Chapter 15

6K 550 8
                                    

Cleck

Suara pintu yang terbuka, Nick keluar dari dalam kamarnya dan aku mengekorinya dari belakang. Aku kaget luar biasa ketika keluarga besar Nick sudah berada didepan pintu kamar itu. Lalu Nick memperkenal kan anggota keluarganya satu persatu.

"Aku Arabella Queen, biasa dipanggil Ara!" ujarku balas memperkenal kan diri dengan gugup dan sedikit takut. Bukan karena aku berada diantara makhluk penghisap darah tersebut, tapi aku gugup dan takut karena penampilanku yang berantakkan dan tampak bodoh.

"Aku akan mengantarkan nya pulang dulu ya!" ungkap Nick tiba-tiba.

"Iya harus sayang, tak mungkinkan anak gadis keluar sendirian jam segini" ujar Julianne yang merupakan Ibu Nick, sambil tersenyum manis padaku didekat suaminya.

"Kalau kau tidak mau diantar oleh Nick, aku bersedia mengantarmu" ujar samuel sambil nyengir. Claire yang berada disampingnya menginjak kaki kakak sulungnya itu sambil memelototinya. "Aku cuma bercanda, Bawel"

Julianne dan Mark tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah Claire dan Samuel. Nick hanya diam, lalu berjalan menuju pintu keluar dan aku mengikutinya setelah berpamitan pada anggota keluarganya.

*****

Author's POV

Ara tak pernah menduga ini yang didapatkan nya saat sudah tiba dirumah. Bibi dan Pamannya berdiri diruang tamu dengan tatapan murka. Mata hitam wanita itu menatap Ara kemudian menatap Nick yang berada di belakangnya

"Kemana saja kau? Katanya mau ke mini market, tapi pulang jam segini dan pulangnya bersama laki-laki" suara bibinya yang serak terdengar bagai lonceng kematian, membuat Ara ketakutan.

"Aku..." belum selesai Ara bicara, Bibinya menampar keras pipinya, tanpa menghiraukan keberadaan sosok Nick yang tengah memperhatikan mereka.

"Apa kau menjual dirimu?" tanya Bibinya tanpa mau mendengarkan penjelasan Ara. "Kau tahu kan? Aku pernah bilang akan ada tamu penting, itu adalah calon suamimu. Seorang pengusaha kaya yang akan memberikan apapun yang kita mau! Walaupun kau hanya akan dijadikan istri keempat, tapi semuanya bisa hancur jika dia tahu ke lakuanmu yang seperti ini" bentak Bibinya kembali melayangkan tamparan dan membuat Ara tersungkur dilantai.

Ara menangis, dia sekarang tahu kenapa tiba-tiba Bibi dan Pamannya itu bersikap baik akhir-akhir ini padanya. Ara merasa malu dengan Nick yang menatap mereka, membuatnya merasa seperti orang yang tak berguna. Dia ingin sekali menyangkal tuduhan Bibinya, tapi dia tahu hal itu tidak akan merubah keadaan.

"Kita beri pelajaran saja!" ujar Pamannya, tanpa perlu repot-repot menoleh kearah istrinya yang berada disampingnya, sambil mencengkram kerah baju Ara. Lalu membantingnya keras, memukulnya lalu menendangnya dengan keras. Memukul dan menendangi keponakan nya sendiri bersama istrinya sambil memaki-maki Ara yang tengah menangis kesakitan dibawahnya.

Nick yang sudah tak tahan lagi melihat hal tersebut dan sangat tak mengerti dengan sikap Paman dan Bibi Ara, yang sudah sangat keterlaluan tersebut. Nick merasa tak dapat tinggal diam, lalu dia berkelebat mendekati dua manusia yang menyakiti Ara, lalu mengangkat mereka dengan entengnya hingga melayang keudara, dan menghempaskan nya dengan keras. Mata mereka membelalak kearah Nick yang menatap mereka dengan tatapan penuh ancaman dan wajah yang mengeras.

"Brengsek kau" Paman gadis itu berdiri hendak melayangkan pukulan kewajah sempurna Nick, sebelum akhirnya tak berkutik dengan tangan Nick yang mencekik leher pria itu hingga membiru.

"Kalian manusia terburuk yang pernah kujumpai, bahkan dari iblis sekalipun" ujar Nick lalu melempar pria yang disebut Ara Paman itu kearah istrinya.

"Ini rumah kami, jadi kami bisa melakukan apapun yang kami mau" ungkap wanita yang biasa disebut Ara Bibi itu.

"Sekali lagi kalian menyakitinya, walau hanya seujung kukunya, maka aku pastikan kalian akan mati dirumah kalian sendiri" ucap Nick, yang kembali mengangkat tubuh mereka keudara dan menghempaskannya lebih keras.

Kedua manusia itu tak berkutik dan meringis kesakitan, mulut mereka seperti tersekat bungkam, lalu mereka mengangguk tanda menyetujui perkataan Nick.

Ara terlalu fokus dengan rasa sakit yang ia rasakan, sehingga ia tidak memperdulikan kondisi Bibi dan Pamannya lagi. Dia meringkuk dan meringkis kesakitan, sekujur tubuhnya lebam dan berdarah. Ara merasa sangat kesakitan sekaligus sedih, karena ini adalah perlakuan terburuk yang diterimanya.

Tiba-tiba tangan yang kokoh mengangkat nya, menawarkan sebuah rasa aman dan kenyamanan yang tak terkira. Pemilik tangan yang tak lain adalah Nick, dia menggendongnya, bibirnya senantiasa membisikkan kata-kata yang menenangkan dan Ara akhirnya terlelap.

.

Bersambung...

Terima kasih ya buat kamu! Iya kamu, yang udah menyempatkan waktu membaca cerita ini!

Kasih dukungan suaranya donk! Tinggal tekan bintang yang ada dibagian pojok sebelah kiri paling bawah!

Tidak sampai satu detik kok, tolong hargain yang bikin cerita, susah lho nyari inspirasi itu. Hehehe...

Vampire... I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang