Drop the bass, man the bass
get lower radio, say speed it up, I just go slowerhigh like treble, pumping on them mids
the man ain't ever seen a booty like this"STOP!!"
Irene menghentikan pergerakan ke-empat teman nakal-nya itu. Dia sedang mengevaluasi penyatuan dance serta musik. Sudah lebih dari 5x mereka mengulang dance yang sama, dan Irene pikir untuk yang ini sudah lebih dari cukup. Dia berjalan ke belakang teman-temannya mengambil beberapa botol isotonic dan juga sandwich yang telah dibuat-nya."makan lah. kalian sudah membuang beberapa energi", saut Irene sambil membagikan jatah makanan kepada mereka.
Yeri membuka bungkusan sandwich dengan semangat, hampir saja isi sandwich itu keluar. Wendy yang melihat itu mengeluarkan 'tanduk setan-nya'. Diambilnya selada yang menjadi isi dari sandwich tersebut dan tanpa ampun dimakan dengan cepat. Yeri menginjak kaki Wendy dan kabur dengan cepat. Wendy ikut lari menyusul Yeri, sisalah seulgi, joy, dan irene di ruang latihan menatap cengo ke arah mereka berdua."Lain kali kamu harus memberikan bubuk cabe kepada 2 orang hiperaktif itu biar mereka diam." Seulgi yang mendengar ucapan pedas Joy terkikik geli. Yeri dan Wendy bagai Tom & Jerry. Kadang pertengkaran mereka bisa jadi penghibur bagi ketiga-nya, tapi kadang mengesalkan juga melihat-nya. Irene sama seperti seulgi.
"permisi para gadis"
Kegiatan mereka bertiga terhenti saat Mingyu menyembulkan kepala-nya di sela pintu. Mingyu masuk ke dalam ruangan itu diikuti oleh Seokmin. Ketiga gadis itu diam. Seulgi dan Irene saling menatap. "Untuk urusan ekskul ya?" tanya Seulgi setelah kedua laki-laki tersebut berdiri di depan mereka. Mingyu mengangguk kepala-nya pelan. "Giliran-mu yang mengurus berkas ini. Aku sudah cukup dikerubuni oleh pasukan bar-bar tadi pagi." Jawab Mingyu sambil menunjukkan bekas cakaran. Seokmin menatap kasihan kepada sahabat tiang-nya ini. Dia akui, di sekolah ini memang Mingyu paling terkenal. Baik adik kelas maupun alumni sekolah pun hobi memandang bahkan menyentuh Mingyu. Untung ada Seungkwan yang menjadi pawang para barisan gila tersebut.
Seungkwan ditakuti karena suara-nya yang nyaring melengking dan jangan salah, dia akan membanting kamu jika mengganggu Mingyu-nya #eaaaa.
Tapi untuk kali ini, mari berikan kekuatan kepada Mingyu karena pawang-nya tidak ada hari ini. Entah kemana.. Irene mengambil map cokelat tersebut dan memeriksa jumlah lembaran-nya. "oke, besok aku akan memberikan data spesifik ke kalian berdua." Jawab Irene dengan wajah tegas, khas mantan ketua OSIS (Sekarang kan ketua OSIS-nya Seokmin).Joy menatap Seokmin dengan penuh arti. Mingyu dan Seulgi yang menyadari itu langsung berdehem. "Bagaimana kalau kita membuat acara khusus OSIS? ya hitung-hitung biar kita terbebas dari tugas - tugas ini." saran Seulgi sambil menatap keseluruhan mahkluk itu.
"Menarik." jawab Seokmin sambil menganggukkan kepala-nya. "Bagaimana menurut para gadis?" lanjut Seokmin.
"Setuju.. aku juga lelah memikirkan ini semua" - Irene
"Aku yang mengusulkan masa enggak setuju?" - Seulgi
"...................." - Joy
Mingyu, Seokmin, Seulgi, dan Irene memandang Joy yang belum mengeluarkan suara. "Bagaimana Joy? apa kamu bisa?" Tanya Seulgi semangat. "Aku harus melihat jadwal dulu.. kamu tau kan papa-ku seperti apa, unnie?" jawab Joy.
"Aku yang akan meminta izin." saut Seokmin. Joy tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut-nya. Seokmin tersenyum, begitu juga dengan irene. Meski masa lalu mereka sangat tidak baik, tetapi Seokmin tidak akan melepas tanggung jawab. benar kan?Seulgi mengangkat kedua tangan-nya ke atas dan menggoyangkan badan-nya.
'kambuh lagi. uri bear.' batin yeri, wendy, irene, dan joy sambil menahan malu.
Mingyu tertawa melihat tingkah seulgi, begitu juga Seokmin. "sampai ketemu minggu depan ladies." kata seokmin sambil memberikan kissbye andalan yang dibalas deathglare dari para gadis. Saat diyakini mingyu dan seokmin sudah keluar, Irene menyenggol Joy yang terbengong sedari tadi. "Jangan canggung terhadap-nya Joy-ah.", kata Irene dengan aura keibuan. Joy hanya mengangguk. Jujur saja, masa lalu yang mereka ciptakan sangat lah berarti sekaligus menyakitkan. "Unnie, daripada sedih trus, mending kita lanjut latihan. kau tau kan beberapa hari lagi kompetisi dance semakin dekat." kata Yeri sambil menguncir rambut-nya. Ia lalu menepuk bahu Joy beberapa kali. Wendy memeluk Joy dari belakang, sedangkan Seulgi memberikan senyuman yang teduh kepada Joy.
Hal itu membuat Joy sangat bersyukur dipertemukan dengan mereka. meski kadang absurd dan aneh, tapi itulah yang disuka.
---------------------------------------------------------------------------------
Namjoon sibuk memainkan hp-nya sembari menunggu seseorang.
KLING KLING
Suara bela tanda orang masuk terdengar di segala penjuru ruangan. Seorang laki-laki dengan rambut chestnut dan berperawakan polos menghampiri meja yang Namjoon tempati.
"annyeong hyung", sapa orang tersebut dengan senyum kucing miliknya.
"annyeong Joshua-ya. sejak kapan kamu kembali ke korea?" yang disapa tersenyum sambil memamerkan eye smile nya."baru kemarin hyung. ah apa hyung menuggu terlalu lama? sudah memesan?" tanya Joshua, si laki-laki berambut chestnut. Namjoon hanya menggeleng, "hyung baru juga sampai", jawab-nya sambil tersenyum.
"Apa kamu sudah bertemu dengan Vernon, josh?" tanya Namjoon to the point. Joshua sudah mengira Namjoon akan membahas ini. "sudah hyung, kemarin setelah kami sampai di bandara langsung meluncur ke rumah-nya." Jawab Joshua dengan tenang.
"Bagaimana menurut-mu?" Tanya Namjoon. Joshua bingung. bagaimana apanya? vernon? atau dirinya?
"Semua baik-baik saja hyung." Jawab Joshua sedikit ragu. Namjoon pun tersenyum tipis sarat akan makna yang tentu Joshua tidak mengetahui-nya.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seokmin berada di ruang olahraga. Ia membersihkan seluruh perangkat olahraga. Jika dipikir, kenapa ia bisa terpilih menjadi seksi olahraga? lebih baik jadi siswa biasa kan? Apalagi jabatan Ketua OSIS yang melekat pada dirinya.
TAP
TAP
Suara langkah kaki terdengar di pendengaran-nya. Ia menengok ke arah belakang. Tampak hansol yang tekrejut. Dikira ruang olahraga sepi dan tidak ada orang. "mmmm.. maaf mengganggu. apa kamu melihat tumpukan bola volley?" Tanya Vernon sambil memiringkan kepala-nya. Seokmin harus memeriksa jantung-nya sekarang. Debaran kencang ini tidaklah sehat. Itu menurut-nya. Dengan canggung Seokmin menunjuk lemari cokelat besar di samping Vernon. "Disitu banyak bola volley yang tersimpan." Vernon tersenyum dan mengangguk.
Ia menuju lemari tersebut tanpa tau mata Seokmin masih mengawasi-nya. Saat membuka lemari tersebut, puluhan bola basket jatuh menimpa Vernon. Seokmin otomatis menghampirinya dan menyingkirkan bola-bola tersebut. Ia merasa aneh, kenapa lemari itu isinya bola basket? apa sudah dipindahkan?
Ia tidak mau pusing memikirkan itu lagi. Dengan segera it membantu Vernon untuk berdiri dan mengecek tubuhnya. "Bagian mana yang sakit Vernon-ah", layak-nya seorang ibu protektif, Seokmin memegang kepala hingga bahu, takut-takut ada luka luar.
Sekalian ekhem modus ekhem.. #plak
Vernon tersenyum. Ia menata kembali kunciran rambut-nya. "Tidak apa-apa. sakit-nya cepat hilang kok. kan cuma bola." Kata Vernon untuk menenangkan Seokmin. Ia memungut beberapa bola basket dan meletakkan-nya kembali ke dalam lemari. Seokmin turut membantu.
NOTE : maaf ya agak belibet karena aku ingin ada keterkaitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
That One Person
Fanfiction"Aku berjanji akan melindungi-mu dan tidak akan membiarkan kamu sendirian, karna kamu adalah cahaya hatiku.." - Seokmin "Terima kasih sudah memberikan warna di hidupku.." - Vernon