CHAPTER 1

379 26 1
                                    

Nadhifa melintasi koridor kosong yang membawanya ke suatu tempat, Tempat ia dapat menemukan hal-hal baru bahkan kehidupan baru.

Sesampainya Nadhifa di depan pintu bercat putih susu yang tertutup rapat, ia mulai menarik nafas kemudian menghela dengan memejamkan kedua mata cantiknya, perlahan Nadhifa membuka pintu itu dengan sangat berhati-hati, melihat sekumpulan orang yang tak di kenal sedang terfokus ke depan, memandang indahnya coretan sebuah spidol hitam yang mewarnai papan tulis putih, dan seorang wanita cantik yang sedang duduk di pojok membelakangi papan tulis itu.

Nadhifa mulai melangkahkan kakinya, melintasi tiap kotak keramik yang berurutan, hingga saat Nadhifa mulai menghalangi papan tulis, pandangan orang yang tak dikenal kini memandang Nadhifa. SEERAAMM. Pikir Nadhifa saat melihat tatapan mengerikan yang di lontarkan orang-orang yang tak dikenalnya.

Sehingga, sosok wanita cantik yang sedang duduk membelakangi papan tulis mulai tersadar akan ke hadiran Nadhifa yang kini hanya berdiri di tengah.

"Kamu anak pindahan itu ya?" Ucap wanita cantik itu yang mulai menghampiri Nadhifa. Nadhifa hanya mengangguk dan tersenyum fasih.

"Baik! Kamu perkenalkan diri, dan semuanya tolong perhatikan" lanjut guru dengan perawakkannya yang cantik, mempersilahkan Nadhifa harus berbicara di depan teman-teman barunya yang begitu mengerikan.

"Haaii semua.. perkenalkan nama saya Nadhifa Aryani pindahan dari Malang-"

"Pindahan? Ahh paling dikeluarin"

"iya paling di keluarin, bandel kali, atau anak males"

"mungkin dia pernah ngancem guru gara gara nilainya jelek, makanya di hempas dari sekolah lamanya-"

desa desu mulai bermunculan, belum Nadhifa selesai berbicara namun sudah banyak yang berfikir tidak-tidak tentang dirinya.

Kini, keringat Nadhifa membanjiri wajahnya, tangannya gemetar dan berkeringat, wajahnya mulai menjadi pucat seketika.

"Saya pindah ke Jakarta karena tuntutan pekerjaan Ayah saya" Nadhifa berusaha keras menghilangkan pemikiran mereka yang salah dan seketika desa desu itu tak terdengar kembali.

"baik Nadhifa, kamu bisa duduk di bangku kosong yang ada disana" ucap sang guru.

Nadhifa menempati bangku belakang yang di sebelahnya terdapat sosok Gadis dengan pipi chubby dan badan yang agak berisi.

Saat perkenalan itu usai, semua murid kembali mengerjakan soal yang ada di papan tulis. Seiring dengan leganya Nadhifa.

Kriiinggg.... 🔔

Saat bel istirahat berbunyi pun tak ada satu pun yang menghampiri Nadhifa untuk sekedar basa basi, termasuk teman sebangkunya yang tiba-tiba langsung pergi begitu saja saat pertama kali bel istirahat berbunyi.

Semua melakukan kegiatannya masing-masing tanpa memperdulikan adanya Nadhifa. Tentu membuat Nadhifa kesal, dan memutuskan untuk mengelilingi sekolah barunya sendiri.

"Huhh.. apa-apaan mereka semua! Nyuekin gue, seakan-akan gue gak ada disana. Bahkan temen sebangku gue pun juga enggak!" Ketus Nadhifa melalui koridor yang mengarah ke kantin.

Nadhifa hanya membeli Hamburger dan Good day, setelah itu Nadhifa beranjak dari kantin, ia mencari tempat yang nyaman karena di kantin tempat duduk sudah di padati murid-murid dan lagi-lagi mereka berkelompok. Menyebalkan.

Sampailah Nadhifa di sebuah pekarangan samping sekolah yang tak jauh dari Ruang peralatan. Nadhifa duduk di bawah pohon rindang, rumputnya pun sangat hijau dan terawat. Ia mulai membuka bungkus Hamburger dan perlahan memakannya.

"Sampai kapan ya gue tahan di Sekolah ini, yang isinya orang-orang sombong dan sok. gak ada apa satu aja orang baik selain guru cantik tadi" Ucap Nadhifa.

Saat Nadhifa asik menyantap Hamburger, ia di kagetkan dengan datangnya bola basket yang menyentuh lembut kaki Nadhifa yang sedang di selonjorkan, membuat Nadhifa meletakkan Hamburgernya di sebelah minumannya dan mengambil bola basket itu.

"Bola?" ucap Nadhifa mencari asal bola ini yang tiba-tiba menggelinding ke arahnya.

Kedua pasang bola mata Nadhifa tertuju pada sosok laki-laki yang sedang berusaha membuka pintu Ruang Peralatan sementara kedua tangannya sedang memeluk beberapa bola basket.

Nadhifa pun menghampiri laki-laki itu dan membawa bola basket yang menggelinding ke arahnya. Entah apakah laki-laki itu sadar akan hilangnya salah satu bola basket yang di peluknya.

"Maaf ini bola basketnya jatuh tadi disana" ucap Nadhifa.

"Taro aja di bawah" jawab laki-laki itu tanpa melihat ke arah Nadhifa, laki-laki itu masih berusaha membuka kunci Ruang Peralatan.

Nadhifa sempat kesal, karena sikap laki-laki ini yang tak tau terimakasih. Akhirnya, Nadhifa kembali ketempat semula, membiarkan laki-laki sok itu berusaha sendirian. Namun, belum sepenuhnya Nadhifa pergi, laki-laki itu memanggilnya.

"Eh, elo, tunggu!" ucap laki-laki itu.

Nadhifa menoleh ke arahnya.

"kenapa?" jawab Nadhifa jengkel.

"bukain kuncinya dong, gue keribetan nih sama bola-bolanya" perintah laki-laki itu

"Gue?!" tanya Nadhifa sedikit syok,

laki-laki itu memerintah dirinya sesuka hatinya tanpa mengucapkan kata 'Tolong'.

"Iya, elo. Emang siapa lagi, cepet!"

Tak habis pikir dengan laki-laki ini, Nadhifa pun menuruti laki-laki ini, memang sebenarnya Nadhifa ingin membantu laki-laki itu tapi sikap laki-laki itu yang sok membuatnya ogah.

Nadhifa menghampiri laki-laki itu dan membuka kunci pada pintu itu dan kini, laki-laki sok itu dapat menaruh bola-bola basket.

"Mana sini kuncinya? Sekarang lo boleh pergi" ucap laki-laki itu meminta kunci.

Membuat Nadhifa mengerutkan dahinya. Gila nih cowok! Gak ada makasih-makasihnya, udah di tolongin juga! Benak Nadhifa kesal melihat cowok sok di depannya.

"Mana sini, malah liatin gue!" ucap laki-laki itu lagi. Nadhifa pun langsung memberikan kunci itu dan pergi begitu saja.

Nadhifa memungut Good day dan hamburgernya, meremas-remas bungkus Hamburger yang masih ada setengah lalu membuangnya di tempat sampah dan beranjak pergi dari sana.

Nadhifa mengelilingi sekolah itu sendirian, Kini langkah Nadhifa membawa dirinya ke sebuah Ruangan Musik. Ia menoleh ke kanan kirinya memastikan tidak ada orang yang melihatnya disini.

Lalu Nadhifa memasuki Ruang Musik. Matanya terbelalak akan ke indahan Ruang Musik yang di lengkapi alat-alat musik, di sebelah ujung kiri terletak Full set Drum hanya berjarak berapa inch di depan Full set Drum terdapat sebuah Kibor sementara di sebelah kirinya terdapat Microphone stand dan di sebelahnya terdapat Gitar bass dan Gitar Akustik.

Terdapat sebuah piano berwarna hitam yang terletak dekat jendela.
Sementara lantainya pun menggunakan Lantai Vinyl bermotif kayu berwarna putih selaras dengan warna dinding, dan terdapat beberapa bingkai lukisan yang menghias dinding bercat putih susu itu.

JANGAN LUPA VOTMANT YAA!!

Kamu: Malaikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang