Bab XL. Never Retreat

902 103 21
                                    

Vaniel tengah membacakan beberapa mantra sebelum memulai proses pengeksekusian. Aiko menunduk. Walau tidak jelas, ia bisa merasakan kehadiran teman-temannya. Ia menengadah dan melihat seekor hippogriff di langit. Ketika ia berpikir kenapa bisa ada hippogriff di sana, Tsuya menegurnya.

"Fokus," ucapnya singkat dan pelan.

Aiko hanya mengangguk pelan. Kenyataannya, ia tahu ada sesuatu di luar sana. Apapun itu, pasti berhubungan dengan teman-temannya, ia yakin akan itu.

Apa yang terjadi?

Sementara Aiko sibuk memikirkan apa yang terjadi di luar sana, keadaan di medan perang semakin panas. Apalagi saat keempat anak yang ternyata merupakan teman-teman Leona, Kai, Arie, dan Amanda dari bumi memaksa keenam Lachlers bersembunyi di hutan. Yang mengherankan, tidak ada satupun dari Seo Byul, Eno, maupun Caroline yang menghentikan mereka. Warren pun turut ditarik paksa mereka bersembuyi.

"Sekarang, tidak ada waktu lagi untuk menjelaskan!" kata Linda tergesa. Ia menghambur pada Leona dan memeluk gadis itu erat. "Aku kangen banget sama kamu!"

Leona tergagap. "I-iya... aku tahu, Lin. Tapi tunggu..." Ia mendorong Linda pelan dan menjajarkan pandangannya. "Ada apa ini? Kenapa kalian menolong kami?"

"Itu semua sandiwara," kata So Hee santai. Ia menepuk pundak Kai seolah merindukannya. "Jangan takut, kawan."

Eva pun menghambur ke dalam dekapan Amanda. "Maaf aku menyakiti teman-temanmu tadi. Aku juga merindukanmu!"

"Arie, apa kabarmu?" Jacques menepuk punggung Arie yang tengah menatapnya berkaca-kaca.

Arie menggeleng. "Tidak mungkin. Apa yang sebenarnya terjadi? Maksud kalian sandiwara apa?"

"Begini..." Linda mulai menjelaskan. "Saat teman-teman makhluk non manusia kalian dihukum karena kelalaian menjaga kalian, Kwon--mata-mata Achler yang ditugasi oleh bangsa Kegelapan untuk mengajar anak-anak seperti kami bertarung--menghubungi Jenderal Molan tentang rencana penyerangan ini. Namun, kita tidak bisa mengerahkan seluruh pasukan Achler juga padahal jumlah pasukan yang dikirim untuk penyerangan malam ini juga banyak. Akhirnya, Kwon memiliki ide. Ia meminta Jenderal Molan menghubungi Vaniel, Wolfie, dan Vandice."

"Biar kutebak," sela Tony pelan. "Seo Byul, Caroline, dan Eno tahu soal ini, 'kan?"

Linda mengangguk. "Ketiganya setuju. Terlebih lagi, Boss bilang pada penyerangan ini, ia ingin Kwon mengirim beberapa anak terbaiknya untuk latihan perang sesungguhan. Kwon sangat baik, sungguh. Ia tahu betapa rindunya kami pada kalian jadi, ia mengirim kami."

"Dan kami juga diberitahu soal sandiwara ini. Kami setuju karena bagaimanapun juga, Hun--salah satu kaki tangan Boss, bawahan Jenner--sempat berada di sana. Ketika keadaan kacau bukan karena kami, ia akan mundur, memberikan kami waktu untuk menemui kalian," ucap Jacques.

Mereka terdiam tidak percaya, termasuk Warren. "Apa?"

"Itu kenyataannya," kata Eva pelan. "Sekarang, kalian harus bergegas. Lewati medan perang ini dan berlari menuju Lembah Agung tanpa disadari seluruh bangsa Kegelapan yang berjaga di sekeliling tanah lapang itu. Mereka bisa membunuh kalian."

Keenamnya saling bertatapan dan pandangan mereka berhenti pada Warren. Lelaki itu menghela napas.

"Oke, kita pergi sekarang." Warren mengeluarkan tongkatnya untuk bersiap. "Berapa banyak yang berjaga?"

"Empat puluh personil," balas So Hee.

"Kalau begitu, akan kami urus!" kata Kai, membuat perhatian mereka tersita padanya. "Aku serius."

"Aku setuju denganmu," ucap Leona. Ia menatap Linda cemas. "Apa kau..."

"Aku akan baik-baik saja, Leona." Seolah bisa membaca pikiran Leona, Linda tersenyum menenangkan. "Sampaikan itu juga pada Tasya. Kita akan berjumpa lagi."

Loctus : The Wizard Century - 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang