3. Sang Pejuang

58 1 0
                                    


Tak mengenal lelah. Begitu kata orang tentang ku kebanyakan. Bagaimana tidak untuk berkuliah aku harus berusaha sekuat tenaga mencari uang.

Ya uang adalah permasalahan utama ku. Bagaimana bisa benda itu begitu tidak bersahabat dengan ku? Tak bisakah kita berteman sedikit saja?

Setahun terakhir seperti tak punya waktu rasanya. Bangun jam empat pagi, berangkat kerja jam lima lalu pergi kuliah jam delapan, kerja lagi sore hari selama tiga jam. Kapan aku bisa istirahat?

Kenapa dulu aku memilih kerja di pagi hari? Karena memang gajinya jika dihitung cukup besar. 15 Euro per jam nya. Satu minggu aku kerja tiga kali dan memperoleh 90 Euro dari pekerjaan itu setiap minggu nya.

Sebegitu parah kah hidup ku sekarang?

Biarlah aku tak memikirkan apa kata mereka, kerjaan ini juga kudapat dengan cara halal. Tapi aku tahu, bukan itu yang mereka permasalahkan. Kesehatan dan kuliah ku.

"Bagaimana bisa setiap hari nya kamu tidur hanya empat jam?"

"Apakah tidak lelah?"

"Cari aja kerjaan hari sabtu dan minggu, tidak perlu pada hari sibuk kamu selipkan."

Itu ungkapan yang seringkali ku dengar dari beberapa teman yang ada dikota ku, mereka peduli jauh lebih peduli dari yang kubayangkan. Hanya saja mereka tidak tahu tujuan ku kenapa begitu.

Hari libur sabtu minggu ku habiskan untuk bersosialisasi. Terkadang ada pengajian setiap bulannya, ada pengajian khusus putri dan acara lainnya. Juga biasanya hari libur ini ku habiskan untuk belajar mengejar ketinggalan ku yang tak sempat mengulang pelajaran setelah di kampus.

Ya aku mempunyai target. Belajar 50 jam seminggu. Aku tak tahu mungkin bagi beberapa orang ini mudah, tapi agak sedikit sulit untuk ku.

Di semester baru ini ku ubah cara ku. Aku Sekarang sudah mempunyai sedikit simpanan uang dari kerja saat libur dua bulan pada musim panas yang lalu. Bersyukur tuhan memang sangat adil terhadapku.

Aku sekarang cukup bisa kerja dua minggu sekali disebuah pabrik kertas di kota ku. Kerja nya tidak terlalu menyita waktu. Aku memilih kerja enam jam sehari dan itu cukup memenuhi kebebutuhan ku dalam satu bulan. Sekarang aku juga punya waktu untuk sekedar jalan-jalan mengitari sudut kota.

Hari senin dan kamis ku pilih untuk kerja setelah kuliah. Karena memang di dua hari itu jadwal kuliah ku memang sedikit dan memungkinkan untuk kerja.

"30 menit lagi feierabend" ucap Celine, perempuan Afrika yang ku kenal enam bulan yang lalu ditempat kerja.

"Akhirnya! Besok ada rencana apa?" balasku sambil menempelkan semacam kartu ke surat, melanjutkan kerjaan yang sedikit lagi akan selesai.

"Belum ada. Kemungkinan ke perpustakaan, minggu depan aku ada persentasi" terdengar wajah tak bersemangat darinya.

Kami berdua dibilang cukup dekat, terkadang diluar kerjaan kami sering pergi ke perpustakaan atau ke pusat kota sekedar melepas penat. Dia sama seperti ku kuliah sambil kerja sampingan.

Teringat dulu di awal perkenalan ku dengan nya ia pernah bertanya "Kamu pernah pergi party?"

"Pernah ke pesta ulang tahun teman" jawab ku santai.

"Bukan. Maksudku ke tempat kayak club gitu"

"Belum pernah, lagian aku gak mau kesana, terlalu berisik" balasku pun seadanya.

"Karena kamu muslim ya dan kamu gak boleh minum alkohol juga makanya gak mau kesana?"

"Salah satu alasan nya itu hehe. Lalu kamu sering kesana?"

Salma ( Rindu yang tak pernah usai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang