"Profesor! Profesor!" Seorang gadis berlari melalui lorong dan mencari ruangan Profesor Anita, wali kelasnya. Ia mengetuknya dengan keras. Atau lebih tepatnya, ia memukulnya.
"Profesor! Tolong, buka pintunya! Profesor Anita!" katanya.
Tak lama kemudian, tampaklah Profesor Anita dengan wajah kusut seperti baru bangun tidur. "Ada apa?"
"Profesor, Caroline Hartwell menghilang!" katanya dengan cepat tanpa mengambil napas.
Mata Profesor Anita membulat. "Apa?!"
Anak itu mengangguk. "Sungguh! Aku melihat ranjangnya kosong dan dia tidak ada di manapun! Lalu, pintu asrama kami tidak terkunci seperti seharusnya!"
Profesor Anita terdecak. "Tidak mungkin."
"Profesor! Profesor!" Kali ini, terdengar panggilan untuk Profesor Jeem. Tampak Tasya ditemani seorang temannya menggedor pintu ruangan Profesor Jeem yang berada di sebelah ruangan Profesor Anita.
Sosok tajam Profesor Jeem mulai keluar. "Ada apa malam-malam begini?! Kenapa kalian ribut?!"
Tasya dan temannya membungkuk. "Maafkan kami karena mengganggu Anda. Tapi, Seo Byul dan Delacour tidak ada di asrama. Keduanya menghilang dan pintu asrama tidak terkunci seperti seharusnya," jelas Tasya.
"Tunggu... apa kalian bilang?! Hilang?!" ulang Profesor Jeem karena Tasya mengucapkannya dengan cepat tanpa menarik napasnya.
Tasya dan temannya mengangguk. "Yeah."
Profesor Anita menoleh pada Profesor Jeem, begitu pula sebaliknya. Tiga murid dilaporkan menghilang. Mereka takut jika berikutnya ...
"PROFESOR RED! Tolong buka pintunya! Ini darurat! Mereka hilang lagi!" Tampak Jeanette, In Ha, Eddie, dan Randy menggedor ruangan Profesor Red yang berada di samping ruangan Profesor Anita.
"Ada apa kalian ribut malam-malam begini?!" tanya Profesor Red terdecak kesal dengan penampilan kusut.
"Ini bukan waktunya itu! Mereka berenam hilang lagi! Bukannya Anda meminta kami untuk mengawasi mereka?!" seru Jeanette berapi-api.
Profesor Red menaruh telunjuknya di bibirnya. "Tenang, Jeanette. Jangan teriak-teriak begitu! Guru lain akan bangun!"
Jeanette mendengus kesal. In Ha langsung mengambil alih situasi. "Profesor Red, bukannya Anda meminta kami mengawasi enam teman kami itu semenjak karyawisata? Sekarang, mereka hilang!" jelasnya dengan lembut namun penuh penekanan.
Barulah Profesor Red bisa menangkap apa yang terjadi. Keningnya berkerut dan keringat dingin mengalir di dahinya. "Tunggu! Mereka... hilang?!"
Keempatnya mengangguk. "Iya, Profesor! Kami mencoba menjelaskan itu pada Anda!" ujar Randy.
"Tunggu sebentar! Leona Farellia, Amanda Gwend, Vinnie Yokohama, Kai Schrupter, Arie Rogerston, Antony Declan, Caroline Hartwell, Jung Seo Byul, dan Eno Delacour--mereka hilang lagi?!" ucap Profesor Anita tidak percaya setelah mendengar laporan dari murid-muridnya.
Profesor Red menoleh. "Caroline Hartwell menghilang?!"
Profesor Anita mengangguk. "Yeah! Jung Seo Byul dan Eno Delacour dari kelas Jeem juga!"
"Apa mung--" Perkataan Profesor Red terhenti seiring ia ingat ada banyaknya murid di sana.
"Apa?" tanya Profesor Anita tak sabar.
Profesor Red memaksakan senyum tipis. "Lebih baik, kalian kembali ke asrama dan memastikan tidak ada yang keluar. Biar kami yang mencari mereka!"
"Eh?!" Hampir ketujuh murid di sana melongo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loctus : The Wizard Century - 2 [END]
Fantasy#Book 2 of Loctus History. Tahun kedua di Hadlewood dimulai. Walaupun ada beberapa kejadian sebelum sekolah dimulai. Namun kejadian itu masih berhubungan hingga sekolah dimulai. Permasalahan antara enam blasteran itu tidak hanya soal mereka, tetapi...