--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
Dua
Hari sudah semakin malam ketika Suzy memulai perjalanan pulangnya menggunakan mobil, dia hanya berharap tidak melakukan pelanggaran karena sekarang dia sedang bau alkohol. Dia tidak mabuk— tidak sampai ketahap di mana dia akan menabrak pembatas jalan atau malah pengendara lainnya. Dia kuat minum, walaupun malam ini sedikit di atas rata-rata kekuatan minumnya. Dan itu karena seorang pria. Pria yang menawarinya sesuatu yang gila di pertemuan pertama mereka.
Anggaplah malam ini adalah malam keberuntungannya karena bertemu mangsa yang sangat terus terang seperti itu, walaupun sebenarnya wanita itu tidak terlalu percaya keberuntungan.
Suzy memarkirkan mobilnya di parkir kereta bawah tanah, dia tidak bisa membawa mobil kesayangannya itu ke tempat tinggalnya yang tidak terlalu bagus, bukan gedungnya tapi jalannya, karena sangat sulit sekali memarkir mobil di lingkungan apartemennya tersebut. Alhasil, dia hanya bisa memarkirkan mobil di parkir kereta bawah tanah kemudian berjalan kaki menuju tempat tinggalnya. Tidak terlalu jauh, dia masih sanggup menempuh jarak itu walaupun dengan menggunakan sepatu hak tinggi.
Mantel tebal yang sebelumnya berada di dalam bagasi mobil ia kenakan, melilit tubuhnya dengan begitu pas walaupun pada kenyataannya mantel itu sedikit kebesaran untuk tubuhnya yang menggalami penurunan berat badan beberapa minggu terakhir ini. Dia tidak berdiet atau sesuatu seperti itu, hanya saja, berat badannya mudah naik dan turun. Sama seperti saat dia masih di sekolah menegah atas.
Wanita itu berjalan santai, menyusuri jalanan yang masih lumayan ramai. Meliukkan tubuhnya tampa perintah, menarik perhatian lawan jenis setiap langkahnya. Bukan salahnya terlahir cantik sehingga selalu menjadi pusat perhatian. Dua hal yang paling ia syukuri dalam hidupnya adalah kecantikannya dan juga kesehatanya. Cantik dan sehat, setidaknya dua hal itu membuatnya hidup lebih nyaman. Mungkin dengan cara yang terlalu mudah, terlalu dianggap sampah di mata orang lain.
Tapi, memangnya siapa mereka berani menilai bagaimana kita menjalani hidup saat mereka sendiri bahkan tidak bisa berjalan dengan sempurna.
Suzy memasuki sebuah mini market dua puluh empat jam yang berada di depan simpang tempat tinggalnya, dia memang selalu mampir ke sana sebelum memasuki gang sempit yang akan membawanya ke gedung apartemen tidak terlalu mewah yang sudah ia beli. Gedung itu tidaklah kumuh dan juga tidak terlalu bagus, Suzy bisa saja pindah ke apartemen yang jauh lebih mewah jika dia mau. Tapi, entah kenapa dia merasa enggan untuk pindah.
"Dua botol?" sang penjaga toko bertanya membuat Suzy mengernyitkan keningnya tak paham, tapi ketika dia menundukkan kepala guna melihat apa yang ia beli, akhirnya ia mengerti.
"Yup." Jawabnya singkat. Di atas meja kasir, ada dua botol minuman pereda mabuk yang ia ambil dari raknya. Dia butuh minuman itu agar kepalanya tidak akan bertambah pusing ketika bangun besok pagi.
"Memangnya seberapa banyak kau minum malam ini?" Suzy menumpu kedua tangannya di meja rendah kasir, mengerucutkan bibirnya dan memasang wajah berfikir, "Aku tidak tahu— aku tidak menghitungnya. Memangnya bagaimana cara menghitung seberapa banyak kita minum?" sang penjaga toko tertawa kecil sembari memasukkan dua botol minuman Suzy ke dalam kantong plastik putih kecil. Tawa itu menarik perhatian Suzy, karena sekarang wanita itu terdiam, melihat pria yang menjadi penjaga toko itu penuh minat.
"Bagaimana bisa kau masih sendiri dengan wajah tampan seperti ini?" tawa itu terhenti, kantong plastik belanjaan kecil itu berpindah tangan. Suzy menggengamnya erat setelah membayar dengan uang tunai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Money [END]
Fanfiction"Dua hal dasar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat bertahan hidup, yaitu cinta dan uang. Tapi sialnya, aku tidak memiliki keduanya. Aku mencoba untuk mempercayai bahwa kedua hal itu akan datang dengan sendirinya, tapi kalian tau apa hal y...