Epilog

1.1K 104 13
                                    

Hari ini adalah hari terakhir tahun kedua mereka di Hadlewood. Hampir beberapa waktu lalu saat mereka mengalahkan bangsa Kegelapan di medan perang. Tentunya itu membuat wali kelas mereka memutar kepala untuk memikirkan hukuman yang pantas untuk mereka karena mereka melanggar banyak peraturan. Profesor Al pun turun tangan melihat sembilan muridnya yang terdiri menunduk di aula dengan wajah bersalah. Ia mendekat.

"Well, aku menghargai semua yang kalian lakukan semalam. Namun, itu bukan artinya kalian harus melakukan itu," ucapnya sambil memberi penekanan di kata 'harus'.

Mereka hanya mengangguk. "Kami mengerti. Ini tidak akan terjadi lagi." Leona berbicara mewakili teman-temannya.

Profesor Al tersenyum, menepuk pundaknya. "Aku mengharapkan jawaban itu."

Leona terpana. Ia ikut tersenyum dan mengangguk. Setidaknya, itu yang terjadi saat mereka kembali ke sekolah. Tidak ada hukuman dan Leona yang paling bahagia soal itu. Ia tersenyum mengingatnya, tapi sesuatu menarik perhatiannya sehingga senyumnya bertambah lebar.

"Aku mengharapkan kedatanganmu lebih awal," kata Seo Byul melihat Leona baru datang ke taman belakang.

Leona hanya menyengir. "Maaf, ada apa?"

"Mereka cuma ingin pamit ternyata," jawab Arie setengah jengkel sambil cemberut. "Aku kira sesuatu yang penting."

Eno mendengus. "Memang penting, bodoh! Aku tidak akan terlihat di Paris selama liburan."

"Eh?" Raut wajah Arie berubah. "Kenapa?"

Keenam Lachlers hanya kebingungan melihat Eno. Caroline dan Seo Byul turut tersenyum tipis, seolah memberitahu bahwa mereka juga tidak akan terlihat di tempat asal mereka.

"Tapi... kenapa? Apa karena kami?" tanya Leona.

"Justru sebaliknya, Leona. Menjaga Loctus adalah tugas kami sebagai Achler. Namun menjaga kalian adalah tugas kami sebagai teman," kata Eno menjelaskan.

"Kami menyelesaikan tugas kami selama satu tahun di Hadlewood. Sampai kalian kembali dan kami menjalankan tugas kami lagi, kami harus menjalankan tugas kami sebagai Achler karena kami juga bukan anak kecil lagi." Caroline ikut menjelaskan.

Seo Byul mengangguk pelan. "Jadi, jangan pernah berpikir kami akan dihukum lagi sehingga tidak boleh menapakkan kaki di bumi."

Keenamnya hanya terdiam. Arie dan Tony menunduk, menatap Eno dan Caroline.

"Hati-hati kalian," ucap Arie.

Mereka mengangguk. "Tentu."

"Hei, portalnya sudah boleh dimasuki!"

"Serius?!"

Suara dari anak kelas satu yang kegirangan mendengar portalnya terbuka membuat mereka menoleh. Eno, Caroline, dan Seo Byul tersenyum.

"Ini saatnya kalian pergi." Seo Byul terkekeh.

Leona langsung menghambur ke arah Seo Byul, membuat gadis itu terbelalak. Kai sendiri tidak percaya.

"Maaf, aku belum bisa mengingatmu, Seo Byul." Leona berbisik lirih, membuat Seo Byul menahan tangisnya. "Aku akan berusaha."

Seo Byul tersenyum. Ia membalas pelukan Leona. "Tentu saja."

Setelah mereka saling berpamitan, mereka pun berpisah. Kai langsung mendekati Leona, mengeluarkan semua pertanyaannya.

"Kau berteman baik dengannya?" tanya Kai.

"Ya, aku anggap begitu. Terserah dia anggap apa," balas Leona.

Kai mengangguk. "Baiklah, kalau kau memang ingat seperti dulu, bisakah kau beritahu aku?"

Leona menghentikan langkahnya, memutar badannya ke arah Kai. "Kau?"

"Ya." Kai mengangguk lagi. Namun, ia menunduk dengan cepat. "Itu kalau kau boleh."

Leona terkekeh sambil berbisik, "Tentu saja boleh, Tuan Es." Ia pun kembali berjalan.

Mereka berenam tentu berpisah. Leona langsung tiba di halaman rumahnya dan yang paling membuatnya cukup terkejut adalah kedua orang tuanya sudah berada di rumah padahal ini masih jam kerja. Ia tak mau ambil pusing dan masuk.

"Ayah, Ibu? Aku pulang!" katanya. Namun, tidak ada yang menyahut, membuatnya terheran.

Ia meninggalkan kopernya di ruang tamu dan menjelajah ke ruang santai dan dapur. Tidak ada siapapun namun tv menyala dan dapur juga sangat berantakan. Ibunya tampak memasak sesuatu.

"Ayah? Ibu? Di mana kalian? Aku pulang!" Leona melangkah naik ke kamarnya. Bersih, tak tersentuh. Ia melihat ke kamar orang tuanya yang terbuka. Kosong.

Ke mana mereka? Leona mulai cemas. Ia turun, dan kembali ke ruang santai. "Ayah! Ibu!"

"Leona? Kamu udah pulang?" Tiba-tiba, ibunya muncul dari dapur, membuat Leona lega seketika.

"Ibu! Dari mana saja Ibu? Aku lihat rumah kosong!" Leona mencerocos.

Ibunya hanya tersenyum. "Memasak, bersama ayahmu." Tiba-tiba, ayahnya keluar dari dapur dan merangkul pinggang istrinya.

"Astaga! Tadi kalian ke mana?!" tanya Leona masih panik.

Ayahnya tersenyum. "Halaman belakang. Kami... hanya menunggu masakannya matang. Kamu lapar, 'kan?"

Leona mengangguk. "Iya." Ia pun teringat kopernya di ruang tamu dan berbalik. "Sebentar, biar aku taruh koperku di--"

Prang!

Suara benda pecah membuat mereka tersentak. Suaranya dari ruang tamu. Leona menatap kedua orang tuanya yang sama terkejutnya dengan dia.

"Ada orang lain?" tanya Leona.

"Ah, itu hanya kucing!" elak ibunya.

Leona melihat ada kegelisahan di mata ibunya. "Bohong!" Ia berlari ke ruang tamu walau kedua orang tuanya menghentikannya.

"Leona, ini enggak seperti yang kamu bayangkan..."

Leona terdiam, melihat anak lelaki yang meringis perih di samping kopernya yang jatuh. Bukan hanya itu, ada pecahan vas juga di sana.

"Kamu... siapa?" tanya Leona heran.

Anak itu tampak gugup, menatap kedua orang tua Leona. Leona berbalik, menatap keduanya.

"Siapa dia?" tanya Leona tajam.

Ibunya mendekat. "Kurasa, kalian sudah resmi bertemu lagi."

"Hah? Apa maksud Ibu?" Leona mengernyit tidak paham.

Ayahnya mendesah, menatap Leona dalam sambil meletakkan kedua tangan di kedua pundak Leona.

"Dengarkan Ayah, Na. Ini enggak seperti bayanganmu. Kamu sudah lupa dan wajar saja kamu lupa. Intinya..." Ayahnya melemparkan tatapan sekilas pada anak itu dan kembali pada Leona. "Dia adalah adikmu, Henri. Selama ini, dia tinggal di Seoul."

Mata Leona membulat. "Henri?!"

"Ya, kau sulit mengingatnya karena kamu merasa bersalah. Setelah kecelakaan itu, kau trauma dan hilang ingatan, termasuk Henri. Kau melupakan dia juga," jelas ibunya yang membuat Leona makin bingung.

"A-apa?!"

***

Buku ke-2 selesai. Hehe... makasih yang udah mau mampir^_^

Loctus : The Wizard Century - 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang