Syut!
Vinnie mengatur napasnya yang terengah-engah. Ia sedang beradu tangkis pedang dengan Nam Byul, murid baru di kelasnya. Pelajaran tangkis pedang hari ini membawa banyak kejutan dari yang mereka pikirkan.
Dentingan demi dentingan pedang terdengar begitu nyaring. Mereka telah berlatih keras dengan pedang kayu sebelumnya dan kali ini, Mr. Garry ingin melihat kemampuan mereka dengan pedang asli.
Biasanya, Vinnie adalah bintang dalam pelajaran tangkis pedang bersama Tony. Akan tetapi, kedatangan Nam Byul membuat posisi keduanya terancam.
Bruk!
Hampir seisi ruangan terkejut melihat Vinnie terduduk di ruang latihan. Napasnya terus memburu dan butiran keringat tidak hentinya mengucur dari dahinya.
"Vinnie!" pekik Amanda.
Vinnie memiringkan kepalanya, menyempatkan diri menatap kelima sahabatnya bergantian sebelum akhirnya kembali beranjak dan membuat Nam Byul tersentak.
Gadis itu mengambil kesempatan ketika Nam Byul terduduk. Sebelum Nam Byul sempat berbuat apa-apa, pedang Vinnie sudah menempel di lehernya, tanda ia sudah kalah.
"Bagus sekali, Yokohama!" Mr. Garry bertepuk tangan untuk Vinnie.
Seisi kelas juga bertepuk tangan untuk gadis blasteran Jepang-Amerika tersebut. Berbeda dengan Nam Byul yang tampak jengkel.
"Tidak adil! Dia mempermainkanku, Mr. Garry! Aku tidak sudi!" Nam Byul berseru sarkas.
Hening kembali menyelimuti atmosfer. Leona, Amanda, dan Vinnie mendesah mendengar argumen Nam Byul. Anak baru itu mengesalkan bagi mereka. Karena terlahir dari keluarga terpandang, sifat sombong, serakah, dab pamernya muncul. Ia menyombongkan diri bahwa jika ada anak yang berurusan dengannya maka ia berurusan dengan ayahnya juga.
"Mulai lagi," gumam Leona.
Vinnie terkekeh. "Benar."
Seusai pelajaran Memanah, mereka masuk ke kelas untuk pelajaran Biologi. Profesor Anita sudah siap dengan kacamata bulat di wajahnya dan setumpuk buku tebal di meja guru.
"Baik, ujian akan dilaksanakan sebentar lagi. Itu kenapa kalian akan mengejar materi hari ini."
Nam Byul lagi-lagi berulah. Ketika Leona menjawab pertanyaan dari Profesor Anita, lelaki itu langsung menyerobot dan berseru bahwa jawabannya salah. Profesor Anita menegurnya bahwa jawaban yang Leona sampaikan benar. Namun, lelaki itu saja yang keras kepala.
"Aku pernah baca buku dari perpustakaan di rumahku bahwa kenyataannya, tanaman it--"
"Kalau dia bilang benar, ya benar! Kalau salah, kau cukup bilang!" Suara dingin dan datar Kai membuat siapapun yang mendengarnya bergidik. "Tidak perlu berbuat onar!"
Nam Byul melirik Kai tajam. "Apa kamu bilang tadi? Onar?!"
Kai tak mengacuhkannya dan kembali membaca bukunya. "Begitulah."
Dan apa yang dikatakan Kai barusan membuat Nam Byul bertambah marah.
Kedatangan Nam Byul dalam sehari ini membuat anak-anak kelas 2-D kesal. Bahkan Kai yang biasanya mampu menahan emosinya meledak saat lelaki itu seenaknya mengambil buku Leona tanpa izin. Gadis itu masih membacanya dan seenaknya saja lelaki itu mengambilnya.
Malam pun datang. Sang luna menampakkan dirinya di langit. Leona memutuskan untuk ke perpustakaan untuk meminjam buku sekaligus mengerjakan tugasnya. Ia malas berurusan kembali dengan Nam Byul yang membuatnya semakin kesal.
"Ingat, Leona. Kembalilah ke asramamu sebelum pukul sembilan. Aku harus melapor pada Profesor Al," ujar Gren, salah satu penjaga perpustakaan.
Leona mengangguk. "Tentu saja." Ia bahkan diberi kunci oleh Gren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loctus : The Wizard Century - 2 [END]
Fantasy#Book 2 of Loctus History. Tahun kedua di Hadlewood dimulai. Walaupun ada beberapa kejadian sebelum sekolah dimulai. Namun kejadian itu masih berhubungan hingga sekolah dimulai. Permasalahan antara enam blasteran itu tidak hanya soal mereka, tetapi...