Chapter 5

7.3K 539 4
                                    

Seperti biasa kulihat awan hitam menggantung diatas langit, mungkin sebentar lagi akan turun hujan atau hanya mendung biasa untuk menutupi sang mentari yang enggan muncul dikotaku, yang terkenal dengan sebutan kota hujan tersebut.

Aku hari ini berangkat kesekolah diantar Bibiku dengan mobil tua miliknya. Menurutnya biar hemat, daripada naik bus terus katanya. Setibanya didepan gerbang sekolah dia menghentikan mobilnya, dan kembali berakting menjadi orang baik dengan tersenyum palsu. Ketika teman-teman dan beberapa guruku lewat sambil menyapaku dan melihat kearahnya.

Setelah Bibiku berlalu, aku mulai memasuki gerbang sekolah dan tampak olehku murid-murid lain sedang berkumpul, dan yang paling banyak adalah murid perempuan. Mereka sedang memperhatikan seorang laki-laki yang masih lengkap menggunakan baju seragam sekolah yang berbeda dengan seragam kami.

Dia sepertinya menunggu seseorang, karena tampak sesekali matanya mencari- cari kearah murid yang hendak memasuki sekolah. Dia menaiki sebuah motor besar, dengan jaket kulit yang bertengger dibahunya.

"Siapa dia?"

"Apa dia murid baru lagi?"

"Lihat wajahnya yang tampan dan hidungnya yang mancung! Seblas duabelas sama Nick kan?"

"Tidak ah, masih tampanan Nick"

"Lihat baju seragamnya, oh astaga itukan seragam sekolah yang terkenal akan kepintaran muridnya kan? Aku yakin dia sangat pintar dan kaya, karena cuma anak-anak orang kaya yang mampu bersekolah disana"

Bisik-bisik anak-anak perempuan, yang memandang kagum seperti waktu melihat Nick pertama masuk sekolah dulu. Aku yang dari tadi sempat menghentikan langkahku, karena ingin tahu ada apa? Akhirnya aku melanjutkan langkahku, setelah ku ketahui hanya murid dari sekolah lain.

"Arabella Queen"

Panggil anak laki-laki tersebut, saat aku berjalan tidak jauh dari tempatnya. Aku menghentikan langkahku dan melihat kearah seseorang yang memanggil namaku.

Bagaimana dia tahu namaku? Bahkan aku saja tidak mengenalnya, batinku.

Beberapa detik kemudian dia menatap kearahku, lalu melambaikan tangan kanannya padaku. Aku bingung luar biasa, dan begitupula sepasang mata yang cukup banyak dari murid-murid yang memperhatikan kami.

Sekarang anak laki-laki itu berjalan perlahan namun pasti dengan langkah tegap kearahku. Dia tersenyum hangat, sepertinya dia sangat bahagia bertemu denganku, dan sepertinya dia sudah sangat mengenalku.

"Kamu pasti bingung kan?" Ujarnya sambil melanjutkan kata-katanya, tanpa menunggu jawabanku "Aku Ricky Young"

"Ricky Young?" Ulangku kaget.

Dia menjawab dengan anggukkan.

Aku terdiam sesaat, aku tak pernah berpikir akan bertemu dengan seseorang yang kukenal lewat media sosial tersebut, dan sering mengirimiku sms cinta. Sebab aku sempat berpikir bahwa dia laki-laki bodoh yang kurang kerjaan, tapi ternyata aku salah. Mungkin dia lebih pintar dariku, karena tempatnya bersekolah adalah gudangnya anak-anak pintar dan kaya.

"Ba... Bagaimana kau tau aku sekolah disini? Perasaan aku tidak pernah memberitahumu lewat sms ataupun chat dimedia sosial" tanyaku sedikit dengan penuh selidik.

"Kamu pasti lupa pernah mencantumkan nama sekolahmu diprofil facebookmu kan"

"Oh dari situ" desahku dengan sedikit malu, karena dari tadi dia terus memandang wajahku. Aku sempat berpikir mau mengambil cermin kecil didalam tasku, untuk melihat apa ada yang salah dengan wajahku saat ini.

Tapi kurasa itu tidak perlu, karena sekarang perhatiannya, murid-murid lain dan aku sekarang berpindah kepada sebuah mobil mewah berwarna hitam yang baru parkir.

"Nicholas Prince"

"Semakin hari semakin keren ya?"

"Iya, aku juga tak pernah bosan melihatnya"

Suara pekikkan anak-anak perempuan seperti biasa, walaupun sudah hampir dua minggu Nick bersekolah disini, tapi pesonanya seakan tidak pernah pudar oleh waktu.

Tampak Ricky Young terdiam bagai patung ketika melihat Nick keluar dari dalam mobilnya. Dia adalah satu-satunya murid yang memakai mobil super mewah dan mahal tersebut. Ricky mengawasinya bukan karena kagum seperti murid-murid disekolahku, tapi ekspresinya menakutkan menurutku.

Dari kejauhan kulihat Nick melirik kearahku dengan pandangan yang tak biasa. Seolah-olah matanya mengatakan, ada urusan apa aku dengan Ricky? Lalu dia beralih memandang Ricky dengan tatapan yang sangat tajam, seperti melihat sesuatu yang dibencinya atau sesuatu yang tak ingin dilihatnya.

Sepertinya mereka saling kenal, tapi bukan sebagai teman baik tepatnya, pikirku menyimpulkan sendiri dari apa yang kulihat.

.

Bersambung...

Vampire... I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang