Potongan Puzzle

470 18 3
                                    

.
.
.
   “Kau tau . Kenapa aku sangat menyukai bintang ?. Bintang bersinar terang di langit, menerangi bumi yang di selimuti kegelapan. Namun cahayanya sendiri mulai redup. Dan perlahan dia hilang tergantikan oleh bintang yang baru. Jika kakiku tidak dapat berpijak di tanah lagi menatap bintang. Maka aku akan menjadi langit yang menatapmu dengan tenang”

____________________________________

“Stel beneran nih ini rumahnya Justin ? Ini kan rumahnya Bu Ratna” Trisya menatap rumah yang ada di depanya itu dari dalam mobil bingung

“Setau gw sih gitu ! Tapi Justin kirim alamatnya sama kayak nomor rumahnya kan ? Jalanya juga , nomor rumah, sama kompleknya sama . Masa iya kita kesasar” Stella melihat kertas yang dia pegang manyamakan dengan rumah yang ada di depanya itu

“Bukan kita yang kesasar Stell. Tapi Justin yang boongin kita.” Ujar Bianca yang duduk malas di kursi mobil sambil memakan permenya

“Masa iya sih Justin bohong !” Stella bingung sambil berpikir

Justin yang metap keluar dari jendela kamarnya melihat mobil Stella yang terparkir di depan rumahnya.

Terlihat Stella yang keluar dari mobilnya celingak celinguk kebingungan seperti pencuri

“Ngapain di luar ? Masuk !. Parkirin mobil lo di bagasi belakang rumah gw. Ngapain parkir mobil di depan rumah gw ? Lo kata rumah gw pertokoan ?!” Ujar Justin yang teriak dari jendela kamarnya kemudian berlalu menutup jendelanya kembali

“Sialan ! Gara-gara lo semua sih ! Gw jadi di omelin sama Justin !!” Stella marah-marah

Stella,Trisya,dan Bianca masuk ke rumah Justin. Rumahnya sepi. Ibu Justin mengajar les privat sedangkan ayahnya bekerja.

“Jadi Justin anaknya Bu Ratna sama Pak Ginanjar ? Pantes lo suka Stell. Udah cakep,pinter, kaya lagi” bicara Bianca yang memperhatikan foto keluarga Justin

“Iya lah..” Stella menggibaskan rambut belakangnya

“Stell kayaknya kita yang pertama dateng deh” Trisya berpikir karena rumahnya sangat sepi

“Omg !!! Pasti Justin bakalan kagum banget sama gw. Karna gw yang pertama dateng ! Dia pasti bakalan suka sama gw kalo kayak gini.. ” pikir Stella yang kegirangan

Mereka melewati tangga. Sampai ketika di satu kamar yang pintunya bertuliskan nama Justin.

“Kayaknya ini deh kamarnya” Kata Trisya yang menunjuk pintu kamar Justin

“minggir.. Minggirr.. Biar gw yg buka” Stella mendorong Trisya pelan.

Imaginasi Stella. Justin menatap senang. Bagaukan putri di negri dongeng yang di sambut pangeranya.

“Hai.. Juss...” Stella membuka pintu kamar Justin seketika bicaranya terhenti
“tin” Lanjut Stella menahan malu

“Hai Stell.” Sapa Secil yang memakan keripik di mulutnya sambil tersenyum

Semuanya telah berkumpul disana. Jessica,Abel,Amara,Secilia,dan Leon. Stella dan teman-temanya bukan yang pertama datang. Mereka yang terakhir datang ke rumah Justin. Terlambat ..

“Telat Stell” Batin Stella. Dia terdiam bisu berdiri di pintu kamar Justin

“Pantat lo bisulan ?” Tanya Justin ketus

“Enggak” Stella langsung meyangkal cepat

“Ya duduk lah ! Mau berdiri disana terus emangnya ?” Kata Justin kemudian memalingkan wajahnya

Abel dan Amara terkekeh mendengar kata-kata Justin.

“Style bagus. Gaya kayak model papan atas. Penyakit bisulan.. Gak berkualitas banget” Celetuk Secil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan memasang tampang polos. Itu terlihat sangat lucu

“Whahahah !!!” Abel tertawa keras dia tidak sanggup lagi menahan tawanya

“Heh !! berisik lo !!” bentak Bianca kesal pada Abel

“Lo jugaaaa..” Timpal Secil malas sambil menulis tidak memperhatikan

Mereka langsung diam.

“Konsep udah di buat sama Secil dan Jessica. Semuanya udah di buat. Semuanya bisa salin nanti di buku masing-masing. Buat pembelian bahan sama peralatan. Biar gw,Jessica, Secil, sama Leon aja. Yang lainya bisa bantu buat kumpulin dana di sekolah. Uang yang di kumpulin di hitung . Jumlahin pengeluaranya berapa sama yang di dapet berapa. Kalo kurang , kita anggota panitia penanggung jawab yang bantu semua kekuranganya. Kalp lebih atau ada sisa. Uangnya kita sumbangin” Justin menjelaskan. Yang lainya mendengarkan. Semuanya setuju dengan ide Justin. Idenya Simple tidak membuat semua anggota perpikir rumit.

“Udah gitu doang ? Mudah banget” Ujar Stella yang membuang muka

“Lebih mudah ketika gw tampar mulut lo yang kayak kaleng rombeng itu” Bicara Secil yang berdiri dari duduknya menggendong tas

“Kita ijin pulang. Tugasnya udah selesai kan ? Tinggal masalah barang-barang. Besok juga udah selesai” Leon berdiri juga

“Omg ganteng badai !!” Trisya menatap Leon dengan kedua tangan di wajahnya

“Muka sama mata tolong di kondisikan ! Bukanya imut malah jijik gw lianya. Enek !!” Ujar Secil yang menggendong sebelah tas gendongnya.

“Kalian pacaran ?” Tanya Jessica yang melihat Secil dan Leon pulang bersamaan

“Belum” Jawab Leon singkat

“belum ? Maksudnya ?” Tanya Secil yang merasa tidak enak

“Ga ada maksud” Singkat Leon lagi

“Dih !!” Secil menatap Leon sambil mengerutkan kedua halisnya

“Udah ah.. Ayo. Semuanya gw pamit ya.. Bye. See you next time” Leon merangkul leher Secil lalu pergi.

“woii.. Leher gw .. Anjir.. Bye semuanya.. I lope lope you lah pokonya. Kecuali lo stell” Ujar Secil gajelas sambil terseret oleh Leon.

____________________________________

Buat Cerita yang potongan Puzzle itu potongan-potongan cerita yg bakalan kesusun satu persatu dari pertama cerita ini sampe nanti endingnya. Jadi kalo kalian bingung mohon baca ulang lagi. Perlahan bakalan ke ungkap satu persatu ^.^ dan untuk yang awalan pake kata-kata itu bisa aja suatu saat di cerita bakalan di tulis. Jadi sengaja di buat bingung

Terima kasih sudah baca. Jangan lupa kasih suaranya

I HATE(LOVE) YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang