Perasaan yang hilang

82 2 0
                                    

Kring ... Kring.. Kring..

Telepon rumah berdering. Sahila berlari menuruni tangga. Dia sudah berpakaian sekolah rapi.

“Ya hallo , ini dengan keluarga Agenta ?” Bicara Sahila mengangkat gagang telepon itu

saya dokter Frans ingin memberitahukan bahwa pasien yang bernama Maora Agenta meninggal dunia karena lift yang dia naiki mengalami kerusakan. Maora dan beberapa orang lainya tewas di dalam lift” Bicara Dokter itu.

Sahila langsung lemas tak berdaya. Tangan yang menggenggam gagang telepon itu mendadak jatuh lemas. Maanya berkaca-kaca.

Secil turun dari lantai atas menggendong tasnya,bergegas pergi. Dia bingung melihat adiknya yang berdiri dengan muka pucat di dekat telepon rumah itu. Secil menghampiri adiknya itu khawatir

“Lala ?” Secil menarik pelan bahu Sahila. Sahila menatap Secil. Matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis
“Kenapa ? Siapa yang telepon ?” tanya Secil yang melihat gagang telpon rumah yang menggantung begitu saja.

“Seorang dokter” Kata Sahila lirih

“dokter ? Vino ?” Tanya Secil menatap Sahila. Sahila menggelengkan kepalanya pelan. Secil menarik nafasnya sambil berpikir

“Mama.. Meninggal kak” Ujar Sahila. Dia hampir saja terjatuh setelah mengatakanya, namun Secil menahanya

Sahila menangis di pelukan Secil.

“Udah.. Gak usah nangis, lu pergi ke Manado. Temuin Mama buat yang terakhirkalinya. Dan sampein salam perpisahan terakhir gw buat Mama. Gw gak bisa ikut ke Manado. Sampein juga pesan gw ke Mama, gw sayang dia” bicara Secil yang memeluk adiknya itu.

“Well girls... Com..” Bicara Arvino yang masuk rumah tanpa permisi kemudian bicaranya mendadak berhenti ketika melihat Sahila yang menangis.

Secil menatap Arvino. Dia tersenyum pada Arvino

“Vino, lu harus pergi temenin Sahila ke Manado” Ujar Secil. Dia melepaskan pelukanya

“HaH ??!!!!” Arvino tetkejut

“gak usah pake HaH HeH HoH. Ini masalah penting, gw harap lu mau nolongin gw sama Sahila. Gw minta tolong sama lu, ga mohon . Lu mau nemenin Sahila ke Manado” Secil menggenggam tangan Arvino dengan kedua tanganya memohon

“oke oke santai aja.. Gw pasti mau. Tapi , masalah apa ?” tanya Arvino.

Secil melepaskan genggaman tanganya.
“nyokap gw meninggal. Gw minta lu buat temenin Sahila. Karena gw gak bisa kesana. Gw harus pergi” Jawab Secil. Dia menarik tali tasnya kemudian berlalu melewati Arvino

Arvino tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tidak ada kesedihan atau pun air mata di mata Secil

“INI BUAT YANG TERAKHIR KALINYA LO BISA LIAT NYOKAP LO ! DAN LO MILIH PERGI ?” teriak Arvino berbalik menatap Secil yang tetap berjalan menghiraukannya.

Arvino menatap Sahila yang masih menangis. Dia mendekatinya, Arvino memeluk Sahila yang menangis sedih itu

____________________________________

Secil pergi ke sekolah. Dia duduk di kursinya. Tepat sebelahnya adalah Leon. Namun, mereka bahkan tidak saling melihat ataupun menyapa satu sama lain. Mereka seperti orang yang tidak pernah saling mengenal.

Justin yang berada tepat di kursi depan Jessica yang masih kosong pun hanya diam menatap buku yang dia baca. Dia tidak membaca buku, melainkan melamun

Jessica datang ke sekolah. Tapi dia mengenakan baju bebas, dan badanya bau alkohol.

Jessica masuk ke dalam kelas. Semua murid memperhatikanya.

Secil, Leon , dan Justin langsung manatap Jessica.

Justin berdiri dari duduknya. Dia menarik lengan Jessica

“Lo abis darimana ?” Tanya Justin

“Gak penting lo nanyain kabar gw darimana,kemana, ataupun abis darimana !. Urus aja kehidupan lu sendiri ! Gw gak suka di atur !” Jessica menepis tangan Justin kasar

“Hari dimana pemakaman bunda lu, lu gak ada ? Kenapa ?” Tanya Justin lagi menatap Jessica

“Apa yang mau gw harapin ? Keluarga gw udah ancur. bunda gw udah meninggal. Siapa lagi yang mau gw temuin ? Bokap gw ? Gw gak bakalan pernah mau ketemu sama orang yang pernah nyakitin bunda gw dan orang yang pernah ngancurin kebahagiaan keluarga gw. Termasuk lu ! Orang yang pernah ancurin kepercayaan gw !” Bicara Jessica yang di terakhir perkataanya menunjuk Justin

“Mungkin hewan bisa lebih baik daripada manusia yang gak punya pemikiran baik kayak lo Jess !!” ujar Justin

“iya Emang !! Karena manusia itu semuanya bersifat layaknya malaikat. Mereka seolah-olah membantu seseorang dan terlihat baik. Tapi , hati mereka hitam ! Layaknya iblis !!” ujar Jessica. Dia melirik Secil sebentar kemudian pergi

Leon yang melihat kejadian tadi memperhatikan sifat Jessica yang benar-benar sangat membenci Secil semakin takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya

____________________________________

Jam pelajaran telah berlalu. Saatnya istirahat bagi para siswa.

Secil dan Leon berpapasan di jalan. Namun mereka hanya saling melewati tanpa peduli satu sama lain. Mereka berdua berlalu begitu saja.

“Cil..” Panggil Justin

Secil menoleh ke arah Justin

“Sorry.. Jessica tadi debat ama gw di kelas. Gw takut lu ngerasa tersinggung atau apapun karna perkataan Jessica tadi” Bicara Justin menjelaskan

“Nyantai aja. Gw ngerti kok.. Sorry ya, gw harus pergi dulu..” Secil menepuk bahu Justin pelan kemudian pergi

“Andai aja lu itu bukan sodara gw Cil.. Gw pasti bakalan jagain lu dan gak bakalan pernah mau lepasin cewek kayak lu” Batin Justin yang menatap Secil yang telah pergi itu

____________________________________

Leon bersandar di tembok lorong belakang sekolah. Dia menghela nafasnya berat. Dia sangat menghawatirkan Secil

“Jessica udah balik... Kata-kata Jessica waktu di telepon itu.. Apa yang Jessica rencanain ? Gw takut Secil bakalan celaka.. Gw relain hubungan gw sama Secil selesai. Gw udah nyakitin Secil, tapi semua yang gw lakuin ga berguna sama sekali.. Deket atau jauh gw ama Secil, ga ada gunanya ! Jessica tetep bakalan nyakitin Secil dengan cara apapun” Batin Leon. Dia berpikir keras. Hatinya sedang merasa gelisah,sedih, dan kecewa dia rasakan saat ini.

Leon menangis. Dia memukul-mukuli tembok lorong belakang sekolah yang gelap dan sepi itu

Sampai terdengar suara langkah kaki seseorang yang berjalan menghampirinya.

Leon menghapus air mata di pipinya itu seolah-olah tidak terjadi apapun. Dia berjalan untuk meninggalkan tempat itu tapi suara seseorang yang memanggilnya menghentikan langkah kakinya itu. Dia seperti membeku saat itu juga

“Leon..” Panggil seseorang itu. Suaranya tidak asing lagi bagi Leon. Suara seseorang yang begitu sangat dia kenali

I HATE(LOVE) YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang