Chapter 16

6.4K 430 7
                                    

Tubuh Arabella Queen atau yang biasa dipanggil Ara itu terbaring lemah diatas ranjang yang nyaman. Wajah cantiknya lebam, bibir mungilnya yang merekah sobek, kulit putihnya lebam dan berdarah. Kondisi gadis itu membuat perasaan Nick bercampur aduk, ada sedih, marah, dan rasa sakit saat melihat tubuh gadis yang berhasil mengambil hatinya terbaring mengenaskan.

Rahang wajah Nick mengeras, jika saja Ara memintanya untuk menghancurkan orang-orang yang telah melukainya itu, ia pasti akan langsung melakukan nya. Tapi Nick tahu, gadis itu takkan tega menyakiti siapapun, apalagi itu masih keluarganya sendiri.

Mungkin bagi bangsa manusia, cinta pada pandangan pertama adalah cerita dongeng belaka, tapi tidak untuk bangsa immortal seperti kami. Kami hanya akan mencintai satu pasangan seumur hidup kami. Kau tahu? Kau adalah cinta ku pada pandangan pertama, andai saja kau tahu! Semakin aku berusaha menutupinya, mengingkarinya, dan menjauhimu, perasaan itu malah semakin besar. Ungkap Nick dalam hati.

Nick akhirnya memberitahu keluarganya dan meminta orang tuanya, agar mencarikan dokter terbaik untuk gadis itu. Karena keadaannya yang lumayan parah, akhirnya Ara dilarikan kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang intensif. Saat dirumah sakit tak sedikitpun Nick meninggalkan Ara, walaupun sebenarnya Claire selalu menawarkan bantuan untuk bergantian menjaganya.

Teman baiknya Lizzy dan A2 juga datang menjenguk dan mau bergantian menjaga Ara, tapi Nick bersikeras biar dia saja! Ricky pun tak kalah perhatian hampir tiga kali sehari dia menjenguk Ara, hanya untuk mengingatkan Ara untuk minum obat atau menanyakan keadaannya. Bahkan Ricky yang baru mengetahui bahwa yang menyakiti Ara adalah Paman dan Bibinya sendiri, hendak membunuh mereka tapi dicegah oleh Nick. Dia mengingatkan Ricky, bahwa Ara pasti tidak ingin itu terjadi.

Hampir dua minggu lamanya Ara berada dirumah sakit, karena ada beberapa tulangnya yang patah yang membuatnya harus tinggal lama dirumah sakit, dan sekarang keadaannya sudah jauh lebih baik. Bahkan sekarang dia diijinkan keluar dari rumah sakit, dan boleh pulang kerumahnya.

*****

Arabella's POV

Entah apa yang dilakukan Nick kepada Bibi dan Pamanku, hingga mereka mengembalikan rumah dan aset berharga orang tuaku atas namaku. Bahkan mereka juga membatalkan perjodohan konyol ku dengan pengusaha kaya itu. Seperti nya aku berutang banyak terima kasih pada vampir yang memiliki wajah sempurna itu.

Aku sering bingung kenapa aku tak pernah merasa takut padanya, walaupun aku tahu dia bukanlah manusia sepertiku? Aku malah merasa nyaman jika didekatnya, meskipun dia selalu bersikap dingin, datar dan bicarapun sangat pelit. Apa karena selama ini aku tinggal bersama manusia seperti Paman dan Bibiku tapi berhati monster, makanya aku tak takut saat bertemu monster tapi berhati malaikat seperti Nick.

Lagi-lagi aku memikirkannya, mengaguminya, apa aku sudah jatuh cinta pada vampire tampan itu? Lagipula apa salahnya perasaan itu! Bukan kah cinta itu tak memandang siapa kamu atau siapapun dia, karena cinta adalah sebuah kenyaman dan kebahagian saat kita bersamanya. Walau sekeras apapun aku berusaha menutupinya namun perasaan tidak pernah berbohong, Vampire... I'm In Love.

Hari ini aku mulai masuk sekolah, dan belajar seperti biasanya. Tapi, hari ini aku tak melihat Nick masuk sekolah, mungkin karena mentari yang bersinar cerah hari ini. Sekarang aku tahu kenapa dia selalu tidak masuk sekolah setiap matahari bersinar cerah, sebab vampire takut akan hal tersebut.

"Kamu tahu aku senang sekali kamu sudah bisa bersekolah lagi" ungkap Liz, saat kami makan siang dikantin.

"Iya, rasanya sepi kalau tidak ada kamu" tambah A2.

"Iya, aku juga senang bisa sekolah lagi dan bisa bersama kalian lagi" ujar ku tersenyum senang kearah dua teman baikku itu.

"Ra, aku juga mau memberitahu mu sesuatu" ucap Liz mendekati ku.

"Apa?" tanyaku sedikit penasaran.

Liz, menghela napasnya. "Di... Dia mengatakan cinta padaku"

A2 memutar bola matanya dengan malas.

Aku sudah tahu siapa yang dimaksud oleh Liz, pasti lelaki yang selalu diceritakan nya padaku. Bahkan dia rela menghabiskan pulsa hanya untuk melponku dan bercerita tentang lelaki itu.

"Dia mengatakan cinta dan bilang ingin menjadikanku pacarnya" ujar Liz antusias.

"Terus bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?" Liz malah balik bertanya.

Aku memutar bola mataku, saat sadar Liz kembali konslet. "Maksudnya bagaimana selanjutnya? Apa kalian sudah pacaran?"

"Oh itu maksudnya?" ujar Liz tersenyum malu, dan sedetik kemudian dia mengangguk sebagai tanda jawaban dari pertanyaan ku.

"Selamat ya, aku turut bahagia!" kataku sungguh-sungguh, karena aku sangat tahu pasti bagaimana dia begitu menyukai lelaki itu.

"Iya, makasih ya Ra!" ujar Liz yang tampak sangat senang, berbeda terbalik dengan A2 yang duduk disebelahnya yang tampak tak perduli. A2 hanya memainkan ponselnya dan sesekali memandang kearahku.

Bel masuk berbunyi, kamipun bangkit dari tempat duduk dan berlalu pergi dari kantin menuju kekelas kami masing-masing. Saat berjalan dikoridor aku berpapasan dengan penjaga sekolah yang baru, dia menatapku dengan tatapan yang tak kumengerti. Dia begitu aneh dan misterius, ditambah dia memakai topi, sarung tangan, dan masker yang menutupi hidung dan bibirnya. Sangat berbeda dengan penjaga sekolah yang lama, menurut kabar yang ku dengar dia hanya pengganti sementara, karena penjaga yang lama sedang sakit.

.

Bersambung...

Vampire... I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang