1

2.9K 153 9
                                    

"Hey! Apa yang kau lakukan? Sekarang ini musim hujan! Seharusnya kau tidak menungguku disini!" sergah seorang anak lelaki pada gadis kecil dihadapannya itu.

Gadis itu hanya tersenyum pada anak lelaki yang membuatnya kembali ceria setelah ia kehilangan salah satu pilar hidupnya, "tapi kau tetap datang" sahutnya lalu mengekor dari belakang.

Ayahnya meninggal saat ia baru saja mulai masuk di sekolah dasar. Dia yang memang lebih dekat pada ayahnya dari pada ibunya itu tentu saja merasa sangat terpukul dengan kejadian itu. Anak gadis kecil itu bertekad harus menguatkan seorang adik dan ibunya.

Gadis kecil dan anak lelaki itu menjadi teman dekat semenjak hari itu. Hari di saat ia memberikan sapu tangannya untuk gadis itu ketika ia sedang menangis sendirian di taman belakang sekolah.

Anak lelaki itu mendekati gadis kecil yang masih menangis tersedu pertama kali dengan ragu-ragu.

"Kenapa kau menangis?"

Ia menatap anak lelaki itu dengan mata sembabnya.

"Ayahku meninggal" rengeknya.

"Kau terlihat jelek saat menangis. Aku lebih suka melihatmu tersenyum" ujar anak lelaki itu.

Seperti sentuhan sihir, kata-kata itu selalu menjadi penyemangat gadis kecil bernama Dara itu saat ia merasa sedih.

"Be-benarkah?" tanyanya meyakinkan.

Anak lelaki itu mengangguk cepat lalu menyodorkan sapu tangannya. "Hapus air matamu itu" ucapnya.

"Dia lebih suka kalau aku tersenyum" batinnya.

Karena kejadian kecil itu, Dara mulai menyukainya. Sosok anak lelaki perhatian yang sudah menyedot seluruh dunianya.

Dara dan anak lelaki itu tumbuh bersama bahkan mereka juga bersekolah ditempat yang sama hingga SMA. Anak lelaki itu berubah menjadi remaja yang hangat dan lembut. Dia juga memiliki senyum yang sangat Dara sukai. Senyum yang membuat Dara juga ingin tersenyum.

"Yak! Sandara Park!" teriaknya membuyarkan lamunan Dara.

"Yak! Jangan berteriak!" balas Dara.

"Kau juga berteriak" jawabnya.

Ia duduk di samping Dara sambil menyodorkan es krim kesukaan Dara, "kenapa kau akhir-akhir ini sering melamun?" tanyanya sambil membuka bungkus es krim miliknya.

Dara menatapnya sekilas, "hanya perasaanmu saja"

"Kau tau, 'kan kalau perasaanku selalu benar?" katanya dengan percaya diri.

"Aigoo~ kau percaya diri sekali" ejek Dara.

"Tapi, aku benar, 'kan?" katanya lagi.

Dara mengangguk pelan, "Ya. Kau benar" jawab Dara sambil menatap lurus kedepan.

"Ada apa?"

Dara berpikir sejenak lalu melirik ke arahnya.

"Katakan saja" ucapnya malas.

"Aku sudah mengisi formulir untuk masuk universitas minggu lalu"

"Lalu? Kenapa? Kau tidak bisa mengaplikasi universitas yang kau mau? Atau jurusan yang kau mau? Tidak mungkin! Kau siswa terbaik sekolah ini! Bagaimana bisa? Kalau kau tidak bisa, bagaimana denganku nanti?" ucapnya dengan panik.

"Aku belum mengatakan apapun"

"Oke"

"Aku lulus di Universitas Seoul, jurusan manajemen bisnis internasional"

"Bukankah itu bagus? Lalu kenapa kau terlihat sedih seperti itu? Masalah biaya?"

Dara menggeleng, "aku dapat beasiswa full"

Little SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang