"Huh, mereka lama juga, ya!" celetuk Vinnie seraya menyedekapkan tangannya.
Seo Byul menghela napas. "Benar. Ini agak lama. Seharusnya mereka sudah menemukan Mata Dunia-nya. Kenapa belum sampai?"
"Hei, daripada bosan, keliling sebentar, yuk!" ajak Caroline yang tampak jengah.
"Boleh. Aku mau ikut!" ujar Eno.
"Kalau begitu, aku juga. Seo Byul, mau ikut?" tawar Vinnie.
Seo Byul menggeleng. "Aku di sini saja. Mungkin mereka butuh bantuan."
Vinnie terkekeh. "Baiklah! Kau mau sesuatu? Jajan? Aku ingin beli takoyaki di sana."
"Boleh! Satu, ya! Isiannya terserah kamu!" kata Seo Byul.
"Oke." Vinnie mengangguk.
Ketika mereka baru akan berjalan, seruan seseorang dari lobi apartemen membuat mereka menoleh.
"Hei! Jangan pergi!" kata Arie dengan napas terengah-engah. Ia memegangi kedua lututnya. "Jangan... hah... pergi."
"Kenapa? Kau kelihatan sangat panik. Apa sesuatu terjadi?!" tanya Seo Byul.
Ketika yang lain sudah mendekat, barulah Arie mengeluarkan isi pikirannya.
"Leona... di... culik!" katanya terengah-engah.
Seketika, mereka membulatkan matanya. "Apa?!"
Arie mengangguk. Napasnya berderu dan wajahnya diliputi kengerian. "Dia... diculik! Penculiknya... meminta tebusan... dengan... Mata Dunia!"
"Hah?! Tidak mung--"
Grep!
Kedua tangan Seo Byul mencengkeram erat kerah baju Arie. Tatapan garang gadis itu menatapnya begitu tajam hingga membuat napas Arie tertahan.
"Siapa pelakunya?! Kenapa tidak ada yang menjaganya?!" seru Seo Byul berang.
Arie melepaskan diri dari cengkeraman Seo Byul. "Bodoh! Aku dan Kai dipanggil olehmu! Yang lain izin mencari minuman untuk diminum! Kenapa kau menyalahkan kami?!"
"Karena kalian tidak menjaganya! Maka dia--"
"CUKUP! Hentikan kalian berdua!" teriak Vinnie. Ia mendorong Seo Byul dan Arie. "Bertengkar hanya akan memuncakkan amarah! Itu tidak akan membantu kita menemukan Leona!"
Keduanya terdiam. Arie terdecih. "Benar!"
"Lebih baik kita berkumpul sekarang dan membicarakan apa yang harusnya kita lakukan sekarang! Keselamatan Leona lebih penting!" kata Eno.
Caroline mengangguk. "Benar! Kita harusnya punya rencana!"
"Aku ada!" Tiba-tiba, Kai datang bersama Amanda dan Tony dengan Mata Dunia di tangannya. "Aku punya rencana untuk mendapatkannya lagi."
"Bagaimana?" tanya Seo Byul.
Tony mengangkat tangannya. Terlihatlah ponsel Leona yang menyala dan menunjukkan pesan. "Si penculik menulis pesan, dua kali. Di atas kertas unik dan ponsel Leona. Ketika Kai menelepon ponsel Leona, rupanya ponselnya ada di atas meja dengan keadaan sudah menulis pesan."
"Apa yang penculik katakan?" tanya Vinnie.
"Di sini terbilang, 'Teruntuk kalian, teman-teman Leona tersayang, jika kalian ingin mendapatkan teman kesayangan kalian kembali, bawalah Mata Dunia itu ke tempat di mana kesenangan berada. Puncak di mana semua kesenangan warga Tokyo berada. Tertanda, si penculik.' Ini maksudnya apa?" tanya Amanda.
Vinnie mengerutkan kening. "Tempat kesenangan berada? Puncak kesenangan warga Tokyo?"
"Jika sudah tahu di mana, aku akan mengerjainya sedikit--si penculik ini. Agar dia tahu bahwa dia tidak bisa main-main denganku!" ujar Kai dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loctus : The Wizard Century - 2 [END]
Fantasía#Book 2 of Loctus History. Tahun kedua di Hadlewood dimulai. Walaupun ada beberapa kejadian sebelum sekolah dimulai. Namun kejadian itu masih berhubungan hingga sekolah dimulai. Permasalahan antara enam blasteran itu tidak hanya soal mereka, tetapi...