Bab XXXII. Change of Plan (II)

875 92 5
                                    

"Tuanku, ini gawat! Tuank--aw!" Seorang lelaki berlarian menuju kamar sang raja namun ia justru tersandung. Beruntung ada seorang pengawal berbaik hati yang langsung membukakan kamar sang raja.

"Yang Mulia, maaf mengganggu istirahat Anda. Penasihat Anda di sini," ujar pengawal tersebut.

Sang raja tampak duduk di pinggir ranjang dengan tatapan kosong. Ia menoleh dan berdiri. Gaun piyamanya menjuntai hingga lantai.

"Ada apa, Owen?"

Penasihat raja yang bernama Owen menunduk. "Profesor Jeem dan Profesor Jenny dari Hadlewood menunggu Anda."

Raut sang raja menjadi serius. Ia berbalik. "Tunggu dalam tiga menit. Aku akan ke sana."

Sesuai janji, tiga menit kemudian, sang raja sudah siap dengan pakaian dan jubah kerajaannya mengingat cuaca masih dingin. Ia mengisyaratkan pada salah satu pengawal agar membawakan jamuan pada tamu mereka. Sang penasihat--Owen--berjalan di belakang Raja Zandars menuju ruang tamu dengan tatapan mengarah ke lantai batu.

"Sudah berapa lama?"

"Kurang lebih sepuluh menit. Butuh waktu dari dapur ke ruang tamu lalu ke ruangan Anda. Mereka bilang ada masalah serius," jelas Owen.

"Biar kutebak. Lachlers?" terka Raja Zandars.

Owen mengangguk. "Benar."

Pemuda itu membukakan pintu ruang tamu di mana Profesor Jenny dan Profesor Jeem tengah duduk selagi menikmati teh hangat buatan koki yang dibuat secepat kilat. Begitu keduanya melihat sang raja masuk, mereka berdiri dan memberi penghormatan pada sang raja sementara Owen menutup pintu.

"Baginda Rajaku! Maafkan kami yang datang selarut ini," kata Profesor Jenny pelan dan agak tersendat.

Sang raja mempersilakan mereka duduk dengan gerakan tangannya sementara dia sendiri duduk di hadapan mereka. "Jangan sungkan. Kudengar ada masalah." Ia mengambil teko dan menuangkannya ke cangkirnya sendiri.

Kedua guru tersebut mengangguk. "Kami bingung harus mulai dari mana," kata Profesor Jenny seraya menatap manik Profesor Jeem yang tengah menatapnya.

"Lalu Al?" Sang raja sibuk menyesap tehnya.

Giliran Profesor Jeem bersuara. "Dia mengutus kami kemari."

"Apa lagi sekarang?" tanya Raja Zandars.

Pria yang menjadi guru Hadlewood itu mengeluarkan sesuatu mirip gulungan kertas--dan mungkin memang kertas--yang menunjukkan gambar yang bergerak sendirinya. Kertas itu menunjukkan keenam Lachlers itu dengan Seo Byul, Eno, dan Caroline yang tampak membabi buta melawan vampir dan manusia serigala bangsa Kegelapan.

"Apa yang seharusnya mereka lakukan di sana?" tanya Raja Zandars pelan. Dahinya mengernyit begitu melihat di mana posisi mereka. "Sedang apa mereka di Tokyo?"

Tampak Profesor Jenny gugup dan menelan salivanya ketika menjawab pertanyaan sang raja. "Mengambil Mata Dunia Nishimura. Tapi keadaan di sana juga parah."

Sang raja menegakkan duduknya. Ia menghela napas kasar dan tanpa sadar membuat wajah yang akan membuat orang-orang di hadapannya bergidik ngeri.

"Lalu, bagaimana Achler kita di Jepang? Tidak ada pasukan Achler di sana?" tanya Raja Zandars dengan nada serius.

Kedua guru itu saling menyikut dan melemparkan pandangan penuh artian. Hingga akhirnya, Profesor Jeem mengalah.

"Kami tidak tahu. Tapi dari yang kudengar, bukankah harusnya seluruh Achlers ada di Loctus untuk peperangan mereka? Kudengar mereka sedang dalam peperangan memperebutkan daerah selatan yang masih dikuasai bangsa Kegelapan," ujar Profesor Jeem.

Loctus : The Wizard Century - 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang