mungkin detik ini kamu menganggap aku konyol. Tapi, demi apapun kamu harus tau... semenjak kamu menjauh dari aku, aku ngerasa semuanya salah. Aku sayang sama kamu, Ga. Dan aku gak mau kehilangan kamu!" Tembak Karlin langsung yang seketika membuat Raga diam mematung. Airmata mulai meluruh membasahi kedua pipi Karlin yang entah mengapa membuat dada Raga sedikit nyeri. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama mengenal Karlin, baru kali ini dia melihat perempuan itu menangis begitu rapuh dan itupun karena dirinya.
Raga mencoba mengatur napas dan menatap lekat-lekat wajah Karlin yang sudah dibanjir oleh airmata. Sebelah tangannya bergerak pelan dan menghapus sisa airmata di wajah Karlin dengan pikiran melayang jauh. Raga diam cukup lama untuk mencerna rasa nyeri di hatinya, dan sedetik kemudian dia menyadari jika perasaan nyeri itu dia rasakan hanya karena Karlin adalah sahabatnya. Raga sedih mendapati kenyataan jika ternyata Karlin yang dia kenal cukup tangguh untuk tidak melibatkan perasaan dalam urusan apapun, kini justru takhluk terbawa suasana atas kedekatan mereka selama ini.
"Karlin!" Raga menyentuh pelan pundak Karlin dengan kedua tangannya, memaksa perempuan itu agar menatapnya.
Diam-diam Raga menghela napas sekali lagi sambil berusaha tersenyum dan mengusap lembut sisa airmata di wajah Karlin. Sekeras apapun perempuan di hadapannya ini, Raga yakin jika Karlin benar-benar mencintainya itu bearti secara tidak langsung dia sudah menyakiti Karlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTTERFLY ( COMPLETE)
ChickLitRaga adalah sebuah keagungngan. Semua orang tunduk dan patuh pada pesonanya. Raga begitu rupawan dengan segala kesempurnaan yang nyaris tampa celah. Dia terlahir sebagai putra satu-satunya pengusaha paling kaya di Indonesia. Memiliki kemampuan memik...