Bab 10

5.4K 489 39
                                    

Aditya tersentak kaget ketika dia membuka matanya, terlihat bu Maya sedang berdiri disampingnya sambil menatap datar padanya.

"Astaghfirullah, Ibu ngangetin saya ih! Untung aja saya ga punya penyakit bisul." Gerutu Aditya sambil mengusap dada nya.

Bu Maya tak menghiraukan ucapan Aditya dan malah menjewer telinga Aditya sangat keras.

"Aw... sakit bu! Ini namanya pelecehan sexual." Ringis Aditya kesakitan.

Terdengar tawa dari beberapa siswa-siswi dikelas. Sedangkan Aditya mendengus sebal karena Bu Maya belum melepaskan tangannya dari telinga Aditya.

"Enak ya tidur dikelas? Saya cape-cape menjelaskan di depan! Lah kamu malah asik tidur pake acara mengigau 'Saya terima nikah dan kawinnya Adira Azzahra binti bintitan dengan mas kawin seperangkat balon ku ada 5 dibayar HUTANG!" Omel Bu Maya gemas sambil menekankan kata hutang.

Aditya membulatkan bola mata nya tak percaya. "Masa sih saya begitu Bu? Ternyata saya malu-maluin ya." Ucapnya sambil tersenyum kikuk.

"Emang nya kamu punya malu?" Tanya Bu Maya terkesan mengejek.

"Engga Bu." Jawab Aditya tersenyum bodoh.

"Kamu berdiri di lapangan sampai pelajaran Ibu selesai!" Perintah Bu Maya tegas.

"Bu, mending saya berdiri di depan kelas aja. Kalau di lapangan panas Bu." Tawar Aditya sambil memelas.

"Oke, kamu boleh berdiri di depan kelas. Tapi kamu berdiri sambil angkat dua kaki kamu!"

"Astaga! Ibu pikir saya pemain sirkus yang bisa begituan? Saya tuh manusia biasa Bu yang tak sempurna dan kadang salah namun di hatiku hanya cinta untuk Adira luar biasa."

Bu Maya menggelengkan kepala nya melihat tingkah Aditya. Memang ini bukan yang pertama kali Aditya begitu di pelajaran nya tapi tetap saja dia gemas dengan Aditya.

Bu Maya melepaskan tangannya dari telingan Aditya. "Kamu tau pintu keluar kan? Jadi sekarang kamu ke lapangan dan berdiri disana gausah banyak nawar!"

"Iya ih ibu bawel deh. Oke biar aku yang pergi bila tak juga pasti adakah selama ini aku cinta sendiri!" Balas Aditya sambil menyelipkan lirik lagu di ucapan nya.

Aditya beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kelas untuk menuju lapangan. Tapi hati Aditya sangat senang karena tidak mengikuti pelajaran dari Bu Maya.

"Anak-anak siap kan kertas selembar dan simpan buku kalian di tas. Hari ini kita ulangan dadakan!" Ucap Bu Maya dengan tegas.

"Huuuu!!" Seisi kelas menyoraki Bu Maya yang dengan santai nya memberikan ulangan dadakan.

Fachri mengangkat tangan kanan nya ke atas. "Bu!"

"Ada apa Fachri?"

"Sebagai sahabat yang baik. Saya berniat mengajukan diri untuk menemani Aditya di hukum." Jawabnya tersenyum malu.

Bu Maya menatap Fachri dengan tajam. "Bilang aja ga mau ikutan ulangan saya! Kamu tidak saya izinkan keluar kelas sampai ulangan dan pelajaran saya selesai!" Ucapnya dengan tegas.

"Yahh gagal dong." Gerutu Fachri lesu.

*****

Aditya duduk di tengah lapangan sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan kedua tangannya.

"Lo lagi ngapain Dit disini? Kek gembel aja deh." Tanya seorang cowok sambil terkekeh.

"Gue lagi di hukum sama Bu Mayat." Jawab Aditya malas.

"Doyan banget sih lo di hukum. Kali-kali jadi anak yang nurut ke guru biar jadi anak kesayangan."

"Jejen yang jeleknya udah tingkat akut. Gue kan udah jadi pacar kesayangan Adira, ngapain harus jadi anak kesayangan guru coba!"

Jejen tertawa mendengar ucapan nya Aditya. Sahabat nya yang satu ini memang tergila-gila pada Adira, padahal Aditya cukup lama di gantung oleh Adira.

"Beliin gue minum dong. Haus nih! Lo kan lagi jam olahraga jadi bebas jajan." Suruh Aditya santai.

"Males! Lo minum air keran aja gih, tuh di ujung lapangan ada." Balas Jejen sambil berjalan meninggalkan Aditya.

Aditya melepaskan sepatu nya dan melemparkan nya ke arah Jejen.

"Dasar sahabat tidak berperi kehausan." Teriak Aditya kesal.

Tiba-tiba Aditya merasakan sesuatu yang dingin menempel di pipinya. Aditya pun menoleh ke samping dan tersenyum melihat Adira yang berdiri disampingnya.

"Ih Adira sayang, duduk sini. Temenin gue di hukum yuk. Kita mojok dulu!" Ajak Aditya tersenyum genit.

"Nih minum buat lo! Gue cuma izin ke toilet sebentar." Kata Adira sambil menyerahkan sebotol minuman pada Aditya.

"Yah bolos aja deh. Kali-kali jadi anak bandel gitu. Mau kan?" Bujuk Aditya dengan penuh harap.

Adira menjitak kepala Aditya gemas. "Lagi ulangan pe'a! Ya kali gue bolos."

"Jadi ulangan lebih penting dari pada gue?" Tanya Aditya cemberut.

"Iya." Jawab Adira singkat.

"Ya udah deh pergi aja sono. Gue yang bukan priotas bisa apa."

Adira mencubit pipi Aditya gemas. "Lo prioritas di hati gue kok! Tapi kan sekarang lagi ulangan jadi prioritas lo digantikan dulu." Ucapnya tersenyum manis.

Aditya tersenyum kikuk. Dia tidak bisa lama-lama marah pada Adira.

"Ya udah balik lagi ke kelas gih. Semangat ya ulangan nya." Ucap Aditya sambil memberikan kiss bye pada Adira.

Adira tersenyum manis, lalu mengacungkan jempolnya. Adira membalikkan badannya dan melangkah meninggalkan Aditya di lapangan.

"Bu Mayat doyan amat kasih ulangan dadakan. Untung aja gue di hukum jadi ga perlu cape mikir jawaban tuh soal ulangan." Ucap Aditya senang.

Aditya terkekeh jika mengingat alasan Adira pergi ke toilet hanya untuk mengantarkan minuman padanya.

"Setiap orang menunjukkan rasa sayang dengan caranya sendiri. Meski terkadang lo cuek dan nyebelin. Tapi itu bukti sayang nya elo sama gue dan itu juga alasan kenapa gue sayang banget sama lo Adira."

Aditya & Adira [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang