Chapter 4

7.9K 548 6
                                    

Jam pulang sekolah akhirnya tiba, aku hari ini pulang dengan bus umum, biasanya A2 atau Adam Aprilio yang suka rela mengantarkanku pulang, sebab rumah kami satu jalur. Tapi hari ini dia tidak bisa mengantarkanku pulang, karena ada janji main futsal bersama teman-temannya.

Sebenarnya tadi dia mau mengantarkanku dulu katanya baru ketempat futsal, tapi aku mencegahnya karena tempat futsal tersebut berbeda jalur dan tempatnya pun jauh.

Aku tak mau merepotkannya, kasihankan kalau dia harus bolak balik karena aku. Walaupun aku temannya, bagiku berteman itu saling pengertian bukannya mempersulit teman hanya untuk kepentingan pribadi.

Saat bus umum yang kutumpangi berjalan, aku sempat melihat Nick menyamai kecepatan bus tersebut dengan menggunakan mobil mewah miliknya sambil menatapku dengan matanya yang mempesona tersebut, entah apa maksudnya melakukan itu? Dan beberapa menit kemudian dia melajukan mobilnya, mendahului bus yang kutumpangi.

Aneh ada apa dengannya? Tapi yang lebih aneh adalah hatiku, kenapa aku malah merasa bahagia dengan sikapnya tersebut, aku merasa seperti diperhatikan olehnya, ungkap ku dalam hati.

*****

Akhirnya aku tiba dirumahku, salah yang tepat adalah rumah yang sekarang sudah berpindah tangan atas nama Bibi dan Pamanku, sejak kedua Orang Tuaku meninggal saat aku kelas dua SMP. Waktu itu mereka bilang aku masih kecil dan belum siap mengurus semua yang ditinggalkan oleh Orang Tuaku kepada sanak keluarga kami. Jadi mereka lah yang mengurusku dan mengelola harta dan aset-aset berharga milik orang tuaku, tapi mereka melakukannya bukan karena kasihan denganku, namun karena ada udang dibalik batu.

Dulu aku kira orang yang bersikap seperti serigala berbulu domba itu cuma kata-kata pepatah saja, namun ternyata benar adanya. Bibi yang merupakan adik Ibuku beserta suaminya tersebut bersikap baik kepadaku didepan sanak keluarga kami, tapi akan bersikap jahat saat dibelakang.

"Kebetulan, keponakkan bibi yang cantik sudah datang" ujar Bibiku saat aku memasuki rumah. "Bisakan buatkan Bibi sama pamanmu teh hangat sebentar ya!" lanjutnya dengan senyum yang dibuat-buat lalu beralih kearah suaminya yang duduk santai disofa ruang tamu.

Aku menjawab dengan anggukkan, karena jika aku menolak maka cacian dan makian yang akan kuterima. Lalu aku berjalan kedapur untuk membuat teh seperti Bibiku minta.

Beberapa menit kemudian, aku sudah selesai membuat teh yang diminta Bibiku dengan baju seragam yang masih lengkap. Akupun berjalan pelan mengantarkan minuman tersebut dengan nampan perak keruang tamu, ketempat Bibi dan suaminya duduk santai sambil menonton acara televisi kesukaan mereka.

Aku lihat Bibiku tak melihat kehadiranku, karena lagi asik menonton acara kesukaannya, tapi Paman suami Bibi yang melihatku datang dia tersenyum, bukan lebih tepatnya menyeringai tipis seperti memiliki rencana yang tidak baik untukku. Dan firasatku benar, saat sedikit lagi aku melangkah mendekati meja ruang tamu, pamanku menghalangi langkahku dengan kakinya.

Brukkk

Aku tersungkur dilantai dan teh yang kubuat jatuh dipangkuan Bibiku, yang langsung kaget dan merasa kepanasan.

"Dasar bodoh, setiap melakukan pekerjaan tak ada yang benar!" maki Bibiku yang kini berdiri sembari berjalan kearahku dan menarik rambut panjangku.

"Sakit Bi, maaf saya tidak sengaja" ujarku memohon berkali-kali, tapi sia-sia saja dia tak mendengarkanku, dia terus menarik rambutku sampai aku harus berdiri untuk mengikuti langkah Bibiku yang menuju kamar mandi. Sedangkan suaminya hanya tersenyum sinis, dan pura-pura tidak melihat kejadian tersebut.

Setelah sampai dikamar mandi, mukaku dimasukkan ke dalam bak yang berisi air, beberapa kali sambil memaki-makiku. Aku hampir tak bisa bernapas jika sekali lagi dia memasukkan mukaku, tapi untunglah dia pergi setelah melempariku dengan gayung mandi.

Aku menangis sejadi-jadinya dikamarku sambil memeluk foto kedua Orang Tuaku, yang tinggal satu ini, karena hampir semua foto-fotoku dan Orang Tuaku telah dibakar Bibiku. Aku ingin sekali melawan, memberontak, dan lari jauh dari sini. Namun aku terlalu takut untuk melakukannya, sebab Bibi dan Pamanku mengancam akan mencariku dan membunuhku jika aku melakukan hal tersebut.

.

Bersambung...

Vampire... I'm In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang