22. FACT

11K 662 71
                                    

--Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca--

***

"Aku tau dimata kamu selama ini aku bukanlah laki-laki yang, baik,"

Ilya menjauhkan gelas minuman dari wajahnya, meletakkan di atas meja dengan menahan napas selama beberapa detik dan menghelanya keras dengan menahan senyum menatap lekat pria berwajah ketimuran di hadapannya itu.

"Jadi, ada hal penting apa tentang Kirana yang mau kamu bicarakan?" tanya Ilya akhirnya setelah berhasil menguasahi diri dari keterkejutannya, karena untuk pertama kali seorang Raga mengajaknya bicara sembari menikmati sarapan pagi disalah satu cafe yang tidak jauh dari coffee shop.

Raga menghirup udara sebanyak mungkin sebelum perlahan dia menghembuskannya dengan pandangan menatap lurus manik mata Ilya.

"Saya gak tau harus cerita ke siapa lagi soal masalah ini..." sekali lagi Raga menghirup udara dalam-dalam, membuat Ilya menatapnya semakin lekat dan dahi mengerut. "Yang saya tau, kamu adalah sahabat dekat istri saya, dan saya yakin... apapun yang nantinya terjadi, kamu pasti akan selalu mendukung dia, kan?"

Dahi Ilya semakin mengerut dan menatap Raga kali ini dengan raut wajah kebingungan.

"Hem, Iya! terus?" Ilya terlihat tidak sabar. Sementara itu Raga kembali menghirup napas sekali lagi sebelum melanjutkan ucapannya.

"Saya gak tau harus memulai dari mana. Tapi, saya harap setelah kamu mendengar semua cerita saya ini, kamu tetap bersikap seperti biasa kepada saya dan saya mohon sama kamu... Tolong, tetap jadi sahabat yang baik untuk istri saya,"

Kali ini Ilya menghembuskan napas keras dan semakin bingung. "Oke, Oke, sekarang bisa langsung ke intinya saja?" Desak Ilya tidak sabaran.

Setelah menimang-nimang dan memikirkan semua resikonya hampir beberapa hari ini akhirnya Raga mampu memantapkan hati dan mengangguk pelan.

"Alasan saya menikah dengan Kirana sebenarnya hanya demi warisan peninggalan Kakek saya. Kristano Pranata," sesaat mendengar kalimat barusan manik mata Ilya membelalak lebar, dan buru-buru Ragapun kembali bersuara. "Itu awalnya. Tapi akhirnya saya jatuh cinta sungguhan dengan Kirana,"

"Dengan kata lain kamu menyesal?" Ilya tanpa sadar berseru, membuat Raga membelalak sambil menggeleng cepat.

"Bukan, bukan seperti itu,"Sekali lagi Raga menghirup udara untuk mencoba menenangkan degupan jantungnya yang mulai memburu. "Tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Awalnya memang semua yang saya lakukan hanya demi warisan. Kamu tau bagaimana kehidupan saya sebelum ini. Saya sangat bebas. Saya tidak pernah serius dengan satu perempuan pun. Tapi seluruh kehidupan saya berubah semenjak saya mengenal Kirana. Dan detik ini, saya sedang merasa takut. Saya takut Kirana akan meninggalkan saya,"

Perlahan raut wajah Ilya pun berubah lunak dengan tatapan yang mulai melembut. "Meninggalkan kamu? memang apa yang terjadi di antara kalian sampai Kirana harus meninggalkan kamu?"

Raga menahan napas selama beberapa detik, menatap lurus manik mata Ilya yang pada akhirnya seluruh cerita itu mengalir bebas dari bibirnya yang sesekali membuat raut wajah Ilya berubah tegang, berganti sedih kemudian kembali melunak.

"Karena itu.... jika nanti Kirana tidak percaya dengan saya, setidaknya dia bisa percaya kamu sebagai sahabatnya," ucap Raga begitu lirih.

Ilya yang sedari tadi menahan napas akhirnya menghembuskannya dengan keras menatap Raga sambil menggeleng pelan. "Kenapa kamu gak cerita semuanya aja sama Kirana? Soal Karlin yang berusaha mengganggu kamu, tentang rencana awal kamu menikahinya? bukannya dengan kamu mengatakan semuanya sekarang, semua akan lebih mudah?"

BUTTERFLY ( COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang