Begitu bersuka citanya kita menyambut salah satu hari raya buat semua kalangan umat Islam di dunia. Saat-saat senyum bagaikan matahari pagi merekah merah merona. Terpancar sinar termanis disetiap wajah-wajah sederhana.
Hari raya idul Adha tahun ini jatuh pada hari kamis, saat dimana tidak ada libur bagi mahasiswa muslim diperantauan karena memang tidak ada tanggal khusus yang meliburkan.
Selesai sholat disalah satu masjid paginya, gadis itu melanjutkan pergi ke kampus karena tak ingin tertinggal pelajaran, beruntung hari itu hanya ada satu mata kuliah saja.
Salah seorang teman perempuan berkebangsaan Turki yang baru di kenalnya satu minggu yang lalu menawarkan pergi ke masjid usai pelajaran.
"Nanti setelah sholat dzuhur kata ayahku ada pembagian daging kurban juga ada makan-makan," ucap Emine sambil mendengarkan dosen di depan yang sedang menulis rumus-rumus matemetika yang kalau dilihat sekali saja hanya seperti coretan tak berarti.
"Wah ide bagus. Aku ajak teman Indonesiaku juga ya," balas gadis itu bersemangat mendengar ada makanan gratis.
"Iya ajak semua nya, kan untung juga buat mahasiwa dapat banyak daging."
Langsung saja diketiknya pesan ke grup orang-orang indonesia di kotanya mengajak mereka untuk ikut meramaikan. Dan tentunya mereka kegirangan dan bersemangat.
Gadis itu bernama Salma, sekarang ia sedang berkuliah semester pertama di salah satu Universitas di kota Kaiserslautern. Disana tidak hanya ada Universitas tetapi juga ada tempat untuk calon mahasiwa asing menyetarakan sekolahnya, disebut studienkolleg. Ini adalah tahap yang dibutuhkan beberapa mahasiwa asing selama satu tahun sebelum menduduki bangku kuliah di Jerman.
Siang harinya langsung saja sekelompok pelajar itu ke masjid, kira-kira ada sepuluh orang. Disana bertemu dan disambut dengan hangat oleh ibunya Emine. Selesai sholat langsung dzuhur saja kami menuju lantai bawah, sebuah tempat yang disediakan untuk halal bi halal. Masjidnya ada dua tingkat dan tentunya untuk perempuan berada dilantai dua. Disamping ruangan sholat laki-laki disediakan tempat cukup besar untuk menampung orang-orang menikmati makanan yang tersedia, bisa dibilang semacam kantin masjid.
Berselang sepuluh menit dan kami pun mulai menyantap makanan tiba-tiba ada suara dipintu yang cukup mengagetkan. Seseorang kira-kira berumur 50 tahunan memegang botol minuman keras dan teriak-teriak minta bir. Otomatis saja orang disana langsung bilang tidak ada dan menyuruh si Bapak itu masuk ke dalam untuk mengambil makanan yang tersedia. Terlihat Bapak itu sedikit kurang sehat akalnya atau memang mabuk berat karena gaya berbicaranya. Namun tetap saja ia teriak-teriak dan kembali meminta bir.
Tiba-tiba muncul laki-laki dari dalam dan langsung berbicara sangat sopan dengan Bapak itu. Dari cara berpakaiannya terlihat seperti seseorang yang sudah bekerja, karena ia memakai setelan jas yang rapih. Tidak cukup terdengar namun jelas ia mengajak dengan cara lembut sekali dan Bapak itu pun menurut lalu duduk disalah satu kursi yang tersedia berdua dengannya. Mereka mengobrol dan setelah laki-laki itu pergi mengambil makanan untuk si Bapak, perlahan Bapak itu melahap dengan tenang sesekali tertawa kegirangan dengan makanan didepannya.
Pemandangan yang meneduhkan, Salma sesekali melihat kearah mereka dan tersenyum ke arah laki-laki itu.
Duh Salma apaan sih jangan dilihat terus nanti ketagihan loh!
Tak lama kemudian muncul anak kecil yang berlari kearah laki-laki tadi dan ia menggendongnya lalu ikut bermain dengan anak lainnya, meninggalkan bapak tadi yang sibuk makan. Ini pemandangan lebih manis lagi . Bagaimana tidak melihat seseorang yang begitu menyukai anak kecil. Ujar Salma dalam hati
Tiba-tiba saja ia datang menghampiri kami dan berbicara dengan Yasmin yang aku tak mengerti apa artinya karena mereka mamakai bahasa Turki.
Aku pun tak banyak bicara dan tidak ingin bertanya dia itu siapa. Tapi aku cukup penasaran. "Mungkinkah? Oh tidak. Terpesona pada pandangan pertama tidak semudah itu kok". Tapi aku tak pandai berbohong pada diriku dan ku akui memang ada nya aku cukup terpesona oleh prilaku nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salma ( Rindu yang tak pernah usai)
Tâm linhRindu. Ya sebuah kata yang menjadi teman, entah merindu kepada siapa. Namun setiap pertanyaan yang belum bisa terjawab itu seakan ia seperti kata rindu, yang tak akan pernah usai walau sudah berada diujung kisah perjalanan. Salma Azzahra saat ini se...