Leona memijat pelipisnya seraya melihat pantulan dirinya dari cermin asrama. Rambut panjang cokelat bergelombangnya ia biarkan terurai sementara poninya ia rapikan sedikit. Seragam musim gugur melekat sempurna di tubuhnya. Hari ini adalah hari di mana para murid kelas dua, tiga, dan empat akan menyambut adik kelas baru mereka.
"Leona, bagaimana menurutmu?" tanya Amanda yang tampak merapikan dasinya.
Leona berpikir sejenak dan mendekati Amanda perlahan. Ia merapikan sedikit rambut Amanda dan tersenyum.
"Dengan begini, kau tampak lebih manis," kata Leona.
Amanda tersipu. "Kau juga tampak sangat cantik dan manis. Pantas Kai tertarik padam--"
Leona membekap mulut Amanda. "Diamlah. Kami hanya berteman."
"Hahaha! Kalian berdua memang manis! Kai akan tertarik pada Leona, dan Arie akan tertarik deng--"
Kedua gadis itu langsung membekap mulut Vinnie. "Antony Declan akan tertarik padamu!" seru Amanda.
"Hentikan! Tidak adil! Kenapa dua lawan satu?!" balas Vinnie.
Leona tertawa. "Kau sendiri yang memulainya."
Vinnie mendengus. "Sial! Aku harus merapikan kembali jasku."
Amanda terkekeh. "Aku juga harus merapikan kembali dasiku. Terima kasih padamu, Vin!"
Gadis keturunan Jepang-Amerika itu mendengus. Leona masih belum bisa menahan tawanya. Ia membantu Vinnie berdiri.
"Masih tertawa juga, eh?" tanya Vinnie.
Leona menggeleng. "Maaf! Akan kubantu kau."
***
Aula tampak sangat ramai. Keenam sahabat memilih tempat yang cukup pinggir dan dekat dengan jendela. Selagi menunggu Profesor Al, beberapa murid tampak bercanda ria.
Namun berbeda dengan Kai yang hanya menyandarkan bahunya di jendela karena ia yang paling dekat dengan jendela.
"Kai, kau baik-baik saja?" tanya Leona yang menyadari Kai diam mematung tanpa berkata apapun.
Lelaki itu menegakkan duduknya dan menatap mata gadis di depannya cukup lama. Ia menarik napas dan menghembuskannya kasar. "Aku baik."
Leona terdiam. Kai tidak baik, ia tahu itu. Masalahnya, ia tidak bisa menebak apalagi membaca pikiran lelaki itu. Namun memang, satu-satunya yang ia tahu hanyalah keadaan Kai sedang tidak baik, secara mental.
"Kau sakit? Mau kuantar ke rumah sak--"
Kai menangkup kedua tangan Leona dan menggenggamnya kuat-kuat. Matanya menatap Leona tajam dan dingin.
"Jangan... bawa aku ke sana! Aku... baik-baik saja," katanya dingin dan penuh penekanan.
Leona menarik tangannya gusar dan menatap Kai heran. "Ada apa denganmu?"
Kai mendengus. "Bukan apa-apa." Memikirkan orang itu membuatnya kesal setengah mati.
"Jika kau ada apa-apa, panggil saja aku," kata Leona pelan pada akhirnya.
"Mmm." Kai bergumam.
Tak lama kemudian, masuklah para guru yang langsung membuat aula hening. Profesor Al memimpin pidatonya seperti biasa. Sambutan-sambutan baru dan hangat sebelum memulai kegiatan pengajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loctus : The Wizard Century - 2 [END]
Fantasi#Book 2 of Loctus History. Tahun kedua di Hadlewood dimulai. Walaupun ada beberapa kejadian sebelum sekolah dimulai. Namun kejadian itu masih berhubungan hingga sekolah dimulai. Permasalahan antara enam blasteran itu tidak hanya soal mereka, tetapi...