Muncul lagi notifikasi di handphone ku. Kali ini cukup menyita perhatian. Ada satu beberapa pesan disebuah akun sosial media milikku.
Saat aku akan mulai membuka salah satu aplikasi berwarna ungu kemerahan di layar ponsel ku itu? bunyi sebuah bel lagi mengagetkanku.
Siapa ya yang bertamu? Sore-sore gini? Apa Hausmeister? Tapi janji sama beliau besok bukan hari ini.Saat membuka buka pintu, muncullah sekelompok orang-orang yang sangat aku kenal, siapa lagi kalau bukan geng perpus.
Btw mereka ngapain bawa-bawa balon? Itu apa yang di pegang Fara? Kue? Mau dimakan semua segede itu?
"Kok lo bengong sih? Gak nyuruh kita masuk?" Fara menghentikan lamunanku.
"Eh iya. Masuk. Tumben kesini? Acara apa?" Tanyaku polos.
"Lah menurut lo kita bawa kue, balon ya buat apa? Buat ngelabrak orang? Yakali," ucap Putra cekikikan disusul yang lainnya. Dan tentu saja itu membuatku semakin mengernyitkan dahi.
"Bengong terus. Gagal deh surprise kita," Fara kembali angkat bicara.
"Serius gue sekarang laper. Potong napa kuenya," Ihsan yang dari tadi hanya diam duduk di kursi meja menunjuk kue yang tidak tahu mengapa sudah berada ditanganku.
"Tunggu? Ini kenapa aku yang motong kuenya? Potong sendiri kan bisa?"
"Halo Salma. Jadi lo belum nyadar juga ya? Sekarang kan hari kelahiran lo. Bertambah deh umur lo sekarang," ujar Fara geleng-geleng kepala.
Apa? Iya sekarang emang tanggal 14? Tapi seumur-umur aku kan gak pernah rayain ulang tahun.
"Nah bengong lagi? Mikiran apa sih? Jangan bilang jiwa lo lagi gak disini?" Tawa Putra pecah sambil makan keripik yang ada diatas meja. Ternyata mereka memang benar-benar lapar.
"Aku kaget aja. Kalian bawa kue. Makasih yaaa,"
"Udah. Jangan kayak orang sedih gitu dong, ini kita juga bawa kado. San siniin plastik kadonya," Fara menunjuk bungkusan yang terletak disamping kursi Ihsan.
Saat itu juga aku melihat kotak segi panjang yang dibungkus dengan kertas berwarna biru muda, warna kesukaanku. Besar juga. Isinya apaan ya?
"Buka gih. Jangan dilihat aja!
"Nanti aja deh. Kalian pasti laper kan?"
"Benar juga sih. Lihat noh Putra udah ngincer lemari es lo," saat itu juga Putra memasang wajah tak bersalah saat membuka lemari es, dan menemukan buah apel disana.
"Makasih ya gaes. kalian baik banget. Udah ngasih kado juga."
"Traktir aja kita. Itu yang terpenting!" ungkap Putra disela kunyahannya.
Saat ini sepertinya aku akan melupakan apa pesan yang dikirim Arzan. Aku gak mungkin membuka dan membalas komentarnya di depan ketiga orang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salma ( Rindu yang tak pernah usai)
SpiritüelRindu. Ya sebuah kata yang menjadi teman, entah merindu kepada siapa. Namun setiap pertanyaan yang belum bisa terjawab itu seakan ia seperti kata rindu, yang tak akan pernah usai walau sudah berada diujung kisah perjalanan. Salma Azzahra saat ini se...