1

5.3K 600 150
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

Satu

Hotel berbintang itu berdiri kokoh di atas tanah miliknya sendiri yang sangat luas, berada di tengah kota Seoul dengan gedungnya yang menjulang tinggi. Taman kecil berbentuk lingkaran yang indah berada di depan gedungnya, air mancur yang terlihat elegan menjadi sentral, dengan lampu taman yang tampak redup dan berkilat. Tampak mewah.

Suzy mengarahkan mobilnya semakin mendekati hotel tersebut, sedikit berbelok setengah lingkaran ketika dia melihat lagi patung yang terdapat di tengah taman kecil itu. Ia keluar dari mobilnya dan seorang parkir palet menghampirinya, mengambil kunci mobil yang ia serahkan kemudian pergi dengan mobil miliknya menuju area parkir. Dengan angkuh, wanita itu berjalan masuk melalui pintu utama.

Semua yang berada di dalam sana memandangnya, dengan pandangan yang wanita itu tidak ketahui apa maknanya karena memang ia tidak membalas tatapan itu. Ia hanya mengangkat kepalanya dan menegakkan bahu, berjalan layaknya dunia ini adalah miliknya.

Dress ketat dengan panjang yang bahkan tidak menutupi seluruh pahanya serta sepatu hak tinggi yang menimbulkan bunyi sangat indah ketika bertemu dengan lantai batu hotel, keduanya merupakan rancangan perancang terkenal yang tidak sembarang orang bisa membelinya, atau bahkan bisa melihatnya secara langsung. Jangan lupakan tas tangannya yang menjadi rebutan semua wanita penggila fashion. Wanita itu mengibas rambutnya, merasa sangat cantik ketika ia menggenakan semua benda-benda bermerek tersebut.

Dibalik meja resepsionis, dua orang petugas wanita berblazer hitam mengamatinya dari atas sampai bawah membuat orang yang ditatap sama sekali tidak merasa risih, malah semakin merasa bersemangat. Dia merasa menjadi semakin cantik.

"Bisa saya bantu?" tanya wanita yang berada di balik meja resepsionis. Wajahnya tampak ramah seperti pegawai resepnionis lainnya, tapi nada suaranya sedikit berbeda. Bisa ditebak bahwa wanita itu tidak bisa menutupi rasa iri.

Wanita itu― Bae Suzy, tersenyum sinis. Benar, dia memang telah banyak membuat wanita lain iri hanya dengan melihat penampilannya saja. Wajah yang cantik, tubuh yang proposional serta barang-barang branded dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki.

"Ah, ya. Tentu—" Suzy menyebutkan nama lengkapnya dan menanyakan apakah ada kamar yang dipesan atas nama tersebut. Dia memiliki janji, dengan seseorang— seseorang yang bisa dikatakan kekasih, tapi tidak sepenuhnya bisa dianggap begitu. Entahlah, Suzy tidak terlalu peduli apa sebutan untuk hubungan mereka.

Setelah mengatakan kalimat singkat dan padatnya, Suzy terdiam, menunggu pegawai wanita itu mengecek entah apa melalui komputer yang bersembunyi di bawah meja batu resepsionis tersebut sampai akhirnya wanita berseragam itu menangkat kepalanya dan tersenyum lebih ramah. Dia memberikan kunci kamar dan mengatakan apa yang perlu ia katakan, Suzy hanya mengangguk singkat. Tak terlalu berniat untuk menanggapi lebih jauh lagi.

Suzy meninggalkan kedua pegawai resepsionis itu di area penerimaan tamu dan berjalan menuju lift, memainkan kunci hotel dengan tangannya. Melihat benda itu dengan bosan kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya ketika pintu lift tertutup dan mengangkatnya ke atas.

Uang.

Banyak orang yang mengatakan bahwa uang tidak bisa membeli kebahagian, tapi tidak sepenuhnya begitu. Rasa bahagia, uang bisa memberikannya. Setidaknya itu menurut Suzy, wanita itu berfikir bahwa sempurna membuatnya bahagia dan yang bisa membuatnya menjadi sesempurna sekarang adalah uang. Dia bisa membeli apapun yang ia inginkan. Dia bisa memakan apapun yang ingin ia makan dan pergi kemanapun jika memang ia ingin. Semudah itulah hidupnya, dan itu semua karena uang.

Love and Money [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang