8. Pesan dari Yasmin

48 0 0
                                    


Beberapa dari kita berharap waktu indah jangan berakhir, tidak ingin melihat matahari menutup senyum nya. Masih terjaga agar tak menutup mata. Berkutik dengan berbagai kesibukan belakangan, menandakan kita orang yang bekerja keras. Bukan begitu? Aku sangat ingin hari-hari yang kulalui ini terperangkap dengan sempurna tidak ada yang janggal namun tetap saja tak ada yang bisa memberi kan senyum itu. Bibir ku masih saja tertutup rapat, kepala terus saja berdenyut.

Belakangan ini cukup banyak sekali yang menganggu pikiran ku. Kabar ayah sakit di kampung, nilai akhir praktikum ku yang membuat ku harus mengulang di semester depan, memang tidak menyalahkan siapapun mungkin aku saja yang memang tidak serius belajar. Apalagi ketika mendengar kabar tentang ayah ku, seluruh tubuh rasanya ikut merasakan sakit, sudah berapa tahun rasanya aku tak melihat untaian senyum dari wajah tegas ayah.

Selama tiga tahun di Jerman, aku memang belum pernah pulang sebelumnya. Hari-hari libur ku habiskan kerja dan belajar untuk mengikuti ujian jadwal kedua, karena terkadang aku tak bisa memilih di jadwal pertama ujian, sedikit pesimis untuk lulus.

Selama ini untung saja bisa berkomunikasi lewat tegnologi yang semakin maju, ada video call yang bisa memperlihatkan wajah orang diseberang dengan jelas.

Bisa dibilang aku terlahir dari keluarga yang biasa saja. Ayah ku hanya orang biasa yang hidup di desa di Sumatera, ibu ku hanya ibu rumah tangga. Aku mempunyai satu orang kakak laki-laki yang sekarang sudah bekerja di kantor pemerintahan daerah, meskipun begitu gajinya pun tidak terlalu besar, untung dibantu dengan bisnis kecil-kecil an yang ia jalani. Ia sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak laki-laki berumur tiga tahun, waktu aku ke Jerman dulu ia belum bisa berjalan, sekarang setelah melihat foto-foto nya tampaklah ia sangat begitu mirip dengan kakak ku.

Aku dulu ke Jerman melalui program Aupair selama satu tahun, setelah itu aku pun kursus bahasa Jerman untuk mendapatkan sertifikat bahasa yang nantinya akan digunakan sebagai syarat mendaftar Studienkolleg, semacam penyetaraan untuk kuliah di Jerman. Beruntung nya aku mendapatkan Studienkolleg yang hanya berlangsung selama satu semester, biasanya kebanyakan di tempat lain dibutuhkan waktu dua semester atau setahun agar mendapat sertifikat ujian akhir, barulah dengan sertifikat itu kita bisa mendaftar ke universitas yang kita sukai sesuai dengan kurs yang ikuti. Di Studienkolleg sendiri disediakan bagian jurusan, yang ingin berkuliah di bidang kesehatan atau kedokteran bisa mengambil kelas M-Kurs waktu mendaftar Studienkolleg, T-Kurs untuk teknik, W-Kurs untuk ekonomi dan G-Kurs untuk orang-orang yang berminat di bagian sejarah, politik, media dan sebagainya, namun ada juga S-Kurs untuk filologi. Jadi sebelum mendaftar ke Studienkolleg kita harus mengetahui lebih dahulu minat dan kemampuan kita.

Berencana nya setelah ujian di sommersemester di bulan Juli nanti, aku akan kerja satu bulan, setelah itu di bulan Sempetember pulang berlibur ke Indonesia.

Angin di musim semi menuju panas ini masuk di sela pintu Tram saat terbuka, membuat ku ingin segera tiba di rumah lalu melanjutkan tulisan yang harus ku upload setiap hari Jum'at. Ya selama satu tahun belakangan aku mengetahui aplikasi wattpad dan mulai menulis disana, sudah ada dua cerita yang ku tulis. Semoga saja nanti ada penerbit yang tertarik menerbitkan tulisan ku. Aku dari SMP sudah menyukai membaca, dahulu buku-buku yang ku baca hanya teenlit yang membahas kisah cinta atau persahabatan seputar remaja. Di SMA aku mulai berpindah membaca hal lain, mulai dari biografi, sejarah, novel horror maupun fiksi. Karena hobi membaca ini aku pun mulai tertarik suatu hari bisa menulis sebuah novel, kalau di buku target ku sendiri sebelum umur 25 tahun sudah harus berhasil mewujudkan mimpi ini.

Seharian ini aku menghabiskan waktu di perpustakaan yang berlokasi di pusat kota. Lima menit lagi aku akan sampai di depan halte rumah. Tiba-tiba saja ponsel di saku jaket ku bergetar berkali-kali. Ternyata ada pesan dari Yasmin, teman Turki ku yang tinggal di kota Kaiserslautern, walaupun kami sudah berpindah kota kami cukup sering bertukar kabar di Whatsapp.

Yasmin : Assalamu'alaikum Salma. Aku ada kabar buat kamu. Mohon jangan kaget ya.

Membaca pesan nya yang itu saja sudah membuat ku kaget, apalagi info yang akan ia berikan.

Akhir nya aku balas saja,
"Waalaikumsalam. Iya apa itu?"

Setelah ku tekan tombol kirim, ia langsung membaca dan mulai mengetik lagi.

Yasmin : Kamu ingat kan abang sepupu ku yang dulu ketemu kamu di mesjid Köln? Katanya ia mau mengenal kamu lebih jauh lagi. Aku juga sudah jelaskan sedikit tentang kamu. Dan ia tertarik, kamu ngerti kan? Bukan buat main-main tapi ke hubungan yang lebih serius.

Langsung saja ku baca pesan itu berulang-ulang, aku tak percaya apa yang dikatakan Yasmin. Kenal saja tidak dengan abang sepupunya, walaupun lima bulan lalu kami sempat bertemu sebentar di Mesjid Köln.

"Kamu lagi gak bercanda kan Yasmin? Maksud kamu menikah?" Ku balas dengan perasaan yang masih terkejut.

Yasmin : Iya katanya begitu. Sebenarnya waktu di Kaiserslautern, setelah kamu dari mesjid waktu Idul Adha dulu, dia sering melihat mu di jalan, kamu memang tidak menyadari nya. Dan pernah satu kali kejadian yang membuat ia semakin tertarik dengan mu. Aku lupa ceritanya tapi yang jelas katanya waktu kamu bantuin orang di jalan. Abis itu dia langsung ingin mantepin hatinya ke kamu. Tapi tak sampai langsung disana, tiba-tiba saja ia harus balik ke London segera, karena ibunya disana sakit dan harus di operasi, karena hal itu menunda niatnya untuk kenalan lebih jauh dengan mu. Ya dia memang waktu itu ke Jerman hanya untuk liburan. Lalu akhir tahun kemarin dia ke Jerman lagi ikut konferensi apa gitu dan secara gak sengaja ketemu kamu lagi.

Balasan Yasmin cukup panjang membuat ku semakin tidak percaya, tetapi tidak mungkin juga orang sebaik Yasmin yang sudah ku anggap sahabat sendiri mengarang cerita bohongan.

"Aku tidak tahu harus berkata apa, aku terlaku terkejut dengan perjelasan kamu Yasmin."

Yasmin : Hei. Kenapa? Dia baik banget loh. Sekarang dia lagi kuliah doktoral di Inggris dan sebentar lagi akan selesai . Umurnya pun masih muda baru 27 tahun. Soal agamanya jangan diragukan, bagus juga. Keluarga nya pun baik-baik. Dia anak tertua dari dua saudara. Adiknya cewek masih umur 12 tahun. Ayahnya sudah meninggal, tinggal ibunya saja yang sekarang menjalankan usaha keluarganya.

Ditambah lagi kekagetan ku, seorang yang menurut ku sesempurna itu ingin melamarku, yang benar saja. Apa ini mimpi? Kalau iya tolong bangunkan aku.

"Kamu yakin dia mau sama aku? Kamu tahu kan aku berasal dari keluarga yang biasa aja. Aku juga orang nya biasa aja, gak terlalu cantik, masih kuliah S1, dan soal agama juga masih banyak hal yang harus ku pelajari lagi. Apa ia tidak salah memilihku? Dia bisa aja menikah dengan orang yang setara dengan nya." Setelah ku baca berulang-ulang akhirnya ku pilih juga tombol kirim.

Yasmin : Salmaaaa. Kamu harus pecaya diri! Itu bukan kekurangan kamu. Kamu harus mensyukuri kondisi mu. Itu yang membuat dia semakin tertarik. Kalau iya kamu kasih jawaban ke aku, gak usah terburu-buru. Kalau ada yang mau kamu tanyain tentang dia bisa langsung ke aku. Oke.

"Baiklah. Terimakasih sudah mendukungku. Iya aku sekarang bingung, aku perlu ngomongin dulu ke orang tua dan memohon pertolongan Allah. Makasih Yasmin".

Tanpa disadari aku sudah terlewat satu halte rumah ku, seharusnya aku turun satu halte sebelumnya. Akhirnya aku segera turun dan menyeberang jalan menunggu tram selanjutnya kearah rumah ku. Pesan dari Yasmin membuat ku lemas seketika.

Menikah? Umurku 21 tahun. Kuliah juga belum kelar, dan ada mata pelajaran kuliah yang belum ku
ujiankan karena takut tidak lulus. Apa memang jodohku datang sekarang? Mohon bantu aku menjawab kegundahan hatiku ya Allah.

Salma ( Rindu yang tak pernah usai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang