13. Hal tak terduga muncul lagi.

18 0 0
                                    

"Salmaaaaa... Kamu dengerin aku gak sih?" Ucap cewek setengah membentak dari ujung telepon. Tadi saat aku sedang beranjak ke tempat tidur, muncullah panggilan dari sahabat yang tak kenal waktu jika membutuhkan pertolongan. Kali ini alasannya karena mau curhat sesuatu yang berharga! Apa yang penting coba? Paling gak jauh soal jodoh, siapa yang sudah nikah, siapa yang akan menikah, bla blaaa... Tapi demi rasa sayangku pada sahabat cerewetku ini, ku biarkan berlawanan dengan mata yang tak bersahabat lagi.

"Denger kok Hum."

"Kamu tau gak? Masak barusan kakak aku chat katanya dia mau nikah? Padahal minggu kemarin dia gak ada sama sekali bilang soal jodoh, terus aku tanya calonnya siapa? Dia jawab "Masih otw, doakan saja". Apaan coba dia itu ambigu banget. Itu kayak jomblo ngenes yang belum kawin-kawin."

Hum andai kamu tahu sahabat kamu ini juga bimbang, diajak nikah sama dua cowok. Kamu bakalan ngomong apa ya? "Letak anehnya dimana Humaira? Ya baguslah kakak kamu mau nikah," ujarku akhirnya.

"Sal kamu gak ngerti kakak aku. Seumur hidup dia gak pernah pacaran, suka-sukaan sama cewek aja mungkin bisa dihitung jari atau gak pernah ya? Aku juga lupa. Tapi masak dia bilang dia mau nikah. Dia gak ada loh nyinggung ini kemarin-kemarin, padahal apapun dia selalu cerita sal. Bete aku sama kakak aku. Berasa kayak adik gak dianggap aku."

"Kok kamu mikir gitu sih, bisa aja selama ini kakak kamu lagi ikhtiar ngejar jodohnya. Mungkin dia nutupin dari kamu, takut terus berharap banyak gara-gara dapet dukungan, tahunya ujung-ujungnya gak jadi, patah hati deh." jawabku asal, benar-benar ngasal karena mataku sudah terlalu berat.

"Benar sih sal. Berarti untuk sekarang kakak aku tu serius ya? Gak bercandain aku?"

"Ya kemungkinan enggak. Dia aja minta dido'ain kan. Harusnya kamu dukung tuh usaha kakak kamu. Bukan malah marah. Kalau kamu emang kepo, cari tau lah siapa cewek yang beruntung itu. Kata kamu kan kakak kamu itu sholehnya minta ampun. Selalu menjaga. Masak kamu mau ngasih kakak yang begitu taat akan ajaran Rasul kepada perempuan yang biasa aja?" Ini aku lebih serius jawabnya. Aku tahu dulu Humaira pernah cerita soal kakak lelakinya yang sangat dekat dengannya, umurnya hanya berjarak satu tahun dari Humaira, namun karena otaknya cemerlang, dia bisa lulus sekolah tiga tahun lebih cepat dari Humaira. Masya allah kemana dicari orang seperti itu, sholeh iya pinter lagi. Mungkin wajahnya juga oke, Humaira dan mamanya aja cantik pake banget.

"Aku tadi mau nanya. karena terlalu shock jadinya aku nelpon kamu deh. Awas aja dia jatuh cintanya sama cewek yang gak memenuhi standar aku buat kakak aku."

"Emang gimana standar kamu?"

"Taat agama, tidak kecentilan, pinter, baik sama mertua, kalau udah nikah gak melarang kakak dekat sama aku."

"Jodoh kan cerminan diri sendiri, Insya Allah kakak kamu akan mendapatkan jodoh terbaiknya. Kamu jangan kawatir. Sekarang kamu tidur. Besok aja nanyanya. Kakak kamu mungkin lagi ngumpulin keberanian buat ngomong ke keluarga."

"Thanks ya sal. Kamu emang sahabat terbaikku. Andaikan jodoh kakak aku itu kamu. Aku pasti langsung setuju gak pake lama," ucapnya cengengesan.

Please hum jangan tambah beban aku lagi. Ini mikirin dua orang aja aku sudah linglung. Apalagi tiga orang yang bahkan sulit kugapai, bagai langit bumi. Sepertinya besok saja aku memberitahu Humaira.

"Jangan ngada-ngada. Aku pasti bukan cerminan jodoh kakak kamu. Sudah tidur Hum. Gute Nacht. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam. Byeeeeeee sal." Telepon dimatikan.

Aku sendiri bahkan tidak bisa membayangkan bakal berada diposisi sulit seperti sekarang.

Salma ( Rindu yang tak pernah usai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang