Bab 8

5.8K 498 55
                                    

Sepulang sekolah Aditya dan Adira tidak langsung pulang ke rumah. Mereka berdua memilih jalan-jalan ke mall dulu sebentar untuk membeli sesuatu. Kini Aditya dan Adira memasuki salah satu mall yang ada di daerah Jakarta.

"Dit, kita ke toko buku dulu yuk." Ajak Adira.

Aditya menoleh ke arah Adira sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ngapain? Mau beli buku ternak lele?" Tanya Aditya terkekeh.

"Bukan, gue mau beli buku 1001 cara adu cupang yang baik dan benar." Jawab Adira jutek.

"Emang ada ya?"

"Kagak ada lah! Gue tuh pengen beli komik baru."

"Oh, yaudah gih beli. Gue juga mau ke toko mainan dulu beli hello kitty baru!"

"Jadi kita pisah disini?" Tanya Adira memastikan.

"Kita boleh pisah beli barang. Tapi cinta kita ga boleh pisah!" Jawab Aditya tersenyum manis.

"Dasar alay! Yaudah gue duluan ke toko buku ya."

Adira melangkah duluan menghampiri salah satu toko buku yang ada dilantai pertama. Sedangkan Aditya menaiki eskalator menuju lantai dua.

Sesampai nya di lantai dua. Pandangan Aditya langsung tertuju ke salah satu toko yang terdapat manekin yang memakai kolor Hello Kitty.

"Beli mainan hello kitty nya nanti aja dah, gue beli kolor dulu." Ucap Aditya semangat.

Aditya  berjalan menuju toko dan melangkah masuk ke dalam toko tersebut.

"Mbak saya mau beli kolor hello kitty itu." Kata Aditya sambil menunjuk ke arah manekin.

"Jangan kasih ke dia mbak! Biar Ernest aja yang beli tuh kolor hello kitty 2x lipat." Ucap seorang cowok dari belakang.

Aditya menoleh ke belakang dan menatap tak suka kepada cowok yang bernama Ernest.

"Kan gue duluan yang liat. Berarti tuh kolor punya gue!" Sinis Aditya.

"Lo kan baru liat doang belum beli. Jadi bebas dong kalau gue mau beli." Balas Ernest tersenyum menyebalkan.

Aditya mendengus kesal. Memangnya hanya Ernest saja yang mampu membayar dengan harga tinggi. Tentu saja Aditya juga bisa malah melebihi tawaran Ernest tadi.

"Mbak, dia mau 2x lipat kan. Nah saya bayar 4x lipat buat tuh kolor Hello Kitty mbak!" Tawar Aditya tersenyum sombong.

Ernest tertawa mengejek pada Aditya. "Baru bayar 4x lipat doang sombong lu! Mbak saya bayar 6x lipat tanpa nego." Ucapnya tak mau kalah.

"Wah lo nantangin ya? Lo belum liat tato gue sih." Ketus Aditya.

"Mana coba tato lo? Paling juga panu bukan tato." Ejek Ernest.

Aditya menatap Ernest tajam. "Enak aja lo bilang gue panuan. Jelas-jelas ini tato serem buat musuh gue aja kabur!" Kata Aditya sambil mengangkat bagian bawah bajunya yang membuat perut sixpack nya terlihat oleh beberapa pengunjung mall,  dan disana terdapat tato Hello Kitty. "Lo pasti ga punya kan! Hahaha."

Ernest tersenyum sinis. Memang hanya Aditya yang memiliki tato di tubuhnya pikir Ernest.

Ernest mengangkat bagian lengan bajunya ke atas, sehingga menampilkan sebagian otot bisep miliknya. Dan disana terdapat tato Upin-Ipin. "HAHAHA! Tato gue lebih banyak ada dua. Oh ya kenalin, gue Ernest Hansel Meschach. Lo juga harus tau kalau gue udah gak cadel lagi." Ucapnya tersenyum sombong.

Sementara pelayan toko serta beberapa pengunjung lainnya sibuk memperhatikan debat Aditya dan Ernest.

"Mas, ini mau jadi beli atau numpang ribut aja ya?" Tanya salah satu pelayan cowok yang baru saja datang karena mendengar suara ribut-ribut.

"Beli dong mas! Saya bayar 8x lipat deh dari tawaran dia tadi." Kata Aditya sambil menunjuk Ernest.

"Saya bayar 10x lipat tanpa nego langsung deal! Asal tuh kolor Hello Kitty jadi milik Ernest." Balasnya tak mau kalah.

Aditya berpikir sejenak, mengapa dia daritadi sibuk tawar menawar harga kolor Hello Kitty dengan Ernest. Toh di pasar juga banyak yang menjual dan harganya lebih murah.

"Ya udah mas. Kasih ke dia aja, saya mau beli di tanah abang aja! Lebih murah dan trusted sist." Ucap Aditya berbicara layaknya penjual online sambil mengedipkan sebelah mata pada Ernest.

Ernest melotot. "Kok lo ga nawar lagi sih? Gue kan ga bawa duit! Kesini aja di ajakin adik sama abang gue." Bisik Ernest ke telinga Aditya.

"Ga nanya dan gue ga peduli juga." Balas Aditya terkekeh.

Aditya membalikkan badan nya dan berniat meninggalkan toko tersebut. Namun tangannya di tahan oleh Ernest.

"Ga usah pegang-pegang ih! Gue masih normal ga doyan pisang." Ucap Aditya sinis.

"Bang Ernest!" Panggil seorang cewek dari belakang.

"Della! Bang Darwin!" Panggil Ernest.

Ernest tersenyum lega melihat Fredella dan Darwin datang kesini. Sedangkan Aditya menghempaskan tangan Ernest dengan kasar.

"Lo apain adik gue?" Tanya seorang cowok selidik. Pasti ini yang namanya Darwin pikir Aditya.

"Baru juga gue mau qurban'in adik lo! Eh lo malah keburu datang. Gagal deh!" Jawab Aditya dengan muka songong.

"Lo pikir abang gue sapi gitu sampe acara di qurbanin?"

"Gue ga bilang abang lo sapi tuh." Balas Aditya tersenyum miring.

"Gausah senyum-senyum liatin adik gue deh! Gue tau adik gue cantik." Ucap Darwin tak suka.

Aditya mendengus sebal. Siapa juga yang terpesona dengan adik perempuan nya Darwin.

"Dih siapa juga yang minat sama adik lo? Jelas gue udah punya Adira yang jauh lebih cantik dari dia." Kata Aditya sambil menunjuk Fredella.

Aditya melihat Adira baru saja turun dari eskalator sambil membawa paper bag dan pasti isinya hanya komik. Aditya langsung menghampiri Adira dan memegang tangan Adira.

"Lo ngomong sama siapa Dit?" Tanya Adira penasaran.

"Cuma orang minta sumbangan aja. Ga penting juga mereka." Jawab Aditya santai.

"Oh gitu, gue kira lo buat keributan disini."

Aditya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis pada Adira. Bisa kena omelan dia jika Adira tau bahwa dia tadi memang membuat keributan.

"Udah beli buku ternak lele nya?" Tanya Aditya mengalihkan pembicaraan.

"Ngapain beli buku ternak lele kan gue bukan anak IPA. Yaudah yuk kita balik aja." Ajak Adira dan dibalas anggukan oleh Aditya.

Sementara Darwin yang tak jauh dari posisi Aditya dan Adira. Dia menatap kepergiaan Aditya dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Ternyata ada ya orang spesies kek lu dek!" Ucap Darwin terkekeh sambil menyikut lengan Ernest.

"Setidaknya dia ga polos kek bang Ernest." Tambah Fredella tertawa kecil.

"Setidaknya gue lebih ganteng dari dia!" Balas Ernest ketus.

"MIMPI!!" Ucap Darwin dan Fredella bersamaan.

"Ihh kalian ngeselin." Kata Ernest cemberut.

Darwin dan Fredella hanya tertawa melihat ekspresi wajah Ernest seperti itu.

"Gausah ketawa deh! Ga lucu tau." Ucap Ernest sebal.

Tbc.

Aditya & Adira [On-Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang