Kwon berjalan menuju arena latihan. Kabarnya, ada seorang gadis berusia empat belas tahun memberontak mereka dengan dahsyat. Beberapa penjaga terluka parah akibatnya dan gadis itu salah satu tanggung jawab Kwon.
Anak-anak yang akan dilatih dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki guru atau pembimbing. Setiap ada anak yang bermasalah dengan apapun, pembimbing akan turun tangan.
"Apa yang dipikirkannya, sih?!" Kwon menggeram kesal.
Ia bisa melihat gadis itu masih melawan meskipun para penjaga sudah berusaha keras meringkusnya.
Kwon tahu apa yang harus dilakukannya. Ini dilakukan oleh para penjaga sebelum mereka dilepas ke area latihan, untuk berjaga-jaga bila hal seperti ini terjadi.
Tangan Kwon menekan tombol kecil di arlojinya dan seketika, membuat gadis itu mengerang kesakitan di kepalanya. Mereka memasang semacam tanda di kepala anak-anak itu yang diberi sihir dan akan menyetrum kepala mereka saat para pembimbing menekan tombol kecil di arloji mereka.
"AAAKH!" Gadis itu terduduk. Ia baru diculik dua hari yang lalu dari Indonesia.
Kwon mendekatinya dan menatapnya tajam. Tangannya menyentuh tanda di kepala gadis itu dan seketika, gadis itu berhenti mengerang. Namun napasnya menderu kencang.
"Ikut aku!"
Sesuai prosedur, pembimbing dari anak itu harus menghukumnya di ruangannya. Hukuman yang diberikan bukan hanya fisik, melainkan mental.
Gadis itu menurut dan mengikuti Kwon. Ruangan Kwon cukup luas dan agak mengerikan bagi gadis itu saat ia memasukinya.
"Duduk!" perintah Kwon. Kursi di tengah ruangan itu seakan-akan Kwon akan menghukum berat dirinya.
Dengan gemetar, gadis itu duduk di sana. Kwon mengambil kursi lain dan duduk di depannya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Kwon pelan.
Gadis itu menunduk takut. "Mereka menyentuhku. Aku tidak suka disentuh oleh tangan kotor mereka dan seenaknya saja, mereka menyiksaku karena tidak bisa bertangkis pedang."
Kwon menghela napas. "Sebutkan saja siapa orang itu. Nanti kuberitahu dia."
"Tidak akan berguna." Sang gadis menggelengkan kepalanya. Rambut hitam bergelombangnya turut bergerak. "Dia akan menghukummu."
Kwon mendengus. "Aku sudah biasa. Penjaga lebih rendah tingkatnya dibandingkan aku."
Gadis itu menyunggingkan senyumnya. "Tentu saja. Aku lupa."
"Namamu Levi, 'kan?" tanya Kwon setelah mengingat siapa nama gadis itu. "Tapi aku rasa, aku lupa nama aslimu."
"Hahaha, benar. Mana mungkin orang jahat mau mengingat nama asliku?" Gadis itu tertawa hambar, membuat Kwon meringis. "Nama samaranku Levi. Lalu nama asliku Linda Maharani, dari Indonesia."
"Linda, ya..." Kwon manggut-manggut. Melihat gadis di depannya yang sangat mendambakan kebebasan dan berani melawan banyak penjaga seperti tadi membuat Kwon memikirkan sesuatu.
"Aku penasaran, kenapa kau tidak menghukumku?" Linda menatap Kwon dengan penasaran.
Kwon hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Linda. "Karena kau sama sepertiku, membenci mereka dan selalu berusaha melarikan diri dari neraka ini."
Linda terdiam sejenak, terpana mendengarnya.
***
Berita bahwa hilangnya anak-anak berusia tiga belas sampai tujuh belas tahun menjadi sorotan media di bumi. Bahkan, orang tua Leona turut menghubunginya untuk memastikan dirinya tidak apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loctus : The Wizard Century - 2 [END]
Fantasy#Book 2 of Loctus History. Tahun kedua di Hadlewood dimulai. Walaupun ada beberapa kejadian sebelum sekolah dimulai. Namun kejadian itu masih berhubungan hingga sekolah dimulai. Permasalahan antara enam blasteran itu tidak hanya soal mereka, tetapi...