5

1.1K 120 20
                                    

Dara's POV

Ternyata semua yang telah kurencanakan sama sekali berbeda dengan apa yang terjadi. Lelaki itu benar-benar tidak dapat aku prediksi. Dia sama sekali tidak seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya.

Aku pikir dia adalah lelaki kaku dengan jadwal super sibuk sehingga aku bisa bebas dengan banyak waktu lenggang tanpa harus sibuk memikirkan bagaimana sikap yang benar untuk membuatnya berubah pikiran hingga mau membantuku menolak perjodohan konyol ini.

Nyatanya dia bahkan memiliki waktu yang lebih lenggang dari seorang mahasiswi sepertiku. Dia mempunyai waktu yang cukup untuk menjemputku makan siang, mengirimiku pesan saat lenggang, meneleponku setelah makan malam. Walau hanya mengucapkan selamat malam.

Aku tidak tau kalau seorang CEO mempunyai begitu banyak waktu luang seperti ini. Apa yang sebenarnya ia lakukan di kantornya itu?

"Yak! Kau banyak melamun semenjak kau kembali dari liburan Jepang-mu itu" protes Bom yang tidak suka melihat perubahan sikapku akhir-akhir ini.

Aku harus mengatakan apa agar dia berhenti mengoceh dihadapanku? Aku sedang tidak dalam mood untuk menerima semua ocehannya hari ini. Eomma dan kakeknya bisa saja menikahkan kami dalam waktu dekat ini kalau mereka melihat hubungan kami yang terlihat—seakan-akan semakin baik.

Kakek dan orang tuanya terlihat sangat berambisi untuk segera mengadakan sebuah perhelatan besar untuk anak tunggal mereka itu.

Aku penarasan apa yang dia katakan ketika mendengar ide bodoh ini keluar dari bibir orang tua mereka itu? Kenapa orang tua dan kakeknya itu bisa dengan sabar menghadapiku?

Mereka bahkan bisa membuat banyak gadis-gadis dari kalangan terpandang yang sepadan dengan mereka bertekuk lutut, memohon pada mereka hanya dengan goresan pena diatas secarik kertas perjanjian.

"Kau masih berhutang padaku, Dara" ujar Bom lagi.

"Apa?" jawabku malas.

"Kau belum menceritakan detail perjalanan kalian padaku" cercanya.

"Apa pentingnya?" protesku.

"Tentu saja penting! Aku ingin tau seperti apa perjalanan liburan seorang Kwon Jiyong dan 'calon' tunangannya!" ujarnya dengan memberikan penekanan pada kata 'calon'.

"Dia menyewa disney untuk kami berdua"

"Apa?!" teriakan Donghae memekakan telingaku. Sejak kapan dia berada di bangku belakangku?!

"Sejak kapan kau disana?"

"Dia menyewa Disney?" tanya Donghae tidak menghiraukan pertanyaanku barusan.

Aku mengangguk dengan ragu, "ya. Memangnya kenapa?" ujarku memancing responnya.

"Dia sekaya itu?" cercanya lagi dengan penasaran.

"Dia seromantis itu? Seharusnya kau menanyakan itu" balas Bom.

Kapan dia bisa berdamai dengan Donghae? Astaga.

"Dia hanya ingin privasi. Kami tidak bisa sekonyong-konyong berjalan di jalanan umum berdua. Kalian tau, kan? Siapa dia?" jawabku malas.

"Ya, tentu saja aku tau. Idiot mana yang tidak kenal seorang Kwon Jiyong?" serang Bom lagi. Aku yakin dia sedang menyindir Donghae lagi kali ini.

Donghae mengerutkan bibirnya, "apa kau ada masalah denganku?" tanyanya pada Bom.

"Tentu saja!" jawab Bom menantang.

Aku seperti berada di sekolah menengah melihat tingkah mereka yang kekanakan ini.

"Kenapa kau jadi sering kemari? Apa kekasihmu sedang sibuk untuk menemanimu?" kata Bom menyindirnya lagi.

Little SwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang