LAST CHAPTER

143 13 10
                                    

ALANGKAH BAIKNYA, SETELAH DI BACA UNTUK VOTE DAN COMMANT YA :)

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

“Udah hampir 3 bulan ini gue nggak pernah dapet kabar dari Andra. Sejak kejadian itu dia ngilang gitu aja. Gue coba nelpon, WA, nggak dibales. Nggak aktif. Di Kelas, Kantin, Pekarangan samping sekolah, UKS, Ruang Musik, Lapangan In dan Outdoor, Perpustakaan, Parkiran, Nggak ada juga. Gue coba kunjungin toko buku juga nggak ada. Kerumahnya? Tetep nggak ada” jelas Nadhifa dengan tatapan kosong.

“Mungkin Andra udah pindah, makanya nggak pernah keliatan lagi dimana-mana.” Tebak Dhafa.

“Tapi, kenapa dia nggak ngabarin gue? Nggak ngasih tahu ke gue” ucap Nadhifa.

“Mmph.. coba aja lo tanya sama temen deketnya Andra.” Ujar Dhafa. Nadhifa mengingat sesuatu lalu menepuk kening.

“Astaga! David. Kenapa gue sebego ini!” cetus Nadhifa, mulai bergegas berganti pakaian.

“Mau kemana Kak?” tanya Dhafa saat melihat sang Kakak bergegas masuk ke dalam kamar. Kini Nadhifa sudah berganti pakaian.

“Ada urusan. Gue pergi. Gue pinjem motor lo” ucap Nadhifa bergegas meninggalkan Dhafa di kamar.

“Kuncinya di kamar gue. Hati-hati” teriak Dhafa.

Tanpa basa-basi, Nadhifa menuju rumah David. Ia ingin bertanya tentang Andra. Nadhifa pun mempercepat laju motornya. Mengapa ia tak berfikir bahwa masih ada David sebagai jawaban dari semua pertanyaan Nadhifa yang belum sempat terjawab.

Setelah beberapa lama di perjalanan. Nadhifa sampai di depan rumah David. Ia tak memanggil, melainkan menelepon David untuk segera keluar dari rumah. Belum lama panggilan berakhir David pun keluar dari rumah dengan mengenakan pakaian santai.

“Ada apa, Fa? Tanya David sembari membuka pintu gerbang.

“Andra mana? Andra dimana Vid? Kenapa 3 bulan ini gue nggak pernah liat Andra?” tanya Nadhifa dengan tergesa-gesa.

“Sabar Fa, pelan-pelan” seru David.

“Andra ada dimana, Vid?” Nadhifa mengulanginya. Sejenak David terdiam dengan mengigit bibir bawah. “Vid?”

“Masuk dulu, Fa. Gue jelasin semuanya, nggak enak ngobrol di sini” David menawarkan Nadhifa untuk masuk ke pekarangan rumahnya. Tanpa menjawab, Nadhifa langsung mengikuti tawaran David.

Mereka duduk di bangku pekarangan rumah David dan membiarkan pintu gerbang terbuka.

“Andra sakit, Fa” ucap David ragu.

“Sakit? Sakit apa?”

“Kanker darah, Leukimia—“ ucap David sangat pelan “Stadium akhir” lanjutnya.

Seluruh tubuh Nadhifa melemas, tangannya bergetar, mulutnya membulat, matanya berkaca-kaca.

“Sekarang Andra dalam keadaan kritis setelah selesai kemotrapi, dia koma dan belum sadarkan diri”

Sesekali Nadhifa menggelengkan kepalanya, ingin menyangkal semua kenyataan yang terlontar dari David.

“Enggak. Enggak mungkin.” Nadhifa menyangkal

Kamu: Malaikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang